" hai Bell." panggil Mumtaz ketika memasuki kelas Bella. dan menghampiri Bella yang masih duduk ditempatnya
" ada apa?" ketus Bella
" aku pikir kamu udah ke kantin. tadi aku cari kamu dikantin."
" ngapain kamu nyari aku dikantin. kamu pikir aku dagang disana? atau kamu mau ngajak aku gabung sama temen-temen aneh kamu itu."
" gak lah. aku tahu kamu gak bakal mau meski aku ajak juga. kita ke taman belakang yuk."
" ngapain?"
" ada ajalah. yuk kebelakang."
" ngapain. sok-sok an rahasia banget deh. kamu ga bakal ngapa-ngapain aku kan?" tuduh Bella
" ya elah Bell. ga bakal lah aku ngapa-ngapain kamu. emang kamu pernah diapain sama aku ayok cepet takut ga keburu makan ni aku.
dengan langkah malas Bella mengikuti Mumtaz ke taman belakang sekolah
setiba di taman, Mumtaz menyodorkan papperbag yang dia bawa ke hadapan Bella.
" ni buat kamu."
" apaan ni?" heran Bella tumben-tumbenan Mumtaz memberi sesuatu kepadanya.
" lihat aja. kamu pasti suka."
" appaan sih . pasti barang biasa yanv harganya murah. pake acar ke taman belakang segala. kasih aja langsung tadi dikelas. ngerepotin tahu." judesnya Bella
" udah jangan banyak ngedumel. sekarang buka aja."
ketika melihat isi dari papper bag tersebut, mata Bella terbelalak tak percaya. bibirnya terangkat membentuk senyum sempurna. ia tak percaya jika Mumtaz akan membelikan sepasang sepatu yang ia idamkan sejak dua Minggu lalu. sepatu ini merupakan hadiah yang terbilang mahal. memang Mumtaz sering memberikan dia hadiah, tapi hampir semua pemberiannya hanya seharga ratusan ribu rupiah saja. tak ada yang istimewa dari itu. hadiah paling mahal mungkin hanya jam tangan yang Mumtaz berikan pas hari ulang tahunnya dua bulan lalu. yang harganya sekitar tiga jutaan saja.
" gimana, kamu suka?"
" banget." senyumnya masih terus terukir
" itu gigi apa ga garing kamu nyengir aja dari tadi." led k sumringah Mumtaz yang tertular euforia dari kebahagiaan Bella.
" ih kamu mah gitu. orang lagi seneng juga diledek. untung aku lagi bahagia jadi aku ga marah sama kamu." sok acuh Bella.
" seneng deh aku lihat kamu seneng. kita ke kantin yuk bentar lagi mau bel. kamu belum makan kan." ajak Mumtaz.
" ayok atuh... oh iya Mum, besok Sabtu kamu bisa kan nganter adik aku belanja?"
mereka berdua memutuskan ke kantin segera
" sama kamu perginya?"
" enggak. cuma adik aku sendiri."
" kok gitu? kenapa ga dianter sama Rauf aja."
" kenapa? kamu ga mau nganter dia?"
" bukannya ga mau. cuma kali berdua aja sama dia aku tuh risih. kecuali bareng sama kamu juga." jelas Mumtaz.
" aku ga bisa nganter udah ada janji. Rauf juga mager katanya kalo weekend."
" Bell. ini yang ketiga kalinya aku jalan berdua aja sama dia loh Bell. apa kamu ga khawatir kalo dia bakal suka sama aku."
" ha..ha...ha...kamu apaan sih mum. kamu pikir kamu siapa yang bakal disukai adik aku. di dunia ini ga bakal ada yang mau pacaran sama kamu. aku lagi khilaf aja waktu itu terima kamu. kalo aku tahu kamu kayak gini, aku juga ga bakal mau pacaran sama kamu." tutur Bella enteng Dangan tak bersalah
Mumtaz terdiam mendengar omongan Bella. pedih. ini bukan yang pertama kalinya Bella mengucapkan kata kata yang menyakitkan. terkadang Mumtaz tak habis pikir kenapa Bella sangat suka mengatakan kata-kata yang menyakitkan. tapi dia ingin bertahan sampai akhir dimana rasa suka ini hilang tak berbekas.
Bella berpalingkan tubuh ke belakang. dimana Mumtaz berhenti berjalan karena omongan Bella tadi.
" woy ayok jalan. pake acara cengo lagi. ga cengo aja kamu udah aneh apalagi cengo begitu jijik tahu." pedas Bella.
" Mumtaz, kamu mau kemana. sini duduk sama aku. kamu jangan bikin malu aku dengan duduk sama mereka." tegur Bella masih tak punya hati ketika sampai kantin Mumtaz terus berjalan menghampiri meja teman-teman nya
" gak masih. aku duduk disana saja. aku risih duduk Beteng teman kamu. aku kan gak Deket sama mereka."
" maka dari itu sini supaya Deket. kamu jangan mulai bikin aku marah ya Mum. aku udah bilang sama kamu kalo istirahat waktu kamu harus sama aku. gak ada bantahan." tegas Bella.
" udahlah Bell. meski dia duduk sama Lo disini itu gak akan ngilangin kalo dia aneh Bell. lagian gw ga ngerti kenapa Lo mau pacaran sama dia. dia itu benalu. sekali benalu tetep benalu dimanapun dia berada." tukas Tanura salah satu teman Bella.
" khilaf gw Tan."
beberapa pasang mata melotot tak percaya akan mendengar perbincangan mereka yang menghina didepan orangnya langsung. mereka menatap Mumtaz kasihan.
Mumtaz hanya bisa diam. dia tahu jika tetep meladeninya itu hanya makin menambah malu dia. dia terus berjalan kearah meja teman-temannya
" eh lo cabe busuk pengkolan itu lidah enteng bener Lo ngehina si Mumtaz. lo pikir Lo keren." marah Jimmy tak tertahan
"Lo ngomong sama siapa jerk?" balas Bella menghina
" lo lah cabe murahan busuk. kalo temen Lo si taruna mah makhluk gaib titisan iblis ga guna ngomong sama dia. Bell contoh noh si Inda h. dia pacaran sama Daniel. tapi dia ga kasar kayak Lo."
" eh jerk gw si Indah begitu karena dia dia dibeliin barang mewah sama temen lo itu. lo pikir indah mau pacaran sama temen Lo kalk dia ga kaya? OGAH. temen Lo Mumtaz apa coba yang mesti dibanggain dari diri dia. udah aneh, jelek, kuno miskin pula."
jlebb.
semua orang yang dikantin yang mendengar omongan Bella terhenyak dengan penghinaan itu.
" kenapa Lo ga jadi ***** aja sekalian buat beli barang-barang itu. kalo Lo fakir jangan banyak gaya deh." lancang Jimmy. memang Jimmy itu diantara mereka berempat orang yang paling bermulut julid. kejulidannya dia tujukan ke siapa saja yang membuat dia marah.
" Jim...." tegur Mumtaz
" apa Muy. Lo gak usah Bella dia. kita lakuin tugas kita masing-masing." sarkas Jimmy yang mengira akan membela pacarnya gak punya akhlak ini.
" gw ga ada niat bela, tapi kalo mau marah juga makan dulu Jim entar maag Lo kambuh." Mumtaz menenangkan sohibnya itu
" jaga mulut lo jerk." marah Bella tersulut dengan ucapan Mumtaz yang tak berniat membela dia dari temannya ini
" kenapa gw mesti jaga mulut gw. mulut lo aja yang kotor banget."
" terus kenapa gak lo putusin si Mumtaz kalo dia serendah itu kualitasnya di mata Lo.?"
" ya lumayanlah gw punya ojek gratisan buat antar jemput gw." sombong Bella.
" dih fakir banget Lo. buat bayar ojek aja ga punya modal. sok-sok an pake barang branded
" orang aneh kayak Lo tahu apa Jim. Lo kan satu spesies sama Mumtaz udah aneh miskin lagi."
dengan amarah besar Jimmy menelpon seseorang yang diangkat oleh orang yang sedang duduk dipojokan kantin dengan teman-temannya
" apa?"
" Lo dengerkan apa yang di jalang ini bilang. secara suara dia toa banget."
" hemm.mau Lo apa?"
" gw pengen lo hancurin semua usaha keluarga dia. agar mulut sampah dia mingkem selamanya."
" yakin loh ga usah berlebihanlah. kasian dia
" yakin gw. ni cewek ga bisa dikasihani. dia udah ngehina gw dan temen gw. ga ada bantahan Bar."
" ok. nama dia siapa?"
" eh ***** nama Lo siapa?" enteng Jimmy melirik ke arah Bella.
" nama dia Bella Santoso anaknya prima Santoso Jim." saut salah satu orang yang berada dikantin yang memang teman sekelas Bell.
" tuh Lo denger nama dia Bar."
" iye gw denger, tapi slow action ya. banyak gawean gw. pokoknya Lo bakal denger dia miskin aja." jawab malas orang itu.
" terserah pokoknya gw pengen lambe dia mingkem. kalo bisa sama antek-anteknya."
" kalo yang lain tunggu perkembangan lah. mereka turut ngehina kagak."
" terserah." Jimmy menutup sambungan telpon
" denger ***** ini terkahir kali gw denger Lo dan temen-temen lo ngehina temen-temen gw. kalo lambe Lo masih kotor gw bikin Lo fakir beneran." ancam Jimmy sambil menunjuk Bella dengan tajam. dan dia langsung melangkah pergi keluar dari kantin yang disusul oleh temannya
*********
dikelas
" gw ga habis pikir sama Lo Muy. kenapa Lo masih pacaran sama tu cewek." jengkel Jimmy yang ternyata amarah dia masih bercokol dan diteruskan didalam kelas.
" tenang Jim. Lo marah-marah juga ga guna. kalo di Mumuynya demen banget ma tu cewek."Ibnu mencoba menenangkan Jimmy. dia baru ini melihat Jimmy marah besar dan bersikap kasar kepada perempuan.
" dan Lo Niel. jadiin ini pelajaran buat ngarepin cewek Lo. Lo tadi denger kan apa kata tu ***** kalo si Indah pacaran sama Lo karena duit Lo. Lo instropeksi diri apa saja yang sudah terjadi selama ini sama tu cewek. ingat mereka tu satu spesies. jangan sampe Lo dibegoin kayak si Mumuy." peringatan tajam Jimmy
" hemm..."
" Jim..." saut Ibnu dan Daniel berbarengan.
" Lo ngomong dong Muy. ambil tindakan tegas sama cewek Lo. dia ngehina Lo secara terang-terangan Lo Muy." jengah Jimmy
" apa yang pengen gw omongin udah Lo wakilin Jim. jadi apalagi yang musti gw omongin Jim?"
" denger. gw minta maaf kalo gw ngecewain kalian. kalian tahu kan ini kali pertama gw suka sama cewek. gw pengen ngerasain sampe akhir gw bisa bertahan. gw harap kalian ngerti."
" dengan Lo dihina secara sadis kayak tadi juga ga papa?" sarkas Ibnu kali ini
" ga papa. gw dengan cara gw mencoba ngomong sama Bella..."
" kalo dia ga juga berubah?" kali ini Daniel
" guys. didunia ini semuanya ada akhirnya. gw dan Bella juga pasti ada akhirnya. endingnya gimana kita lihat aja. jadi mulai hari bersikap santai saja tentang gw sama Bella oke?"
" kalo itu mau Lo. terserah. kita cuma Ngingetin Lo aja Muy."
" jangan sampe Lo nyesel berlebihan aja Muy. terus terang gw punya firasat ga enak ending cerita cinta lo." sarkas Ibnu.
" hemmm thanx." gumam pelan Mumtaz.
**********
" jangan lupa hari ini kita ke toko buku Lo A.!" Tia mengingatkan Mumtaz
" wey tumben giat bener nganterin si adek. jam segini udah rapih. Nebus rasa bersalah bro." tukas heran Zayin.
pasalnya saat ini masih pukul 7 pagi. sedangkan Mumtaz sudah siap dengan pakaian perginya. Tia aja yang mau dianter belum mandi
mendengar celotehan Zayin, Mumtaz menghentikan aktifitasnya. dia benar-benar lupa kalo hari ini sudah punya janji mau nganter Tia ke toko buku. sedangkan dia sudah bersiap pergi mau mengantar adiknya Bella.
" kenapa Lo A. muka kaget gitu?" heran Zayin
" jangan bilang Lo rapih bukan buat nganter Tia. tapi mau pergi ke yang lain?" emosi Zayin mulai naik.
Mumtaz tak menjawab. dia masih d Ngan kebingungannya
tidak lama Tia menyusul Mumtaz keluar dari kamar dengan pakaian rapih yang sip pergi . sebenarnya dia menunggu hari Sabtu ini sudah lama. makanya hari ini dia bersemangat. senyumnya tak pernah hilang dari wajah cantiknya.
" wah sumpah parah Lo A. kalo iya Lo lupa."
" Lo tahu buat pergi Sam Lo hari ini dia udah siapin baju yang dipake dari 2 hari yang lalu. kayak mau pergi kencan sama pacar aja kan tu cewek." jengah Zayin
"dek. Lo gantiin Aa dulu ya. temenin Tia ke toko buku. beneran ini Aa lupa." mohon Mumtaz ke Zayin.
" ogah gw. gak mau ikut campur gw. gak tega gw lihat muka kecewa dia. sumpah Lo A. Lo berubah banget gini. heran gw."
" Aa ayok sarapan dulu. baru pergi." Tia bersemangat.
melihat semangat Tia. hati Mumtaz mencelis sakit. dia sungguh merasa bersalah. dia tahu ini salahnya. lupa menepati janji juga inj bukan yang pertama kalinya.
sejak berpacaran dengan Bella. Mumtaz sering mengingkari janji dengan saudaranya dengan alasan kebohongan dari sibuk kerja, belajar kelompok, extrakulikuler, sampe menggunakan sahibnya tuk menutupi kebohongan dia. padahal keluarganya hanya minta waktu kebersamaan dengannya. selepas ayah pergi, mereka butuh seseorang tuk jadi sandaran, dan mereka berharap Mumtaz bisa menjadi sandaran mereka.
" A ko nngelamun, ayok cepet makan. entar keburu siang."
" dek..." lirih A Mumtaz
" hemmm." Tia masih asyik dengan sarapannya tanpa menoleh kearah Mumtaz.
" dek..."
" apa sih A. dari tadi dek..dek.. mulu. cepetan saran Aa ku sayang." akhirnya Tia menghadap Mumtaz. namu melihat gelagat Mumtaz. Tia punya firasat tak enak tentang hari ini.
" maaf..."
" jangan bilang Aa ga bisa nganter adek.!" sela Tia.
" kalo bukan buat nganter adek. itu kenapa Aa udah rapih gini?" sarkas Tia.
" dek..." Mumtaz melirik Zayin tuk minta pertolongan, tapi Zayin tak menggubrisnya dia seolah asik menikmati sarapannya
" sekarang alasan apalagi yang mau Aa pake. aku udah mesen Aa dari hari Selasa loh A?"
" maaf. Aa mendadak ada kerjaan." lagi. Mumtaz berbohonh.
" berhenti aja sih A dari kerjaannya." marah Tia.
" ga bisa gitu dong dek. ga profesional tau."
" sok profesional. mereka aja ga profesional. udah berapa bulan Aa ga mereka gaji. karena mereka ga gaji Aa. Aa jadi ga bantu keuangan keluarga. sampe mama harus kerja." Tia ngegas
" dek. gak boleh gitu."
" kenapa ga boleh. dari awal mama ngijininvAa kerja, karena Aa pengen bantu keuangan mama. tapi mana udah beberapa bulan ini Aa ga ada ngasih bantuan mama. Aa tau mama selain jualan kue juga kerja diluar rumah sekarang. gak guna juga Aa kerja kalo ga ada penghasilan.
" dek.." bentak Aa Mumtaz. sungguh ia marah pekerjaannya diremehkan. padahal ini bukan salah pekerjaannya tapi dlah dia. setopa bulan tak pernah Mumtaz tidak digaji, tapi beberpa bulan ini honor Mumtaz selalu dia gunakan untuk memenuhi keinginan pacarnya. dia hanya lelaki yang sedang jatuh cinta. dan ingin membahagiakan kekasihnya.
" apa.. sala Ia dimana?" Tia mulai emosi
" Aa sadar ga Tia butuh Aa. Tia pengen ngehabisin waktu sama Aa. kalo ayah masih ada, Ia juga gak bakal ngerepotin Aa." Tia menangis
" kan masih ada A Ayin dek."
" Ia pengennya sama Aa Mumuy. bukan A Ayin?" teriak Tia.
" lain kali aja ya. hari ini Aa beneran ga bisa dek."
" kapan? Ia udah bosen denger kata lain kali. tapi gak pernah ada lain kali itu." Tia mulai menangis
mendengar sautan yang saling teriak, mama Aida keluar dari dapur. mama kaget melihat Tia dan Mumtaz saling melotot dengan raut wajah merah karena menahan emosi.
" ini ada apa?"
mereka yang berada diruang makan sontak menghadap ke arah mama dengan masih menunduk dan terdiam. tidak ada yang berani mengatakan apa yang terjadi
" bisa jelaskan ke mama ada apa?" mama duduk disalah satu kursi meja makan.
" ini ma. Aa Mumuy ingkar janji lagi. dia ga bisa nemenin Ia ke toko buku. malah mau pergi." tutur Zayin menatap tajam A mumuy dengan merangkul Tia guna menenangkan emosi Tia.
" kenapa A. kamu kan udah janji bisa. waktu hari selasa itu?"
" ma. Aa...."
" harus kerja lagi? berhenti kamu A dari pekerjaan kamu. kalo karena pekerjaan itu kamu ga punya waktu buat keluarga. toh pekerjaan kamu ga ada penghasilannya." tegas mama.
" ga bisa gitu ma." tekan Mumtaz.
" kenapa ga bisa?" masih menatap Mumtaz dengan intens. keadaan dimana Mumtaz selalu tidak ada untuk kelurganya harus diakhiri. urusan biaya rumah dipikirkan nanti. itu pikir mama.
" ma. Aa janji...."
" jangan janji A. janji kamu sekarang saja tidak bisa kamu tepati. apalagi janji yang berikutnya. mama ingin kamu berhenti." putusan mama tidak mau dibantah. sebenarnya ini pertama kali anak- anak melihat mama tegas menahan emosi.
" kami lebih butuh kamu dibandingkan uang kamu. A. kamu yang dulu bilang akan menjadi pengganti ayah. tapi mana. kamu tidak peduli dengan saudara kamu. kamu lalai."
" ma...mama tahu. Aa capek harus berperan sebagai pengganti ayah. Aa masih kelas dua SMA ma. beban ini te lalu berat buat Aa."
" tapi kamu sendiri yang janji A. kenapa kamu sekarang mundur."
" karena Aa ingin menikmati masa remaja Aa seperti yang lain. main, belajar, jalan. semuanya ma. bukan cari uang untuk biaya hidup keluarga."
" mama kira selam kamu tidak punya waktu buat keluarga. kamu menikmati itu semua. kamu hilang kamu tulang punggung keluarga. sekarang man penghasilan kamu." mama menadahkan tangan
" mama butuh uang itu untuk biaya kuliah kakak kamu. dan uang ujian Adik-adik kamu."
" ini yang Aa ga suka. kenapa semua menjadi tanggung jawab Aa. kakak anak tertua seharusnya dia yang mencari uang keluarga. Zayin juga anak lelaki mama. dia juga harus bertanggung jawab untuk kehidupan dia. uang terpenting meninggalnya ayah bukan karena aku tapi dia Hito. kenapa aku yang harus bertanggung jawab atas semuanya ma?" Mumtaz berteriak dihadapan mama melepas semua emosi yang selama ini dia tahan
" Aa muak ma dengan pemaksaan situasi begini. Aa ingin menikmati hidup Aa. yang bersedih dengan kematian ayah bukan hanya kalian tapi Aa juga ma. dan kalian ga da yang ngerti itu. kalo kalian keberatan dengan apa yang Aa lakukan. Anik aku akan pergi dari sini. aku gak butuh kalian. aku muak dengan kalian." Mumtaz berlari kearah kamar.
mendengar isu hati Mumtaz semua orang terhenyak. tidak menyangka kalo itu yang dirasakan Mumtaz.
mama menangis, begitu juga dengan yang lain. rasa bersalah kepada Mumtaz. karena tuntutan mereka terhadap Mumtaz. selama ini Mumtaz s lalu diam tentang apapun jadi keluarga pikir jika Mumtaz baik-biak saja. ternyata tidak.
suara langkah turun dari tangga yang hendak keluar.
" A. jangan pergi. Ia minta maaf sama Aa. Ia janji gak bakalan nyusahin Aa lagi. tapi Aa jangan pergi. please A jangan pergi." tangis Tia sambil melipat tangan didada sebagai bentuk permohonan maaf.
Mumtaz tidak menggubrisnya. dia tetap berjalan kearah pintu utama.
" ma. jangan biarin Aa pergi ma. ini salah Ia. ma." teriak tua kalut tetap menangis.
saat hendak memegang handel pintu. gerakn Mumtaz terhenti ketika mendengar suara mama.
" biarkan Aa pergi. kita hanya menjadi beban Aa Mumuy saja. biarkan Aa mu menikmati masa remajanya. A. mama minta maaf telah gagal menjadi orang tua bagi Aa. maaf karena sudah membebani Aa." tangis mama pilu.
Mumtaz menutup mata sambil menengadahkan kepala.tul menahan air mata yang hendak keluar. mendengar perkataan mama. hatinya sakit. namun dia tahan. tanpa kata dan menoleh kebelakang Mumtaz keluar rumah.
sambil mengendarai motor. hp Mumtaz yang sedari rumah tak berhenti bergetar menandakan sambung telpon terhubung tidak dia gubris karena dia tahu siapa yang menelponnya. ',bella. id penelpon yang tak berhenti menghubungi Mumtaz itu. dia tak ingin peduli lagi.
*******
" jadi ceritanya sekarang Lo kabur dari rumah?" decak Daniel. sekarang mereka sedang berkumpul dirumah Daniel pribadi, yang mereka jadikan markas berkumpul mereka.
mereka sekarang kumpul karena dapat telpon dari Ibnu jika Mumtaz pergi dari rumah.
" heemm"
" berapa lama?"
" ga tahu."
" kenapa?"
"...... "
" gw harap ini ga ada hubungannya sama cewek rendem itu?" sarkas Jimmy
Mumtaz menghela nafas " Lo tahikan sepeninggal bokap gw keluarga gw ga baik-baik aja....." mengalirlah cerita yang terjadi pada hari ini.
" bego."
" bloon."
" tolol."
umpatan mereka tujukan kepada Mumtaz atas apa yang sudah dia lakukan kepada keluarganya.
mendengar umpatan itu Mumtaz hanya bisa berdecak.
" Muy. kemarin lusa nyokap lo coba pinjem duit sama nyokap gw." Mumtaz terkaget.
" kok Lo tahu Jim?" tanya Ibnu
" Lo tahu kan udah tiga bulan ini nyokap Lo kerja dibutik nyokap gw." Jimmy mulai bercerita
" nah sekian bulan kerja, kemarin nyokap Lo pinjem duit. alasannya buat bayar ujian adik Lo sama kuliah praktek kakak lo.. nyokap Lo minjem enam juta Muy." Jimmy menatap tajam Mumtaz sambil membaca ekspresi wajahnya mendengar cerita ini
" terus sama nyokap Lo dipinjemin?" Daniel ikut resah. sambil mengutak ngatik hpnya.
" kagaklah. sejak awal nyokap tahu kalo mama Aida itu mamanya Mumtaz. beliau tahu kalo mama gw minjemin duit mama Aida gw bakal marah. ditmabah nyokap gw ga enak mau minjemjnnya."
" lah terus bayaran mereka gimana?" Ibnu menimpali karena melihat Daniel sibuk dengan hpnya. dan Mumtaz diam dengan tatapan kosong.
" nah itu dia yang gw bingung. Muy. bukannya belum lama ini honor Lo udah keluar ya. tapi kok mereka belum bayaran?" masih Jimmy dengan jiwa keponya.
" hallo kak. ini gw Daniel." Daniel meloud speakernya
" iya kenapa Niel."
" ini Jimmy lagi gosipin keluarga kakak. apa bener kakak belum bayaran praktek." Jimmy melotot mendengar keculasan Daniel. yang dipelototi cuek anteng aja nelpon.
" kirim no rekening Lo kak. gw kirim sekarang duitnya."
" mana si jimmynya. gw pites tu orang. ga udah Niel. ini kakak lagi usaha minjem ke bos."
jangan begitu kak. kayak sama siapa aja. daripada minjem ke orang mending Daniel kirim kak. mau ya"
" beneran ga usah Niel. ngerepotin aja dah. btw makasih tawarannya. kakak tutup ya telponnya."
" ditolak." Daniel lesu.
" ya iyalah ditolak. kalo mereka peminta. mereka ga bakal susah-susah cari duit. tinggal pake duit pertanggung jawaban itu " sewot Jimmy. sekarang dia yang sibuk dengan hpny
Tut...Tut...
" hallo dengan cafe Diramu?"
" *iya betul bisa saya bantu?"
" saya mau pesen dua capuccino, dua ice coklat, satu spageti, satu lasagna, satu pizza, nasi lemak. sama cemilan butter chikennya ya. oh ya mabak yang bawa pesenannya saya pengen yang bernama Aulia Zahra Kamilah ya. ga boleh yang lain. dan cod. terimakasih*"
" noh gw udah telpon Lo tinggal bayar Niel." enteng Jimmy.
" hah. kok bisa gw yang bayar."
" kan gw udah nolongin Lo mesen. Lo mau kasih duit ke kakak Ala kan?"
" iya gw emang mau kasih kakak ala. tapi ga pake jajanin lu juga kali." sebel Daniel
" ah elah kayak orang susah Lo. tunoesenan ga sampe jual sawah kok."
" dasar Lo..." sambil mengumpat Daniel berjalan keluar rumah.
" eh mau kemana Lo. jangan kabur woy." sewot Jimmy.
" mau ke ATM dulu gw. ga punya cash banyak gw." sebel Daniel. Jimmy cuma nyengir aja dijudesin Daniel.
" ini kak bayaran pesenannya. dan ini tip buat kakak chantiknya." Daniel sang Playboy mengedipkan sebelah mata ke kak Zahra.
melihat kelakuan sahabat adiknya kak Zahra tersenyum geli.
" ini kebanyakan Niel. pesenan cuma 500ribu doang. masa tipnya 5 juta."kak Zahra menyodorkan uang yang diberi Daniel. dia tahu maksud dari uang itu untuk apa. dan dia tak bisa menerimanya
" terima aja kak. aku kan anak Sultan. segitu mah receh bagi aku kak. uang papah kebanyakan ga ada yang ngabisin." tengil nya si Daniel ini.
" soumbong amat Lo. terima aja kak. kalo kakak mau ngerampok dia juga kita bantu." jengah Jimmy.
" ya udah btw thanx ya. lain kali ngasih tipnya yang wajar aja ya." timpal kak Zahra sambil tersenyum.
didalam rumah Mumtaz yang melihat kesibukan tingkah sohibnya guna membantu keluarganya memejamkan mata dan mengepalkan tangan. dia malu dan menyesali segala perkataan dan tindakannya kepada keluarganya.
Daniel yang peka keadaan temannya
" udah Lo ga usah malu Muy. sikap Lo belakangan ini emang malu maluin. gw tahu honor Lo, Lo abisin buat beli sepatu yang dipengenin sama si Bella kan. Lo lebih milih orang asing daripada keluarga Lo. ga nyangka gw." dengus Daniel pedas.
" ntar gw ganti Niel."
" ga perlu. itu gw kasih buat kakak gw. jangan sungkan Lo. ga ada hubungannya sama Lo."
" gw cuma berharap semoga Lo balik waras Muy." celetuk Ibnu.
" gw anak tunggal Muy. gw tahu berartinya keluarga. Lo jadiin orang asing berarti bagi hidup Lo. dan Lo jadiin keluarga Lo jadi orang asing. gw ga ngerti jalan pikiran Lo Muy. tapi cepet balik sebelum Lo makin terjatuh." Jimmy mengakhiri suasan canggung.
*********
" heh Mumtaz. Lo apa-apan hari Sabtu kemrin ga jadi nganter adik gw hah?" hardik Bella tiba-tiba sesampai Mumtaz didepan gerbang sekolah.
hari ini Mumtaz datang bareng para sohibnya. karena semalem memang mereka tidur dirumah Daniel.
" heh Bella ini masih pagi. jangan bikin ribut." sebel Jimmy.
" diem Lo jimet. gw ga ada urusan sama Lo. tapi ni sama si anak yang ga tahu diri." teriak Bella."
" eh orang fakir yang belaga kaya. Lo hina dia jadi urusan gw."
" eh Mumtaz Lo kemarin udah janji mau anter adik gw. gw telpon Lo ga Lo angkat. mau Lo apa sih." Bella tak menggubris ledekan Jimmy.
karena saat ini jam anak-anak pada datang ke sekolah maka teriakan Bella dan Jimmy jadi tontonan anak-anak yang baru Dateng.
" Bell. sorry aku...."
" ga usah sorry-sorry an. gara-gara Lo adik gw ga bisa nyelesain tugas sekolahnya."
" eh nenek lampir .itu hujan salah si Mumtaz adik Lo nya aja yang bego ga bisa ngerjain tugasnya." Jimmy masih sewot
" kan aku udah bilang aku risih pergi berdua doang barengan adik kamu."
" kenapa? adik gw cantik. seharusnya Lo beruntung pergi sama dia ga malu-maluin. yang ada Lo yang malu-maluin."
" kalo si miskin Mraz maluin adik lo.kenapa Lo masih pake jasa dia?" masih Jimmy yang menimpali.
" karena dia ojek gratis gw."
" aku pacar kamu loh Bell. aku nembak kamu buat jadi pacar kamu bukan ojek kamu. aku cinta sama kamu." Mumtaz masih menyaut d Ngan tenang.
" TAPI GW GA CINTA ELO." Bella menekankan setiap katanya.
" wah parah ni jalang." gereget Jimmy.
" terus kenapa selam ini kamu mau jalan sama aku?"
" gw butuh tumpangan. Lo tahu sendiri waktu Lo nembak gw, gw baru putus Sam Reno. dan ga ada lagi yang bisa anter jemput gw. jadi daripada ga ada tumpangan. ya gw terima elo aja." Bella menjelaskan dengan sombong.
Mumtaz terperangah mendengar omongan memang selama ini Bella tidak pernah bersikap manis padanya selain ketika dia ada maunya. dan yang lain syok mendengarnya. yang mendengar omongan itu bukan hanya Mumtaz dan para sohibnya, tatapi anak sekolah lain yang masih menonton drama pagi itu.
ada yang memandang Mumtaz dengan kasian, sedih, dan tak sedikit menangis mendengar penghinaan itu.
" apa kamu selam jalan sama aku ga ada sedikit rasa ke aku Bell?"
"gak lah gila aja Lo."
" apa kamu ga ngerasa pengorbanan yang udah aku lakuin buat kamu Bell?"
" pengorbanan apaan maksud Lo.?"
" aku yang berusaha selalu ada disetiap kamu butuh. anter jemput kamu"
" itu bukan pengorbanan, tapi itu sewajarnya kalo pacaran kali."
" tapi kamu gak berlaku n begitu ke aku. kan kita pacaran."
" jadi pacar lo itu pengorbanan terbesar gw. dasar ga tahu diri. Lo pikir Lo siapa yang bisa jadi pacar seorang Bella. jangan kurang ajar minta lebih ya Lo." Bella langsung berbalik meninggalkan kerumunan .
" udah bubar... bubar... semuanya.." Yuda sang ketua OSIS membubarkan kerumunan orang.
desas desus kejadian drama pagi tadi menjadi tranding topik disekolah. siapa yang tidak tahu hubungan Bella si cantik sekolah dengan Mumtaz si orang biasa sekolah. bagaikan beauty and the beast. mang Mumtaz bukan sosok yang jelek, tapi pembawaannya yang kalem dan tidak banyak bicara membuat orang tidak mengenal dia.
tetapi kecantikan Bella yang selama ini jadi bahan iri para siswi sekolah. menjadi bahan hujatan hal itu karena penghinaan Bella yang terang- terangan terhadap Mumtaz dihadapan umum.
istirahat, waktu yang ditunggu para siswa. Mumtaz dan para sohibnya seperti biasa duduk dimeja samping jendela.
" eh Muy liat si cabe lo.lenggotan kayak setan ke tangan si Rio." cibiran Jimmy mulai. serempak empat pasang mata mengarah ke pintu masuk kantin.
mereka melihat Bella bergelayut manja memegang lengan rio. teman sekelas mumtaz. melihat itu Mumtaz menghela nafas dan melangkah mendekat.
Mumtaz berdiri menghalangi dua orang tersebut yang hendak menuju meja gangnya Bella.
" sopan si Lo Mum. minggir gak Lo." Bella mencoba menghempaskan Mumtaz kesamping guna dia lewat. Tao Mumtaz tetap bergeming.
" bell. ikut aku sebentar. Yo. gw pinjem bellanya sebentar ya."tanya Mumtaz ke Rio yang berdiri disamping Bella.
" ambil aja Muy. sorry. gw ga tahu kalo kalian masih hubungan. gw jalan sama dia. karena tadi dia bilang kalo dia udah putus sama Lo."
" tapi kenyataannya belum sob." tukasMumtaz tenang.
" Mum jangan drama lagi sejak Lo ga datang jemput adik gw. sejak itu kita putus. kalo ada yang mau Lo omongin. omongin aja disini." sengak Bella.
Mumtaz menghela nafas dia mengepalkan tangan dan menutup mata sambil sedikit menunduk guna meredam emosi. dia capek, lelah tak dihargai. namun dia akan berjuang sampai akhir.
" Bell aku buat salah cuma satu kali. dan kamu udah mengambil keputusan fatal itu?"
" Lo udah mulai banyak tingkah. dari masih gabung sama teman aneh Lo, sampe ga anter adik gw."
" apa Lo ga bisa ngerhargai pengorbanan gw. gw sabar Lo pacaran sama Lo." sekarang mumtaz mulai lo-gw ke Bella. karena jengah
" aku usahain semua mau lo. yang sebenarnya gw ga bisa. gw bisa-bisain buat Lo."
" gw gak nyuruh Lo maksain diri."
" tapi kalo gw gak nurutin Lo marah dan ngedumel. gw sebagai cowok yang cinta sama Lo. gw usahain Lo bahagia."
" Lo ngomong apa sih Mum. usaha apa yang Lo maksud."
" itu sepatu yang lo pake. gw korbanin keluarga gw buat belajar sepatu itu. dan yang lainnya."
" ooh jadi Lo gak ikhlas. Lo mulai perhitungan." bentak Bella.
" bukan gak ikhlas, tapi Lo hargai gw Bell."
" gw bakal balikin semua yang udah Lo kasih ke gw dari yang gw makan sampe yang gw pake. Lo pikir apa yang Lo kasih ke gw barang-barang mewah. kagak. semuanya sampah bagi gw."
mendengar hinaan usahanya. Mumtaz menatap tajam Bella. dia sudah tidak peduli dengan jaga perasaan bella. hatinyaa terluka, tersakiti sesakit sakitnya.
" gw gak maksud buat Lo balikin. tapi kalo Lo nantang gw buat balikin apa yang udah gw kasih ke elo. gw tunggu pengembaliannya. gw harap Lo bayar cash. karena semua yang udah gw kasih semuanya gw bayar cash. gw tunggu besok duit dari Lo." tegas mumtaz dengan tatapan tajam memusuhi.
" Yo. Lo mau jalan sama dia. gw saranin pokir-pikir lagi.lo pasti udah denger kalo dia sering hina gw. apa Lo mau diposisi gw. secara fisik dia memang cantik tapi hatinya busuk Yo. jangan jadi seperti gw." Mumtaz melirik rio.
" oke kita PUTUS. dan Lo Bella. gw tunggu pengembalian duit gw di elo." Bella terdiam kaget. dia tidak menyangka kalo Mumtaz akan menuntut pengembalian uang dari barang yang sudah diberikan kepadanya.
Mumtaz berbalik badan meninggalkan dua orang tersebut. anak-anak yang berad dikantin bertepuk tangan melihat aksi Mumtaz. mereka puas Mumtaz melawan Bella. selama ini setiap Bella menghina Mumtaz. selalu ditanggapi dengan diam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 259 Episodes
Comments
Afrahun Nazli
sumpah dari sekian banyaknya novel yang pernah ku baca inilah laki-laki yang tololnya kebangetan udah dihina dan direndahkan ceweknya masih aja tolol wajar sih sijimmy naik darah aku pun ikut darah tinggi liat ketololan simumtaz
2024-02-03
0
Qaisaa Nazarudin
BODOH menghamba kan diri karena CINTA..
2023-06-01
0