Cara ia memegang pisaunya tidaklah seperti seorang perampok yang sedang mengancam bahwa sandera akan mati di tangannya, tetapi ini terlihat bahwa ia ingin menusuk leherku sedalam-dalamnya dan membuatku menderita sebelum mati.
Aku tidak suka rasa sakit itu.
Jantungku berdetak lebih kencang dari sebelumnya, keringat dinginku bercucuran dimana-mana, aku harus tetap tenang atau ia akan semakin senang.
"Aku akan mengajarimu cara bermain dengan kematian...” ucapnya sambil memainkan rambut jinggaku yang menjulur panjang di lantai.
"Apa kau lupa tujuan kita untuk bunuh diri atau kau tidak tau artinya bunuh diri?" tanyaku pada Jenny.
Sorot matanya seperti iblis, aku masih dapat melihatnya walau sedikit. Rasa takutku semakin menjadi-jadi jika ia benar-benar akan membunuhku di tempat yang tidak estetik ini.
"Kau ini tidak asyik yak, tunjukan rasa takutmu kepadaku~" ucapnya dengan manja.
Aku diam tak bergerak. Aku hanya mendengar ocehannya tentang perasaan luar biasa yang sedang ia rasakan setiap kali ingin melukai seseorang.
"Hei...Apa kau ingat...? Ketika kau bertanya 'apakah aku terlihat seperti manusia?' sekarang aku akan bertanya kembali kepadamu, menurutmu apa aku terlihat seperti manusia?" tanya Jenny.
"Tentu tidak," jawabku singkat.
"Wah wah wah jawaban yang cukup berani, kenapa?"
Apakah aku harus memperjelas jawabannya!
"Manusia biasa mungkin akan mengalami depresi dan stress berlebihan dan berujung dalam bunuh diri, tetapi kau tidak, justru kau memanfaatkannya untuk kesenanganmu sendiri."
"Kesenangan seperti apa maksudmu?"
Aku menghembuskan nafas pelan dan sabar menghadapi anak psikopat yang terlalu banyak bertanya ini.
'Aku masih ragu kalau dia adalah seorang psikopat,' pikirku.
"Kamu senang, kan melihat ekspresi wajah manusia yang sangat ketakutan," jawabku dengan sabar.
Senyumannya semakin melebar dan pupil matanya mengecil, aku tidak tau apa artinya semua itu, yang jelas ia merasa senang tetapi setengahnya adalah ketakutan.
"Iya itu benar, kau sangat benar, aku menyukai ketakutan manusia hahaha!!
Aku sangat menyukainya. Entah kenapa itu terasa nikmat saat dipandang," ucapnya dengan rasa kegembiraan yang berlebihan.
Ini membuatku semakin jijik, hingga aku sampai memasang muka bosan di hadapannya.
'BRAK'
Tiba-tiba ia membuatku terkejut. Jenny mendobrak meja yang berada tepat di depanku, kemudian ia berbisik didekat telinganku.
"Kalau begitu kenapa kau tidak menunjukkan rasa takut itu kepadaku?" bisiknya dengan nada yang berubah menjadi tidak suka. Ini membuat keadaanku semakin memburuk.
"Ya sudahlah, tanpa basa basi lagi. Ayo kita mulai permainannya! HAHA!” Jenny mengangkat pisau itu dan bersiap menusuk leherku.
Aku tak tahu apapun lagi setelah ini, tetapi aku sudah memperingatinya kalau aku tidak suka dibunuh.
'Tak! Tak! TAK!'
"AAAAARGHH!!! SAKIT!! HENTIKAN!!!"
Terkapar dan meringis kesakitan. Itulah yang aku dengar sekarang, suara rasa sakit itu masih menggema ditelingaku.
Beberapa detik kemudian.
Suara Kesakitan itu mulai perlahan mereda dan akhirnya pingsan.
***
"Haaa~ Jujur kau lama sekali Niki," ucapku sambil berdiri dan membersihkan rok-ku.
"Yaa maaf...aku masih harus mengumpulkan keberanian dan kemarahanku dulu untuk memukulnya menggunakan penggaris ini," jawab Niki yang masih memegang penggaris besar nan panjang.
"Jika terlambat sedikit lagi aku akan merasakan sakitnya sekarang."
"IYA IYA MAAF, AKU MINTA MAAF!" teriak Niki.
Maafnya ikhlas nggak sih?
"Kau mencuri penggaris itu dari guru matematika yak?" tanyaku iseng.
"Tentu saja tidak! Penggarisnya ketinggalan di kelasku!!!" ucapnya dengan
salah tingkah.
"Ya sudah ayo kita ikat dia."
Aku menunjukkan tali yang sudah ada ditanganku, Niki dengan antusias mengangguk dan membantuku untuk mengikat jenny yang masih pingsan.
***
"Selesai!!" seru Niki.
Aku agak kecewa karena aku tidak jadi bunuh diri ganda dengannya dan terlebih lagi tali yang sudah terikat pada Jenny tadinya ingin aku buat bunuh diri bersamanya di hutan dekat sekolah.
"Aku sudah merekam semuanya, kau yakin akan melaporkan ini ke polisi?" tanyaku sambil melihat rekaman yang tadinya aku taruh didekat meja saat mengambil gelas tadi.
"Tentu saja akan kulaporkan kejadian yang tak dapat kumaafkan ini kepada pihak polisi," ucapnya kesal sambil melipat tangannya.
"Begitu yak."
Aku baru menyadari saat sedang mengamati rekamannya, aku bisa melihat wajah ketakutan Niki saat sedang bersembunyi, padahal akulah yang sedang menghadapi ancaman itu.
"Kenapa kita sampai melakukan hal ini, jika kau merasa ketakutan?"
"Aku kesal Lucy... aku sangat kesal padanya," dia meremas tangannya dengan kuat dan menggeretakkan giginya saking kesalnya.
"Karena dia, adikku meninggal di tempat ini."
Saat mendengar pernyataan itu. Aku menatap lekat wajah Niki yang suram dan sedih. Lalu Niki melanjutkan kata-katanya dengan isak tangis.
"Aku bersyukur kalau aku masih bisa menyelamatkanmu di sini... Hiks....
Hiks aku awalnya bingung dan takut...Tetapi aku tidak mau kejadian yang sama terulang lagi hiks. "
Baru pertama kalinya aku melihat wajah Niki yang menangis, biasanya dia selalu ceria dan emosian, untuk kali ini aku melihat Niki yang merasa begitu kehilangan seseorang yang sangat berharga baginya.
'Bruk'
Niki tiba-tiba memelukku dengan erat dan menangis sejadi-jadinya. "MAAFKAN AKU YANG SUDAH MENGORBANKANMU!! HIKS."
Apa yang harus aku lakukan melihatnya begini, aku tidak tau apa yang harus kuperbuat?
Aku-pun mulai berpikir untuk menenangkannya. "Jangan khawatir... Aku masih hidup," ucapku sambil mengusap kepalanya pelan.
Matanya berbinar ketika aku mengatakan itu, ia melepaskan pelukannya dan mengusap air matanya.
"Kau benar Lucy.... Aku harus tegar menghadapi cobaan ini yang terpenting
dia harus kita laporkan ke polisi."
Aku menganggukan kepala, bertanda setuju. Setelah kejadian yang mencengkam itu. Jenny dikeluarkan dari sekolah dan di tempatkan di rumah sakit jiwa.
.....
"Keegoisanmu akan menghancurkan segalanya yang kau miliki."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Mentari.f.v
yuuhhuu aku mampir 😁
2022-09-09
1
Dark Peppermint -_-
Mampir nih
2021-07-04
1
Adelia Amanda
jangan lupa like dan komen nya
2021-04-29
2