Cangkir

Aku membuka mataku yang sangat berat. Karena suara bising dari alarm pagi yang sangat menyebalkan, aku dengan kesal mematikannya. Aku langsung beranjak bangun untuk mandi dan memakai pakaian sekolah, aku-pun pergi ke dapur untuk sarapan, seperti biasa bau harum dari masakan Niki selalu ada di setiap pagi.

Aku dengan malasnya masuk ke dalam dapur.

"Selamat Pa--"

Aku terkejut bukan main, ternyata aku masih di atas kasur. "

"Hei jam berapa ini sekarang!? Apa kau ingin telat datang ke sekolah?" Teriakan Niki tak lepas dari pendengaranku, aku-pun sadar dan melihat jam, saat itu juga aku-pun panik karena kesiangan. Segeralah aku pergi ke kamar mandi untuk bersiap siap.

"Hei jangan lupa bawa anduknya!!!"

***

Dengan tergesa-gesa kami memasuki gerbang sekolah yang hampir ditutup.

Kami berdua akhirnya selamat sampai di kelas masing masing.

keberuntungan masih berada di pihakku, tetapi sepertinya Niki sudah dimarahi saat masuk ke kelasnya tanpa mengetuk pintu dulu. Dikarenakan kelasnya sudah ada guru matematika yang siap menghajar muridnya yang terlambat dengan menggunakan penggaris panjang ditangannya. Layaknya senjata sakti yang tak pernah lepas dari hidupnya.

Yaa bagaimanapun aku tidak peduli dengan nasibnya. kini dia tidak akan menggangguku lagi untuk menjalankan upaya bunuh diri karena dia akan dihukum saat istirahat. bagiku itu sangat melegakan dan kabar baiknya Jenny akan memberikan jawabannya padaku saat istirahat nanti.

Bel istirahat berbunyi dengan nyaring, aku pergi untuk menengok kelas Niki untuk memastikan apakah ia benar benar di hukum.

"Seperti yang aku duga," gumamku.

Kelasnya sudah sepi dan hanya Niki sendiri yang sedang membersihkan kelas dengan raut wajah cemberut.

Apakah hanya ini hukumannya? Membosankan.

Tanpa pikir panjang aku menuju gudang olahraga yang berlokasikan di belakang lapangan sekolah.

Sesampainya disana Jenny sudah menungguku di depan gudang.

"Jenny..." sapaku.

"Oh akhirnya kau datang... " balas Jenny.

Tatapan kita bertemu setelah aku menyapanya, ia tersenyum cerah padaku.

Aku tak peduli dia psikopat atau orang gila yang terpenting adalah....

"Bagaimana?" tanyaku.

"Aaah~ soal itu... Sepertinya kau benar... Apa yang aku rasakan selama ini harus diakhiri sesegera mungkin, tentu saja jawabanku IYA!"

"Sungguh? Kau tidak akan menyesalinya, kan?" tanyaku memastikan.

"Tentu saja tidak, aku sudah menyiapkan racunnya."

Jenny menunjukkan sebuah botol yang yang berisikan cairan penuh yang tak boleh dikonsumsi oleh manusia.

"Ternyata dia benar benar berniat bunuh diri yak."

"Bolehkah aku bertanya kepadamu?" tanya jenny.

"Boleh"

"Apa alasanmu ingin sekali bunuh diri?"

Pertanyaan yang hampir sama ketika seseorang mulai mengenali diriku, apakah aku harus mengulangi jawaban itu lagi, membosankan.

"Aku merasa kalau aku bukanlah manusia," jawabku apa adanya.

"Kenapa demikian?"

Kenapa demikian? Aku terlalu malas untuk menjawab pertanyaan tentang alasan kenapa aku ingin bunuh diri, jujur saja ini membuang buang waktuku untuk mengakhiri kehidupanku.

"Menurutmu seperti apa aku dimatamu? Apakah aku terlihat seperti manusia?" Aku bertanya balik padanya.

"Tentu saja, kau terlihat sama dengan yang lainnya." Ia masih menyunggingkan senyumannya.

"Apakah kita bisa memulainya sekarang?" aku tidak mau ada basa basi lagi setelah ini.

"Tentu saja, oh iya aku lupa mengambil gelas di gudang, aku menaruhnya disana saat aku sedang makan siang di dalam," jawabnya sambil menunjuk ke dalam gudang.

"Harus pakai gelas yak?"

"Tentu saja, aku ingin kita bersulang untuk kematian kita, ayo kita cari gelasnya," ucapnya dengan ceria.

Tanpa pikir panjang aku memasuki gudang tua itu dan mencari gelasnya jenny.

"Ada dimana?" tanyaku.

'BRAK'

Aku terkejut karena Jenny menutup pintu gudang dengan keras. "Sepertinya dekat keranjang bola," tunjuk Jenny.

"Ketemu!"

Aku mengambil dua cangkir cantik bermotifkan bunga Red Spider Lily atau Higanbana yang melambangkan sebuah kematian.

‘Aku lebih suka bunga lily tau,’ batinku.

"Hei ada benda lain disini!" seru Jenny.

"Di mana?"

'Sring~'

Ia mengambil benda lain itu ke leherku, bunyi benda itu terdengar sangat menyenangkan, tetapi tidak untuk tujuanku disini.

Tajam... Itulah yang sedang melekat pada leherku.

"Ayo kita bunuh diri," serunya dengan senyuman manis berganti menjadi senyuman seram.

Aku tidak bisa menatapnya karena ia tepat di belakangku, tetapi aku bisa merasakan tatapan psikopatnya kepadaku.

"Kau tau, kan aku tidak suka mati karena dibunuh," ucapku memberitahunya.

"Tenang saja, ini akan lebih menyenangkan dari sekedar bunuh diri," ucapnya dengan nada halus seperti sedang merayu seseorang.

....

"Kau tidak hanya sekedar terjebak, tetapi kau juga telah tertipu."

Terpopuler

Comments

Mentari.f.v

Mentari.f.v

parah ini thor sdh terjebak tertipu lagi 😊

2022-05-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!