Hari ini Gio tidak kembali kerumahnya. Laki-laki itu memutuskan kembali ke apartemen miliknya setelah jam kuliah dan kerjanya selesai. Apartemen yang dia beli sendiri dengan hasil kerja ditambah dengan tabungannya. Dia sudah hampir tidak pernah lagi meminta uang pada sang ayah untuk kehidupan sehari-harinya.
Malam ini dia akan berencana mengunjungi cafe tempat Ara bekerja. Dia ingin melihat bagaimana gadis itu bekerja dan ingin berbicara padanya nanti. Segala jenis data diri gadis itu sudah dia dapatkan, mulai dari dimana dia tinggal, apa kesukaan gadis itu, bagaimana kesehariannya dikampus dan bagaimana tingkat kepintaran gadis itu. Gio akui, gadis itu memang pintar bahkan dia berhasil mewakili kampus dalam pertukaran pelajar saat dia baru saja menginjak semester 4 dan sekarang dia tengah mengejar kelulusannya sama seperti dirinya yang ingin segera lulus.
Bahkan jika dibandingkan dengan gadis ini, Ara masih satu tingkat diatas Gio. Laki-laki salut padanya karena dia seorang wanita tapi mampu memanajemen waktunya denga baik antara kerja, kuliah, dan tugas.
Dengan mengenakan hoodie berwarna hitam dan celana jeans panjang warna senada,, Gio meninggalkan apartemennya menuju cafe, kebetulan juga hari ini adalah jadwalnya mengunjungi cafe itu, karena sudah hampir 2 minggu dia tidak berkunjung jadi ini bisa dia jadikan alasan.
A: Kau ini dingin tapi kenapa blak-blakan mengejar seorang perempuan, Gio. beda dari yang lain
G: berani berbeda itu keren, thor
A: 😒
Oke kita lanjut.
Setelah beberapa menit mengendari mobilnya, Gio tiba di parkiran cafe. Para pekerja yang sudah mengenal mobil pemilik cafe itu langsung menyambutnya dengan hormat.
Gio berjalan menuju lantai dua dimana ruangan yang biasa dia tempati jika berada disini. Bisa dibilang ini ruangan khusus untuknya dan karyawannya untuk rapat membahas hal-hal penting yang harus dilakukan untuk kedepannya.
Mengerti akan kedatangan bosnya, manager cafe ikut melangkahkan kakinya menuju ruang Gio dan memberikan laporannya tentang perkembangan cafe.
"Sudah tidak ada lagi ?", tanya Gio setelah selesai mengecek semuanya.
"Tidak ada tuan", jawab sang manager hormat.
"Kau boleh pergi. Hmmm panggilkan Ara dan suruh dia menemui ku sekarang", kata Gio.
Sang manager yang mendengar perintah tersebut sedikit bingung pasalnya, bagaimana bisa bosnya ini mengenal Ara sedangkan dia jarang kesini dan gadis itu hanya ada setiap malam. Dan apa ini, apa Ara sudah membuat kesalahan sampai dirinya dipanggil. Ah sudahlah lebih baik dia segera memanggil gadis itu.
"Baik tuan. Permisi", dengan menunduk hormat, sang manager berlalu meninggalkan Gio diruangannya.
Sedangkan ditempat yang sama, Ara berjalan tergesa-gesa masuk kedalam cafe setelah mendapat pesan dari managernya jika sang bos ingin bertemu dengannya.
Jantung Ara berpacu lebih cepat saat sudah sampai didalam cafe. Jujur, dia takut. Takut jika dirinya sudah membuat kesalahan sampai membuat bos besar tempat dia bekerja marah. Tapi apa salahnya. Sejauh ini, dia merasa tidak pernah berbuat salah. Atau ucapannya tadi siang ada yang salah sampai membuat Gio tersinggung dan ingin memecatnya. Atau bosnya itu tau jika dirinya keluar di jam kerja seperti ini, tapi dia tadi sudah minta izin dan ini hanya sebentar.
Ahh begitu banyak pertanyaan yang tiba-tiba muncul di kepalanya.
"Kamu langsung naik saja", perintah sang manager yang langsung diangguki Ara.
Gadis itu langsung berlari kecil menuju lantai dua tempat dimana bosnya menunggu. Sebelum membuka pintu, Ara menarik nafas pelan berusaha menormalkan detak jantung.
"Permisi, bapak cari saya", tanya Ara saat sudah masuk dan kembali menutup pintu pelan.
Ara melihat Gio dengan duduk di sofa dengan santai memainkan ponselnya.
Gio mendongak menatap Ara yang berdiri gugup didepan pintu. Gadis itu menunduk takut membuat Gio tersenyum tipis, sangat tipis.
"Duduk", perintah Gio membuat Ara refleks mendongak menatap Gio.
Ara berjalan dekat dan berdiri tepat didepan Gio yang sedari tadi menatapnya. Jujur, Ara sangat gugup. Melihat Gio dengan penampilan biasa seperti ini bukannya jelek, laki-laki itu justru semakin tampan. Aiish apa yang otaknya ini pikirkan, bukan saatnya dia memikirkan itu.
Ara menggeleng pelan lalu kembali menunduk saat menyadari Gio sedari tadi menatapnya.
"Duduk, Ra", kata Gio lagi membuat Ara mengangguk dan duduk didepan Gio.
"Ehmm, maaf pak, tadi saya disuruh menemui bapak", kata Ara sedikit gugup. Mendadak dirinya jadi mati kutu dihadapan laki-laki ini.
"Santai saja, jangan bicara formal begitu, bisa?", tanya Gio membuat Ara mendongak dan mengerjakan matanya.
"T-t-tapi ini masih jam kerja", balas Ara.
"Kita hanya berdua. Anggap saya teman, bicaralah sama seperti kau berbicara dengan Gea", kata Gio lagi membuat jantung Ara semakin berdebar tidak karuan.
Bagaimana tidak suara berat dan rendah laki-laki dihadapannya ini berhasil mengusik sesuatu didalam dirinya. Laki-laki dengan paras tampan, alis tebal dan hidung mancung sempurna, siapa yang tidak menyukainya, bahkan saat Ara baru pertama bertemu dengannya tadi langsung dibuat kagum oleh sosok dihadapannya ini. Terlebih lagi segala pengetahuan dan kepintaran laki-laki ini membuatnya semakin kagum, bagaimana Ara tau ? jelas tau, siapa yang tidak tau tentang putra sulung keluarga Ananda yang terkenal dengan ketampanan dan kepintarannya.
"Baiklah", kata Ara pelan.
"Jadi kamu ada perlu apa sampai manggil aku ?", tanya Ara hati-hati.
Gio mengamati setiap sudut wajah gadis cantik dihadapannya ini dan baru menyadari jika pipi sebelah kanan gadis itu sedikit memerah.
"Kamu alergi ?", tanya Gio mengabaikan pertanyaan Ara tadi.
Ara mengerjapkan matanya dua kali mendengar pertanyaan Gio. Bingung ? sudah pasti. Otaknya tidak bisa berfikir cepat karena gugup.
"E-e-eh ?",
"Pipi sebelah kanan kamu merah, kenapa ?", tanya Gio penasaran.
Mendengar pertanyaan Gio, refleks Ara memegang pipinya dan meringis kecil saat kulit tangannya menyentuh pipinya yang memerah. yang membuat Gio terus mengamati gadis itu dengan kening sedikit berkerut.
"Gak papa kok", kata Ara sambil tersenyum.
Tanpa suara Gio beranjak mangambil es batu dan kain kecil yang ada diruangannya itu lalu duduk di samping Ara membuat gadis itu terkejut.
"Ini bukan alergi", kata Gio. sambil membasahi kain itu dengan air es lalu memerasnya.
"Hadap sini", perintah Gio.
"T-t-tapi..."
"Jangan keras kepala", sahut Gio cepat lalu membalik tubuh gadis itu menghadapnya.
"Aku gak bodoh, Ra. Aku tau bekas pukulan, bekas jatuh dan alergi", kata Gio yang sibuk mengompres pipi gadis itu.
"Dikompres dulu biar gak bengkak", kata Gio lagi.
Ara menutup mulutnya rapat-rapat dan hanya menatap Gio yang terlihat lebih tampan dari dekat apalagi dengan wajah seriusnya itu. Tapi ini tidak baik untuk jantungnya. Dia berharap detak jantungnya itu tidak didengar oleh Gio.
"Siapa ?", tanya Gio.
Ara mengerutkan kening bingung mendapat pertanyaan seperti itu dari Gio. Apa maksud laki-laki ini, bisakah jika dia bertanya kalimatnya lengkap.
Melihat kebingungan Ara, Gio menghela nafas pelan lalu kembali fokus pada handuk kecil itu dan mengompres pipi Ara.
"Maksud aku, siapa yang lakuin ini?", tanya Gio lagi.
Mendapat pertanyaan seperti itu tentu membuat Ara gelagapan, tidak mungkin kan dia menjawab yang sejujurnya.
Melihat Ara yang tidak berniat menjawab, atau tidak tau harus berbuat apa, Gio kembali menyadarkan dirinya jika dia bukan siapa-siapa untuk mengetahui itu. Bukan haknya.
"Aku ada penawaran buat kamu", kata Gio mengubah topik.
Laki-laki itu kembali memberi jarak setelah selesai dengan acara kompres-kompresnya.
"Apa ?", tanya Ara khawatir.
"Aku gak di pecat kan ?, jangan yah.. Aku minta maaf kalau aku ada salah tapi tolong jangan pecat aku. Kedepannya aku akan berusaha lebih baik lagi kok", cerocos Ara membuat Gio terkekeh pelan.
"Bukan itu kok. Siapa bilang kamu mau dipecat", kata Gio.
Ara menghela nafas lega mendengar ucapan Gio, setidaknya dia masih memiliki kesempatan untuk bekerja disini.
"Lalu apa ?", tanya Ara penasaran.
Gio terdiam sejenak lalu menatap serius pada gadis yang sedari tadi juga menatapnya. Gio akui, gadis ini memang cantik dan manis, dan Gio dapat rasakan juga lihat pribadi seperti apa gadis disampingnya ini.
"Apa ?", tanya Ara penasaran saat melihat Gio hanya diam menatapnya.
"Jadi guru les privat Gea",
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments
Eka Widya
salah tebakannku.kirain di tawarin kerja d perusahaannya...salam kenal kak 😊😊😊😊
2023-07-12
0