"Besok Abang antar", itulah kata-kata Gio pada Gea tadi malam, membuat Gea hanya menatap geli pada abangnya itu.
Jika sudah seperti ini, ada sesuatu yang diinginkan Gio dan Gea paham betul apa itu.
Keduanya sudah berada dalam mobil dengan Gea yang sudah memejamkan mata sedari tadi masuk mobil.
"Tidur, Abang turunkan di jalan", peringat Gio yang melihat Gea sedari tadi memejamkan matanya.
"Gea ngantuk", kata Gea pelan.
"Maraton drakor lagi ?", tanya Gio paham kebiasaan adiknya itu.
Gea hanya bergumam membalas Gio.
"Besok Abang buang laptop kamu", kesal Gio.
Mata Gea yang sedari tadi terpejam langsung terbuka lebar mendengar ancaman abangnya.
"Jangan dong bang", rengek Gea namun Gio hanya diam.
"Ya udah, Gea gak akan kenalin Abang ke kak Ara", kata Gea.
"Kamu ngancam Abang", tanya Gio menoleh sebentar pada Gio.
"Terserah Gea dong", kata Gea bersedekap dada.
Gio menghela nafasnya pelan, dia tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini, dia ingin mengenal lebih dalam gadis itu. Entah apa yang membuatnya begitu tertarik dengan gadis sederhana bernama Ara itu tapi yang jelas ini untuk pertama kalinya dia tertarik dengan seseorang.
"Oke, kita damai. Abang gak buang laptop kamu tapi kamu harus bantu Abang, deal ?", tanya Gio.
"Deal", jawab Gea cepat.
"Gitu dong, kan Abang tambah ganteng", lanjut gadis itu terkekeh pelan.
"Berisik. Turun", kata Gio.
Dan saat itulah Gea sadar dia sudah berada didepan gerbang kampusnya. Gea mengedarkan pandangannya sampai akhirnya sudut bibirnya tertarik keatas membentuk senyum manis membuat Gio terus mengamati adiknya yang belum juga beranjak turun.
"Bukain pintu", perintah Gea membuat Gio mendengus kesal.
"Buka sendiri", kata Gio ketus.
"Abang.... liat", kata Gea menunjuk seorang gadis berjalan kearah mereka......lebih tepatnya menuju gerbang kampus.
Gio mengikuti arah yang ditunjuk Gea dan melihat gadis dengan rambut dikuncir kuda tengah berjalan menuju mereka.
Tak butuh waktu lama, Gio mengerti apa maksud Gea. Dengan setengah hati, Gio turun dan membukakan pintu mobil tuan putri rumahnya itu.
Bukannya berterima kasih terlebih dahulu, Gea justru memanggil Ara membuat Gio refleks membekap mulutnya.
"Jangan teriak-teriak", peringat Gio melepas bekapan mulutnya.
Melihat Ara yang sudah mulai dekat dengan mereka, membuat detak jantung Gio tidak beraturan. Dia gugup tapi sebisa mungkin menutupi kegugupannya itu.
Gea menoleh pada abangnya yang terlihat sedikit gugup, entah mengapa melihat abangnya yang seperti ini membuatnya gemas sendiri.
"Definisi cinta pandangan pertama", gumam Gea.
Dia tahu betul, abangnya ini tidak pernah suka dengan seorang gadis dan baru kali ini dia menunjukkan ketertarikannya dengan seorang gadis yang bahkan baru dia lihat kemarin dan itu membuat Gea senang karena akhirnya abangnya ini sudah memikirkan dirinya sendiri, bukan memikirkan dia dan segala masalahnya. Aneh memang tapi dia tahu abangnya bukan seperti laki-laki lain yang hanya tau bermain perempuan. Dia paham betul jika Gio sudah menyukai sesuatu maka dia akan sangat menyukai itu.
"Baru datang ?", tanya Ara dengan senyum manis saat sudah sampai didepan dua saudara itu.
"Kenalin kak,, abangnya Gea. Namanya Gio. Kakak bisa panggil dia Gio, Gii, atau senyamannya kakak saja", cerocos Gea.
Gio hanya menghela nafas pelan melihat tingkah adiknya yang begitu bersemangat bahkan jauh lebih semangat dari dia. Sama halnya dengan Gio, Gea ini tipe orang yang susah berbaur dengan orang lain tapi sekalinya dia dekat dengan seseorang maka orang itu sudah membuatnya suka dan nyaman.
Gio mengulurkan tangannya yang langsung disambut baik Ara, gadis itu tersenyum ramah kearah Gio yang tanpa disadari membuat jantung Gio semakin berdebar kencang.
"Gio", kata Gio singkat.
"Panggil saja Ara", kata Ara lalu kedua tangan itu terlepas.
"Siapa juga yang tidak kenal dengan kamu. CEO muda dan tampan yang banyak dikagumi orang-orang", kata Ara tertawa pelan.
Gio sedikit terkejut dengan ucapan Ara yang mengetahui dirinya seorang CEO.
"Kakak tau ?", tanya Gea yang juga terkejut.
Ara mengangguk dan berkata "Kakak kerja dicafe milik Abang mu, cafe A&G. Dan semua karyawan disana yang mana sih yang tidak kenal Abang kamu ini".
Gea kegirangan sendiri membuat Ara dan Gio mengerutkan kening melihat tingkah Gea.
"Jodoh", celetuk Gea membuat Gio menatap kaget pada adiknya sedangkan Ara hanya tersenyum menanggapi celetukan gadis itu.
"Udah-udah, sana masuk nanti telat. Abang juga ada kelas hari ini. Belajar yang benar jangan bolos", kata Gio sedikit mendorong Gea agar pergi dari sana.
Ara tersenyum melihat interaksi keduanya. Kelihatan sekali jika dua orang dihadapannya ini saling menyayangi satu sama lain.
"Kapan-kapan ketemu yaa", kata Gio sedikit gugup lalu dengan gerakan cepat masuk kedalam mobilnya dan pergi dari sana.
Mendengar ucapan Gio,, Ara tidak tau harus memberi respon apa-apa, dia hanya tersenyum dan mengajak Gea segera masuk. Terlebih lagi sahabat gadis itu yang dia ketahui bernama Dara sudah sedari tadi berteriak memanggil mereka berdua.
Ara ini senior Gea di kampus tapi dia lebih dekat dengan Gea bukan dengan anak-anak seangkatannya. Meskipun begitu, Gea tahu memposisikan diri dan selalu menghormati dan menghargai Ara sebagai orang yang lebih tua darinya.
...----------------...
Sedari tadi, Gio tidak bisa menyembunyikan senyumnya mengingat gadis itu bekerja di cafe miliknya. Itu kesempatan bagus baginya. Dia bisa mendekati gadis itu lagi.
"Kirimkan data diri gadis yang bernama Ara pada saya", kata Gio lalu memutuskan sambungan telfonnya tanpa mendengar persetujuan dari seberang.
Setelah beberapa menit,, data yang dia minta sudah dikirim padanya. Dengan segera Gio membuka dan membacanya dengan teliti.
Laki-laki itu sedang duduk di perpustakaan, tempat paling tenang untuknya mengerjakan tugas atau hanya sekedar membaca.
Namun ketenangannya tidak bertahan lama saat seseorang datang dan duduk disampingnya tanpa dipersilahkan.
Dia tahu siapa orang itu tapi dia bersikap seolah orang itu tidak ada. Dia hanya tidak ingin bertengkar atau berdebat. Suasana hatinya sedang baik hari ini dan dia tidak ingin merusak itu.
"Gii,, nanti pulang bareng yuk", ajak gadis itu.
Gio sama sekali tidak membalas atau hanya sekedar menoleh, laki-laki itu masih fokus dengan ponselnya.
"Gii..", rengek gadis itu lalu merebut paksa ponselnya, membuat Gio kesal stengah mati.
"Balikin", kata Gio dingin.
"Enggak mau", gadis itu kekeh tidak akan mengembalikannya.
"Balikin gak", kali ini bukan hanya dingin namun juga menatap gadis itu tajam.
"Gak mau", lagi-lagi gadis itu tidak mau.
"Rania...", sentak Gio yang sudah habis kesabarannya.
Yah gadis itu bernama Rania Maheswari. Gadis yang menyukai dan selalu mengejarnya meski Gio sudah menunjukkan ketidaksukaannya pada gadis itu. Namun bukan Rania namanya jika menyerah begitu saja.
"Balikin", kata Gio merampas paksa ponselnya membuat Rania membeku takut sekaligus terkejut.
"Gue udah bilang jaga sikap lo dan jangan pernah ganggung gue. Gue gak suka", balas Gio dingin lalu pergi meninggalkan gadis itu.
Gio sebenarnya tidak mau bersikap kasar pada gadis ini tapi dia sendiri yang selalu mencari gara-gara pada Gio dan selalu mengganggunya membuat Gio muak dan tidak suka dengan gadis ini. Terlebih lagi, gadis ini selalu melakukan apapun seenaknya sama seperti tadi membuat Gio semakin tidak menyukai itu.
Rania menghela nafas pelan melihat sikap Gio yang dari dulu sampai sekarang sama. Sama sekali tidak berubah, masih tetap kasar dan tidak suka padanya. Padahal dia hanya ingin dekat dengan laki-laki itu.
"Kapan kamu bakal liat aku, Gii", batinnya menatap punggung Gio yang semakin menjauh darinya.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments
Faulya Sintesa
kapan kamu bakal ngertiin aku
2021-12-22
2