Gio menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi kebesarannya, kerjaannya baru saja selesai membuat laki-laki tampan itu menghela nafas lega.
Ponsel yang sedari tadi berbunyi, membuatnya berdecak kesal. Dia tahu itu dari adiknya yang tidak sabaran ingin segera dijemput.
"Dasar gadis nakal", kata Gio terkekeh kecil.
Laki-laki itu lalu bangkit dari duduknya dan pergi menjemput adiknya sesegera mungkin sebelum dia mendapat ceramah panjang dari gadis yang selalu membuatnya repot itu.
Saat berjalan menuju parkiran, banyak karyawan yang menunduk hormat padanya dan beberapa dari mereka terutama perempuan memuji ketampanan laki-laki itu namun Gio sama sekali tidak ambil pusing dia hanya menampilkan wajah datarnya sambil terus berjalan menuju parkiran.
Setelah memasuki mobilnya, Gio langsung menancap gas menuju kampus tempat adiknya kuliah yang tidak terlalu jauh dari perusahaannya.
Selama beberapa menit mengemudikan, Gio akhirnya sampai ditujuannya.
Gio berdecak kesal saat mengetahui jika adiknya belum juga ada disana.
"Ngapain nelfon terus kalau belum selesai, dasar", gumam Gio. Sekitar 10 menit menunggu, orang yang dia tunggu akhirnya datang juga, matanya menangkap sosok adiknya tengah berjalan kearahnya, tapi tunggu... dia tidak sendiri, dia bersama seorang gadis cantik yang Gio lihat tadi pagi. Yap, gadis yang menolong seseorang menyebrang. Gadis itu sedang berjalan bersama adiknya entah apa yang mereka bahas.
Lamunannya buyar saat suara ketukan pada kaca mobilnya mengagetkannya. Gio membuka kaca mobil, tapi pandangannya mengikuti gadis yang tadi bersama adiknya itu.
"Maaf bang, Gea lama", kata Gea namun tidak dibalas Gio. Dia masih sibuk mengamati gadis manis berambut panjang yang seperti sedang menunggu sesuatu itu, jemputan mungkin atau kendaraan umum.
Gea mengikuti arah pandang abangnya dan tersenyum saat mengetahui jika kakaknya itu sedang mengamati seorang gadis.
"Namanya Kaiyara Zoe, biasa dipanggil Ara tapi Gea panggilannya kak Ara, mahasiswa terpintar dikampus Gea, satu jurusan dengan Gea dan seumuran dengan Abang", jelas Gea panjang lebar membuat Gio menoleh padanya.
"Kamu kenal ?", tanya Gio penasaran.
Jika kalian berfikir Gio adalah orang yang mengedepankan gengsi, maka kalian salah. Gio adalah tipe orang yang selalu berbagi cerita dengan keluarganya tidak ada yang harus ditutupi terlebih jika dia menyukai sesuatu, maka dia akan mengatakannya. Tidak seperti orang pada umumnya yang lebih mengedepankan gengsi dan tidak mau menceritakan apapun pada keluarganya.
Gea adalah tempat dia berbagi dan begitupun sebaliknya, keduanya dididik menjadi saudara yang saling memahami dan melengkapi serta menjaga satu sama lain.
Gea beranjak masuk kedalam mobil dan duduk di samping Gio yang masih menatap Ara dari jauh.
"Gea kenal", jawab Gea singkat membuat Gio kembali menoleh padanya.
"Kak Ara itu gadis pintar tapi tidak sombong, Gea kenal dia dan Gea lumayan dekat dengan dia karena dia tempat Gea belajar. Selain karena jurusan kami sama, kak Ara juga pintar dan ramah banget jadi Gea suka", jawab Gea.
"Abang suka ?", tanya Gea.
Gio tidak tahu harus menjawab apa. Dia mengangumi perempuan itu sedari dia melihatnya tadi pagi, tapi dia tidak bisa menyimpulkan jika itu rasa suka atau hanya mengangumi kecantikan dan kepedulian gadis itu.
"Abang gak tau, Abang juga baru liat dia tadi pagi dijalan. Gak mungkinkan Abang langsung suka gitu ajakan", balas Gio.
Setelah dirasa hari semakin sore, Gio memutuskan untuk segera pulang sebelum omelan ibu negara menyambut mereka.
Gea mengangguk mendengar jawaban abangnya.
"Kalau Abang ketemu lagi dengan dia besok, itu tandanya Abang sama kak Ara jodoh", kata Gea tersenyum manis.
"Apasih dek", kesal Gio.
"Gak papa bang,, Kak Ara gadis baik dan Gea setuju dia sama Abang", kata Gea lagi.
"Serah kau", balas Gio.
...****************...
Setelah dari kampusnya,, hari ini Ara akan kembali bekerja, jam kerjanya sebenarnya hanya setiap malam sampai jam 10 tapi jika kuliahnya kosong, dia akan mendapatkan penambahan jam kerja, dan beberapa hari ini dia juga masuk sore karena jam kelasnya yang cepat selesai. Lelah ? sudah pasti tapi dia tidak punya pilihan lain. Jika dirinya hanya berdiam diri dirumah, dia akan memberi makan neneknya apa dan juga menutupi tabungannya dengan apa.
Neneknya sudah begitu tua dan dia tidak akan membiarkan neneknya itu bekerja hanya untuk menghidupinya sedangkan dia masih begitu kuat untuk mencari kerja.
Gadis itu bekerja di sebuah cafe yang terletak tidak jauh dari kampusnya agar jika dia selesai kuliah, dia tidak harus berjalan terlalu jauh ke tempat kerjanya.
Gadis itu tidak pernah mengeluh sedikitpun, dia selalu menanamkan dalam dirinya jika dia itu bisa dan harus bisa. Dia punya mimpi dan mimpi itu harus terwujud untuk membanggakan neneknya, orang yang selama ini membesarkannya.
Bahkan, dia sedang mengusahakan agar segera selesai dan bekerja disebuah perusahaan besar dinegaranya ini, perusahaan yang menjadi impiannya selama ini.
Bukan tanpa alasan dia ingin bekerja disana, kabar yang dia dengar bahwa perusahaan itu selalu memperlakukan karyawan dengan baik dan tidak membeda-bedakan siapapun yang masuk kesana serta kebijakan-kebijakan yang tidak pernah menyusahkan karyawan membuatnya begitu ingin bekerja disana.
Bahkan cafe yang dia tempati bekerja ini merupakan salah satu usaha milik perusahaan itu, dan dia sendiri sudah merasakan bagaimana bagusnya kepemimpinan yang diterapkan disini. Disini saja sudah bagus seperti ini, bagaimana dengan yang ada di kantor pusat. Dia bertekat harus menyelesaikan pendidikannya dengan nilai dan keterampilan bagus agar bisa masuk keperusahaan itu.
Ara menyenderkan punggungnya pada sandaran kursi dan mengusap keringat yang mengalir dipelipisnya. Jam sudah menunjukkan hampir jam 10 itu artinya sebentar lagi jam kerjanya habis. Dijam begini, pelanggan sudah tidak banyak yang datang paling hanya beberapa itu pun hanya take away.
Namun jika sore sampai sampai jam 9, pelanggan benar-benar banyak, karena cafe ini memang salah satu cafe favorit dan cocok untuk para anak muda yang ingin menghabiskan waktu dengan teman-temannya.
Kadang Ara iri dengan mereka, bukan karena mereka memiliki banyak uang tapi karena mereka memiliki banyak teman. Sejauh ini, tidak ada yang terlalu dekat dengannya karena dia sama sekali tidak punya waktu untuk melakukan hal-hal yang biasa orang-orang lakukan dengan teman-teman mereka seperti jalan-jalan dan yang lainnya. Waktunya habis untuk belajar dan bekerja, hanya itu.
Dia hanya 'sedikit' dekat dengan adik juniornya yang selalu meminta bimbingan padanya. Entah apa yang membuat gadis itu justru meminta bantuan padanya bukan tidak mau membantu tapi dia tahu gadis itu merupakan putri dari salah satu konglomerat, yang artinya dia bisa membayar orang yang lebih pintar untuk membantunya tapi dia malah meminta bantuan padanya.
Tapi dia juga suka gadis itu, tidak sombong dan angkuh meski memiliki segalanya bahkan tidak malu meminta bantuan pada orang yang jauh dibawahnya terlebih lagi gadis itu begitu manis dan menggemaskan secara bersamaan membuat Ara begitu menyukainya.
"Kamu gak pulang ?", tanya seseorang membuat Ara membuka matanya yang sedari terpejam.
"Ini sudah jam 10, ayo pulang", ajak Nina, temannya yang juga bekerja disana.
Ara mengangguk dan meraih jaket tebal miliknya lalu membalutkannya pada tubuh mungilnya.
"Ayo", kata Ara beranjak.
Keduanya berjalan menuju pintu keluar cafe dan menunggu angkutan umum yang akan mengantarkan mereka pulang. Kebetulan arah rumah Ara dan Nina sama jadi mereka bisa pulang bersama.
Setelah beberapa menit perjalanan, Ara sampai dirumahnya. Setelan membersihkan diri dan memastikan apakah neneknya sudah tidur atau belum, Ara juga ikut istirahat. Hari ini begitu melelahkan untuknya.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments