"Andin"
Andin segera berlari ke arah Ibunya yang sedang berada di depan kamar Kakaknya.
"Ada apa Bu?" Andin sudah rapi dengan seragam sekolahnya
"Kamu tolong bangunin Abang kamu itu, kemarin Dia nyuruh Ibu buat membangunkan nya pagi pagi karna gak mau telat jemput Naya. Tapi udah coba Ibu bangunin dari tadi, tetep aja gak bangun bangun" raut wajah Maria sudah benar benar lelah dan kesal menghadapi anak sulungnya yang memang susah untuk bangun pagi.
"Oke Bu, biar aku yang bangunin Abang. Ameraaa" kata Andin yang di akhiri teriakan memanggil nama adiknya.
Maria berlalu pergi menuju dapur, tapi langkahnya terhenti saat melihat anak bungsunya yang sudah siap dengan seragamnya membawa panci dan centong sayur.
"Mera mau kemana kamu? Kok bawa begituan?"tanya Maria bingung
Amera tersenyum penuh arti "Senjata buat bangunin Abang Bu"
Maria tercengang mendengarnya, bisa bisanya anak anaknya ini memiliki ide seperti itu.
"Aneh kamu, masa iya pakai begituan?" Kata Maria heran
"Ck. Kalau bangunin Abang nya dengan cara Ibu yang lemah lembut. Sampai lebaran monyet juga Abang gak bakalan bangun pagi. Inilah cara paling jitu, udah Ibu nurut aja sama kita. Oke" Amera langsung beralu pergi menuju kamar kakaknya
Maria hanya menggelengkan kepala, melanjutkan langkahnya menuju dapur. Sementara itu Amera dan Andin yang sudah berada di dalam kamar kakak laki lakinya sudah bersiap dengan aksi kejahilan mereka berdua.
Treng treng treng..... treng treng treng...
"GEMPAAAAAA" Teriak Andin dengan volume paling tinggi
"Gempa... Dimana? Di mana gempa? Tolongg..... Gempa... gempa... Keluar cepat"
Adrian langsung bangun dan berlari kesana kemari dengan nyawa yang belum terkumpul. Masih memakai celana kolor gambar sepongebob kesayangan nya Adrian berlari keluar kamar tanpa menyadari kalau kedua adiknya sedang tertawa di sana.
"Gempa..... Ibu, Ayah, cepat keluar ada gempa....." teriak Adrian sambil berlari terbirit birit mencari keberadaan Ibu dan Ayahnya
"Rian, kamu kenapa?"
Ayahnya yang sedang membaca koran di ruang keluarga menatap heran pada anak sulungnya ini. Beberapa saat kemudian Deni langsung tertawa melihat celana kolor Adrian yang bergambar sepongebob.
"Ada gempa Yah" kata Adrian menoleh ke arah ayahnya yang masih tertawa
Adrian mengerjap, Dia baru sadar kalau rumahnya tidak bergoyang atau bergetar seperti layaknya terjadi gempa bumi. Adrian menatap ayahnya yang masih saja tertawa itu.
Menurunkan pandangannya kepada bagian bawahnya, celana kolor warna kuning dengan tokoh kartun juga terlihat ada sesuatu yang tegak tapi bukan keadilan di balik celana itu.
"Kamu kenapa Adrian... Hahahaha" Deni masih saja menertawakan anaknya itu
Adrian yang malu juga kesal segera berlari ke kamarnya. Sesampainya di depan pintu kamar, Dia melihat kedua adiknya baru saja keluar dari kamar dengan membawa panci dan centong sayur. Masih tersisa tawa di antara keduanya.
"Awassss"
Adrian mendorong bahu Andin dan Amera yang berdiri di depan pintu kamarnya. Dia langsung masuk begitu saja karna rasa malunya itu. Sementara kedua adiknya masih saja asyik menertawakan Adrian.
"Hahaha. Bang Rian lucu banget si, masa cowo maco pake kolor sepongebob si" Amera tertawa terbahak bahak
"Hahaha. Malu maluin aja tau gak" timpal Andin
"Diam kalian!!! Pergi sana" Adrian membuka sedikit pintu kamarnya dan berteriak mengusir adik adiknya itu.
Rahasia yang selama ini di simpan rapat rapat olehnya. Akhirnya terbongkar juga, kadua adiknya juga ayahnya mengatahui aib Adrian yang suka memakai kolor dengan tokoh kartun itu.
Malu maluin banget si gue. Lagian Ibu juga kenapa malah nyuruh mereka yang bangunin aku si.
Adrian mengerjap, baru ingat dengan sesuatu. Dia menatap jam dinding yang ternyata sudah menunjukan pukul 7 kurang 15 menit.
"Aaa... Gue kesiangan lagikan. Ini semua gara gara dua bocah sialan itu" umpat Adrian
Maria sudah membangunkan Adrian dari jam 6 pagi. Tapi anaknya ini memang sangat susah di bangunkan apalagi cara membangunkan Maria yang lembut.
Akhirnya Maria menyerah, Dia memanggil putrinya untuk membangunkan Adrian. Karna malah ribut dengan masalah gempa, akhirnya Adrian kesiangan juga karna waktu Maria menyuruh Andin untuk membangunkan nya sudah pukul 06.45.
Adrian menuju meja makan dengan tergesa gesa dengan tas ranselnya yang di selempangkan di satu bahunya. Ayah Deni dan kedua adik Adrian sudah berangkat dari 20 menit yang lalu.
"Sarapan dulu Adrian" kata Maria lembut
"Iya Bu" Adrian mengambil satu roti yang sudah di lapisi selai oleh Ibunya. Menggigitnya, meraih tangan Maria dan di setuhkan ke dahinya.
"Aku pergi dulu Bu, udah terlambat" teriak Adrian sambil berlari pergi
"Ish.. Anak itu, biasanya juga terlambat" Maria hanya menggelengkan kepalanya.
...🐦🐦🐦🐦🐦🐦...
Khanaya sudah berada di dalam kelas, Dia terus fokus pada buku yang sedang di bacanya. Dia benar benar bekerja keras untuk memperbaiki nilainya.
Pasti Adrian telat bangun lagi deh, jam segini belum sampe. Bentar lagi bell.
Beberapa kali Naya melirik ke arah pintu kelas berharap lelaki yang di tunggunya segera muncul di sana. Tapi, namanya juga Adrian sudah di pastikan akan datang terlambat lagi.
Kadang aku merasa aneh kenapa Adrian gak pernah di hukum. Padahal Dia selalu datang terlambat ke sekolah.
Hanya teguran biasa yang selalu Adrian dapatkan jika datang terlambat. Guru gurunya seperti menjadikan Adrian sebagai murid sepesial.
Mungkin juga karna Adrian tampan kali ya, jadi para guru gak tega hukumnya. Tapi masa iya si?? Argh... Aku kok jadi kesel kalau inget banyak banget yang perhatiin Adrian bahkan para guru.
Cemburu?? Wajar saja kalau Naya merasa cemburu. Karna selama ini Adrian selalu menjadi pusat perhatian para ledys. Mengingat Dia adalah capten tiem basket juga ketampanan nya yang di atas rata rata. Tubuh yang sangat indah, tentu saja itu menjadi nilai plus untuk Adrian bagi para wanita.
Benar saja bel sudah berbunyi, guru pelajaran pertama juga sudah masuk ke dalam kelas dan Adrian belum juga terlihat batang hidung nya.
Khanaya mulai fokus dengan pelajaran hari ini sampai seseorang mengetuk pintu dan membuat semua yang ada di kelas itu menoleh ke arah pintu.
"Maaf Bu saya telat" Adrian masuk kelas dengan nafas ngos ngosan. Mungkin Dia habis berlari.
"Sudah biasa, sana cepat duduk" kata Bu guru sudah jengah melihat tingkah muridnya satu ini.
Adrian menuju bangkunya yang berada tepat di belakang Naya. Sebelum duduk Adrian menyempatkan untuk mengelus kepala kekasihnya membuat para murid yang lain teriak iri.
"Apaan si, sudah cepetan duduk" kata Naya yang malu dengan perlakuan Adrian
Adrian terkekeh lalu segera duduk di kursinya. Ahhh... Sebenarnya Dia malas untuk belajar sepagi ini. Karna biasanya Dia baru datang pukul 9 pagi, sekarang Dia datang pukul 8 merasa masih kepagian. Gak kebayang kalau Adrian harus datang tepat waktu, sebelum pukul 7 pagi.
"Shutttt"
Naya menoleh saat Adrian menoel punggungnya "Ada apa?"
"Tadi berangkat sama siapa?"tanya Adrian
"Sama Zidan, kebetulan Dia lewat ya udah aku nebeng aja" jawab Naya jujur
Ada gejolak di dada Adrian, Dia tahu siapa Zidan. Anak kelas sebelah yang terkenal dengan kepintarannya. Zidan juga sama seperti Naya, anak beasiswa. Tapi bedanya Zidan anak orang berada yang memang kepintaran nya tidak dapat di ragukan lagi.
Naya kembali membalikan tubuhnya untuk fokus ke depan saat guru sedang menjelaskan pelaran hari ini.
Awas saja kalau sampai kamu selingkuh sama si Zidan itu.
...🐦🐦🐦🐦🐦🐦...
Jam istirahat yang di gunakan para murid untuk ke kantin hanya sekedar jajan makanan ringan atau makan selaipun.
Naya dan Adrian sudah duduk di meja paling ujung di kanting itu. Mereka telah membeli makanan ringan juga minuman.
"Kamu bangun kesingan lagi?"tanya Naya lembut
Adrian melengos, kesal kalau ingat kejahilan adik adiknya tadi pagi juga mengingat kalau Naya tadi berangkat bareng dengan pria lain.
"Iya"
Loh Dia kenapa?
"Katanya mau bangun pagi biar bisa jemput aku dan gak terlambat lagi ke sekolah" sindir Naya sambil memakan snack yang di belinya
"Biarin aja toh kamu juga udah ada jemput tadi pagi" kata Adrian kesal
Wah Dia cemburu??
Jelas saja Adrian cemburu karna selama 5 bulan pacaran dengan Naya Dia gak pernah biarin Naya pergi sama pria manapun kecuali dengan adik adiknya di panti.
Mengingat bagaiaman dulu Adrian selalu antar jemput Naya dan mereka juga sering satu kelompok. Jadi kalau ada kerja kelompok pun pasti Naya akan berangkat dan pulang bareng Adrian.
"Kamu kenapa si Adrian??"tanya Naya
Adrian mendengus kesal "Kamu gak ngerti si gimana perasaanku Nay. Kamu berangkat sama cowok yang jelas lebih segala galanya dari pada aku"
Khanaya meraih tangan Adrian, meski sempat di tepis oleh Adrian tapi Khanaya tidak mau menyerah. Dia menggenggam tangan Adrian dan mencium telapak tangan nya. Hal yang sering Dia lakukan semenjak pacaran.
"Adrian, kamu jangan pernah ngomong kaya gitu. Aku tidak pernah membanding bandingkan kamu sama pria manapun. Buat aku kamulah yang terbaik, yang mau menerimaku apa adanya. Jika kamu gak suka aku dekat sama Zidan, aku akan usaha buat jauhin Dia" kata Naya lembut
Pengertian inilah yang membuat Adrian begitu mencintai Naya. Kelembutannya. Khanaya tidak pernah mengeluh dengan sikap posesif Adrian. Dia selalu bisa menenangkan Adrian yang sedang marah atau kesal.
"Aku cuma takut kamu bakalan pergi ninggalin aku demi pria lain yang lebih baik dariku" lirih Adrian
Kalau sudah seperti ini, Adrian persis terlihat seperti anak kecil yang sedang merajuk pada Ibunya.
"Enggak akan Sayang, Naya gak akan ninggalin Adrian apapun yang terjadi. Naya gak akan berpaling dari Adrian apapun yang terjadi" janji Naya begitu tulus
Adrian mengangguk "Aku juga gak akan ninggalin kamu apapun yang terjadi"
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments