Sah!
Menurut Aira, sah di dalam pernikahan akan menjadi ikatan tulus yang absolut antara dua orang dengan dua pemahaman dan segalanya yang berbeda. Sah adalah mutlak bagi pasangan untuk tetap setia sampai akhir hayat hidup. Nyatanya, cerita ini berkata lain. Sah itu di anggap hanya sebagai simbol. Sampul. Eros tidak benar-benar mengerti arti kata sah.
Sepulang kerja sekitar jam 5. Motor matic yang di kendarai Aira melaju menuju kantor tempat Eros bekerja. Dia ingin menemui suaminya, juga saya hello pada Pima. Dengan wajah dan hati senang karena akan bertemu sang suami, Aira berkelok menghindari pengendara lain dengan cepat dan akhirnya tiba di perusahaan Eros.
Gerbang perusahaan masih terbuka karena memang belum waktunya pulang. Aira datang lebih awal karena jam kerjanya memang lebih awal di banding Eros. Security di posnya keluar saat melihat Aira.
"Halo Mbak. Mencari pak Eros yah?" tanya security yang masih muda itu. Rupanya dia mengenal Aira.
Aira yang sudah turun dari atas motor tersenyum. "Iya."
"Masuk saja, Mbak. Duduk di dalam. Mungkin sebentar lagi pak Eros pulang," ujarnya ramah. Aira mengangguk dan mendekat ke motor maticnya. Bermaksud mendorong motornya. "Naik aja Mbak Enggak apa-apa." Aira mengangguk. Menyalakan motor dan menyalakan mesin.
Sesampai disana, Aira duduk. Tepukan pada bahunya membuatnya menoleh.
"Hei, sudah muncul di sini saja." Pima menyapa.
"Hei." Aira langsung berdiri dan tersenyum. "Iya. Mau pulang bareng Eros."
"Bukannya dia sudah pulang lebih awal tadi..."
"Oh, ya? Kok aku enggak tahu ya."
"Jadi istri gimana, sih. Pak Eros pulang karena ada acara penting bersama teman sekolahnya. Kok kamunya enggak tahu?" Pima meringis melihat temannya masih belum paham. Aira jelas tidak mengerti. Wajahnya masih tampak kebingungan.
"Jadi Eros sudah pulang?" tanya Aira menegaskan.
"Ya. Beberapa waktu lalu. Mungkin enggak lama." Pima melihat arloji di tangannya.
Sedikit pengetahuan membuat kita tidak terlalu banyak berpikir. Aira tidak ingin tahu banyak soal Eros lebih dalam lagi. Bukan tidak peduli. Lebih banyak tahu kadang menjadi bumerang bagi diri kita sendiri. Namun ketidaktahuan juga menyesatkan.
Seperti pertama kali Aira menemukan sosok lain dari seorang Eros Pranata yang dikenalnya sebagai suami yang perhatian.
Netra Aira menyaksikan sendiri bukti kebenaran tentang apa yang dirasakannya. Awalnya dia ragu itu adalah suaminya.
Eros memandang Nara kemudian mengecup kening perempuan yang terlihat ingin bermanja di dada lelaki itu. Disana. Di sebuah taman sebuah jalan yang agak jauh dari kantor Eros. Di sudut yang tidak terlalu terang. Tangan Eros memegang jari-jari Nara. Mungkin itu dianggap hanya sebuah sikap singkat yang berarti lain. Namun ... apapun arti pegangan tangan dan kecupan itu, bukankah tidak tepat bagi Eros yang sudah memiliki istri?
Aira yang sengaja datang ke kantor Eros untuk mengajaknya pulang sambil menemui Pima terkejut. Aira tidak berteriak. Aira tidak marah. Tubuhnya diam sejenak. Aira terpaku sekilas melihat kejadian barusan. Dia membeku. Setelah sadar, dia mendatangi mereka yang terlihat sudah akan pergi.
Tidak. Kalian harus berada disana saat aku mendekat.
"Hai istriku," sapa Eros melangkah maju mendekatkan diri terlebih dahulu. Aira menganggap ini adalah sebagai tindakan lelaki ini melindungi perempuan dengan tubuh penuh berisi itu. Eros melindunginya! "Kamu menemuiku?" tanya Eros sambil langsung memeluk tubuh istrinya. Ini menyamarkan pertemuannya dengan perempuan itu. Juga memberi peluang kepada perempuan itu untuk segera pergi.
"Siapa dia?" tanya Aira.
"Siapa, Ai?" tanya Eros seperti tidak paham maksud istrinya.
"Perempuan yang sedang bersamamu tadi?" kejar Aira. Dia tidak ingin Eros mengelak.
"Aku tidak sedang bersama ... Oh, teman kuliahku dulu? Itu Nara." Aira menatap Eros tidak percaya. Di luar dugaan, Eros tidak menyembunyikan nama dan kebenaran bahwa dia sedang bersama seorang wanita. "Maaf, aku tidak memberitahumu soal aku yang ada acara dengan teman kuliah." Eros mengaku.
Tangan Eros menyentuh bahu istrinya.
"Aku melihatmu menciumnya." Aira langsung mengatakannya. Dia mau keraguannya tuntas.
"Mencium? Tidak Aira. Pasti kamu salah lihat."
"Aku melihatmu dari kejauhan, Eros." Aira tetap bersikukuh bahwa dia tidak keliru.
Eros tersenyum. "Kamu pasti kelelahan sehabis bekerja. Ayolah kita pulang. Aku akan memijit tubuhmu hingga besok bugar lagi. Kamu bawa motor? Titip di kantorku saja. Besok aku akan menyuruh seseorang mengantar motor ke kantormu." Eros segera mendorong tubuh istrinya perlahan.
Kejadian itu adalah yang pertama bagi Aira tahu, bahwa Eros bukanlah suami yang setia. Kejadian selanjutnya adalah saat Aira menemukan jejak-jejak percintaan mereka dalam ponsel milik suaminya. Sudah bisa di pastikan bahwa Eros berselingkuh. Lelaki ini benar benar sudah bertindak di luar wilayah sebagai seorang suami dari Aira Alundra.
Dia berselingkuh dengan junior saat masa kuliahnya dulu, Nara. Nara adalah seorang perempuan matang yang mengerti dengan benar cara perempuan bersikap dan bertingkah. Keanggunan dan ramah tamah seorang perempuan ada padanya. Namun keanggunan itu berubah jadi racun bagi kehidupan rumah tangga Eros dan Aira. Perempuan cantik itu masuk sebagai duri.
Namun wanita ini tidak segera mengungkap semuanya. Dia masih membutuhkan waktu yang tepat menanyakan perihal perbuatan suaminya. Aira istri yang tenang dalam menanggapi perselingkuhan suaminya.
Hari ini saat Aira off kerja, dimana itu merupakan rutinitas dari jadwal di pekerjaannya. Suaminya datang dari kantor. Eros nampak sangat bahagia saat dia sudah pulang dari kantor.
"Aku membawa brownies kesukaanmu." Tangannya membawa sekotak kue bronis dengan rasa dark chocolate. Rasa manis dengan sedikit kecapan rasa pahit di lidah. Aira menyukai itu. Semakin pahit rasa cokelatnya, berarti mereka memakai coklat dengan kualitas baik.
Setelah menunjukkan satu kotak brownies itu, Eros meletakkan di atas meja. Memeluk tubuh istrinya dan mengecup keningnya. Mata Aira menyipit. Bukan gelenyar menyenangkan, tetapi rasa muak yang menggelegak di seluruh tubuhnya. Kecupan ini mengingatkan dirinya saat menemukan Eros mengecup pelipis Nara.
"Kenapa tidak memelukku balik? Kamu sedang masa menstruasi? Jadi moodmu tidak baik?" tanya Eros masih dengan memeluk tubuh kecil itu.
"Bukan."
"Ada apa? Apakah ada kata-kata dari keluargaku yang menyakitimu?" Mereka memang masih tinggal satu rumah dengan mertua.
"Bukan mereka."
"Siapa?"
"Kamu." Mendengar ini tangan Eros langsung turun dari kedua lengan Aira dan menjauhkan tubuhnya.
"Apa yang kamu bicarakan, Aira? Kamu bilang aku yang sudah menyakitimu? Benar?" tanya Eros dengan mata mengecil dan memiringkan kepala menelusuri ke arah wajah istrinya yang menatapnya datar.
"Ya. Kamu yang sudah menyakitiku," jawab Aira dengan raut wajah menjadi sedingin es. Eros masih menyipitkan mata untuk berpikir.
"Apakah ini masih soal Nara?" Aira hanya mendengkus mendengar pertanyaan suaminya. Tangannya melepaskan tangan Eros pada dua lengannya. Lalu berjalan menuju kotak brownies yang ada di atas meja nakas.
Aira pernah bertanya. Sekali. Jawaban Eros adalah ... Nara hanya teman biasa. Aira tidak berusaha mencerca dan mengejar jawaban yang bisa mengungkap semua. Aira tidak meneruskan pertanyaannya.
Eros memutar tubuhnya untuk mengikuti langkah Aira. "Apa kamu masih mencurigaiku?" tanya Eros dengan wajah penuh perhatian. Aira tidak terpengaruh.
"Tidak. Aku tidak mencurigaimu." Tangan Aira menyentuh kotak berwarna dominan coklat itu. Membuka dan diam. Tubuhnya masih membelakangi Eros.
"Lalu ini soal apa? Kamu terlihat sangat marah padaku."
Aira membalikkan tubuhnya dan menghadap Eros, "Ya. Aku sangat marah padamu. Aku tidak mencurigaimu berselingkuh dengan Nara, tapi aku menuduhmu." Mata Aira memancarkan sorot benci yang kentara.
"Menuduh? Apa yang kamu katakan Aira? Sudah aku katakan bahwa aku tidak ada hubungannya apa-apa dengan Nara, kecuali ..."
"Diamlah," potong Aira. Aku sudah menemukan bukti hubunganmu. Berhenti saja memberi alasan. Percuma." Mendengar Aira berkata seperti ini, Eros terkesiap tanpa sadar. Matanya melihat ke arah sebuah sudut, dimana dia telah lalai meletakkan sesuatu di sana. Aira melihat itu.
Tiba-tiba tubuh Eros berkeringat. Dalam hawa yang dingin ini, dia berkeringat tanpa sebab. Namun Aira tahu penyebabnya. Dia tidak terkejut dengan perubahan mimik suaminya barusan. Eros pasti sudah berpikir soal kartu sd yang ia letakkan sembarangan. Ia lupa. Ia lalai. Itu menandakan ini waktunya semua terbongkar. Mereka sudah pada puncaknya untuk terjatuh bersama-sama.
Pada saat itu dering ponsel Eros menghancurkan keheningan yang membentang. Ada sebuah nama yang membuat mata Eros melebar. Bukan sebuah nama yang patut di curigai sebenarnya. Namun Aira tahu pasti, itu nomor ponsel Nara. Eros diam tidak beranjak menuju ponselnya yang berada tepat di sebelah kotak brownies.
Yang di takutkan Eros menjadi nyata, dengan tenang Aira mengambil ponsel itu dan mendekatkan ke dekat telinganya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
✨rossy
kok aku baru nemu yaa
2022-10-18
0
Riska Wulandari
keknya keren nih katakter tokoh perempuannya..
2022-09-16
0
🅶🆄🅲🅲🅸♌ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠
kebohongan itu cpt atau lambat pasti akan ketauan
2021-10-08
0