Hari demi hari berlalu mereka jalani seperti biasa, keduanya melakukan aktivitas mereka dengan bekerja di perusahan masing-masing. Sakura yang masih dibebaskan oleh daichi untuk bekerja dengan kesepakatan yang telah mereka buat sebelumnya.
Sakura duduk di bangkunya, membaca lembar demi lembarnya dokumen yang harus ditanda tangani nya. Dari luar ruangannya terdengar seseorang mengetuk pintu itu beberapa kali, seseorang yang ada diluar sana akan terus mengetuk pintu itu sampai sang pemilik ruangan mengizinkannya masuk.
"Masuklah, kimi", perintah sakura yang sudah tahu dia yang ada diluar sana.
Pintu itu terbuka perlahan, sebelah mata mengintip terlebih dahulu sampai akhirnya kimi membuka pintu itu dengan sangat lebar dan masuk ke dalam.Dia menutup pintu itu kembali, tersenyum menoleh kearah sakura dan berjalan menghampirinya dengan langkah kakinya yang cepat .
"Nona sakura", ucapnya, bahagia.
Sakura langsung menatap sekertaris pribadinya itu bersiap untuk mendengarkan celotehan kimi yang panjang seperti membacakan dongeng satu buku.
"Ada apa kimi?"tanya sakura.
"Nona begini, bisakah hari ini kita pulang lebih awal?"tanya kimi.
"Memangnya kamu mau kemana? Apa kamu ada urusan?"tanya sakura.
"Sekertaris pribadi tuan daichi mengajak saya makan malam hari ini", kata kimi.
"Jadi hanya karena sekertaris yun ingin mengajakmu dinner malam ini sehingga kita harus pulang?"tanya sakura, matanya melirik tajam kearah kimi.
Kimi kaget dengan ekspresi dan tanggapan yang diberikan atasannya itu, tidak seperti biasanya sakura memberikan tanggapan sedingin itu mengenai hubungannya dengan sekertaris yun, padahal dari dulu sakura lah yang justru paling gencar menjodohkan mereka.
Mengerikan untuknya saat seseorang yang selama ini dikenalnya begitu ramah, pengertian tehadap dirinya, tiba - tiba saja bersikap sedingin es dengan tatapan mata yang sinis memandanginya membuat nyalinya gemetaran tak berani mengangkat wajahnya menatap kearah sakura.
"Maaf atas kelancangan saya, nona sakura", ucapnya tanpa berani melihat sakura .
Sakura yang melihat kimi yang enggan menatapnya, tertawa begitu bahagia karena merasa aktingnya tadi benar - benar terlihat sangat serius. Kimi tentu saja langsung menatap kearah sakura, matanya terperangah dengan wajahnya yang bingung dengan sakura yang tiba - tiba saja tertawa.
"Aku hanya bercanda, kimi", kata sakura.
"Astaga nona, anda benar - benar berhasil membuat saya ketakutan", kata kimi.
"Maaf, yasudah kamu bisa pulang lebih awal hari ini", kata sakura, tersenyum.
"Jangan lakukan itu lagi, nona. Itu sangat menyebalkan", gerutunya.
"Baiklah,maaf", ucap sakura.
••••••••
Kantor Daichi Tama 🏢
Dia berdiri beberapa menit menunggu kehadiran daichi, dia terus memperhatikan jam tangan yang dikenakannya. Sesekali dia menatap dirinya di sebuah cermin kecil yang dibawanya di dalam tasnya, memastikan dirinya bahwa penampilannya saat ini terlihat sempurna.
"Lama sekali", gumamnya.
Mobil sedan bewarnah hitam itu memasuki area kantor, berhenti tepat di depan pintu masuk menuju loby. Pintu mobil depan itu terbuka, sekertaris yun keluar berjalan dan membukakan pintu mobil untuk daichi. Daichi keluar dari dalam mobil, sekertaris yun langsung menutup pintu itu kembali. Bersama -sama mereka berjalan masuk kedalam menuju ruangannya, sepanjang jalan para karyawan terus menyapa atasan mereka itu, tapi daichi hanya memandang lurus ke depan tanpa mempedulikan siapapun yang menyapanya, hanya sekertaris yun yang melihat dan melemparkan senyum kepada para karyawan lain.
Rasa bosan mulai dirasakannya saat yang ditunggu tak kunjung datang, dia memperhatikan sekelilingnya dan baru menyadari bahwa tempat dia saat ini berada begitu sunyi hanya ada dia dan seorang wanita yang ada dilantai itu. Dia menarik napas panjang, lalu menangkap sosok yang dari tadi ditunggunya sedang berjalan kearahnya.
"Daichi", sapa nya.
Langkah kakinya terhenti, terkejut melihat sosok yang muncul di depannya saat ini. Dia melihat luna yang berjalan mendekat kearahnya yang tersenyum, daichi mencoba membalasnya dengan senyuman, meski dia merasa bingung dengan kemunculan luna di kantornya itu
"Apa anda mengundangnya?"tanya sekertaris yun.
"Tidak", jawab daichi, pandangan lurus.
"Kenapa nona itu datang kesini", kata sekertaris yun.
"Aku juga tidak tahu", jawab daichi.
Percakapan keduanya terhenti saat luna semakin dekat berjalan menghampiri mereka.
"Hai, daichi", sapa luna.
"Hai", jawab daichi.
"Aku dari tadi sudah menunggu mu", ucapnya.
"Benarkah? Maaf aku tidak tahu kalau kamu akan datang kekantor ku. Aku baru kembali dari luar ada beberapa urusan ",kata daichi.
"Tidak apa-apa", jawab luna.
"Lebih baik kita bicara di ruangan ku saja", kata daichi.
"Oh, oke", kata luna.
Mereka berjalan menuju ruangan daichi.
"Silakan duduk", kata daichi.
"Terima kasih", ucap luna, duduk berhadapan dengan daichi di sebuah sofa.
"Apa kamu ingin minum?"tanya daichi.
"Tidak, tidak perlu", kata luna, menolak.
Luna bisa melihat bahwa sekertaris pribadi daichi terus memandanginya dari tadi, dan tatapan itu sangat jelas terlihat bahwa sekertaris yun terlihat tidak menyukai kehadirannya. Dia mendongak, tapi sekertaris yun tetap saja menatapnya kearahnya, pandangan matanya penuh kecurigaan terhadap dirinya.
"Apa anda kebetulan sedang lewat, nona luna?"tanya sekertaris yun.
Wanita itu terlihat bingung dengan pertanyaan yang tak terduga di berikan sekertaris yun. "Tidak, tuan", jawabnya.
"Ohh, jadi anda memang ingin menemui tuan daichi", gumamnya.
"Benar", jawab luna, menatap sekertaris yun.
Dia mulai terlihat tidak nyaman dengan sikap yang diperlihatkan sekertaris yun yang begitu terang-terangan terlihat tidak menyukai dirinya, sementara daichi sendiri yang berada diantara keduanya hanya diam dan menyimak pernyataan dan jawaban yang terjadi diantara sekertaris pribadinya dengan teman lamanya itu.
Luna memalingkan wajahnya dari sekertaris yun, menunduk sesaat dengan kedua tangannya yang mengepal menahan rasa kesalnya saat ini. Daichi mula merasakan suasana tegang yang terjadi diruangan itu, dia mulai mencairkan suasana dan membuka pembicaraan.
"Jadi, apa yang membawa mu kemari luna?"tanya daichi, melihat luna dengan tatapan serius.
"Aku kemari karena ingin memberikan ini", kata luna, dia membuka tasnya dan mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarnah hitam.
Alis daichi terangkat sebelah, melihat kotak hitam yang dipegang oleh luna.
"Ini daichi", katanya,menyodorkan kearahnya.
Lama dia diam, sampai akhirnya menerima kota yang disodorkan luna kepadanya.
"Apa ini?"tanya daichi, memperhatikan kotak yang ada ditangannya tanpa membukanya
"Bukalah, kamu akan tahu", jawab luna.
"Baik, aku akan membukanya", kata daichi.
"Silakan", kata luna, tersenyum.
Tatapannya berubah saat melihat isi didalam kotak itu, sekertaris yun yang merasa penasaran dengan isi di dalam kotak itu mencoba mendekat untuk dapat melihat jelas yang ada didalam.
"Parfum?"kata daichi.
"Benar, kata gena kamu sangat menyukai aroma itu", jawabnya
"Ia, aku memang sangat menyukai aroma ini. Jadi gena yang memberi tahu mu?", tanya daichi.
"Hmmm, gena yang memberitahu ku soal itu", jawabnya.
"Tapi aku sama sekali tidak menyangka jika hubungan kalian sedekat itu, bukankah dulu saat SMA kalian bahkan jarang berbicara?"tanya daichi, menatap luna untuk mendapatkan jawaban.
Terdiam, beradu pandangan dengan daichi yang menunggu jawaban keluar dari mulutnya. Tidak hanya daichi yang menunggu jawaban, sekertaris yun yang mendengarnya juga ikut menunggu luna memberikan penjelasan, ditambah lagi dengan tingkah luna yang aneh membuat sekertaris yun semakin curiga.
"Hubungan kamu semakin dekat, sejak lulus SMA", jawab luna.
"Ahhh, begitu", jawab daichi.
"Tapi gena tidak salah bukan?"tanya luna.
"Mengenai parfum ini?"tanya daichi.
"Mmmm", jawab luna.
"Tidak, dia benar", kata daichi.
"Syukurlah kalau begitu", gumamnya yang merasa puas.
"Terima kasih,luna. Tapi kamu tidak perlu repot-repot seperti ini", kata daichi.
"Sama sekali tidak, kebetulan aku melihatnya dan mengingat kamu menyukai itu makanya aku membelinya dan mengantar langsung kepada kamu", kata luna.
"Sekali lagi terima kasih", kata daichi.
"Sama-sama daichi, baiklah sepertinya aku harus kembali kerumah sakit sekarang", ucapnya, bangkit berdiri.
"Baiklah, hati- hati", kata daichi.
"Oke, aku pergi dulu", ucapnya, pergi meninggalkan ruangan itu.
Selepas kepergian luna, daichi langsung meletakkan kotak itu di atas meja. Wajahnya terlihat datar saat memandangi kembali kotak yang ada didepannya itu.
"Anda sangat hebat berpura-pura, tuan", kata sekertaris yun.
"Itu adalah cara yang terbaik untuk menjaga perasaan seseorang", gumamnya dingin.
Sekertaris yun hanya tersenyum mendengar perkataan daichi, entah untuk alasan apa daichi harus berpura -pura bersikap seperti itu, dia sama sekali merasa bingung.
"Kenapa anda tidak mengatakan kepadanya saja bahwa anda sudah lama tidak menyukai itu", kata sekertaris yun, menurutnya tidak ada salahnya mengatakan yang sebenarnya karena berpura-pura justru membuat semuanya menjadi rumit.
"Karena dia terlihat sangat percaya diri saat mengatakannya. Aku tidak ingin menghancurkan itu", kata daichi.
Penjelasan yang diberikan daichi terdengar berlebihan menurutnya, baginya tidak perlu menjaga perasaan seorang wanita karena itu akan menciptakan masalah baru dikemudian hari. Sejak pertama bertemu dengan luna, sekertaris yun mulai merasa janggal dengan sikap yang ditunjukkannya , caranya memandang daichi yang begitu dalam membuatnya sebagai seorang pria tahu bahwa ada rasa ketertarikan yang dirasakan luna. Mula - mula wanita itu akan datang sebagai sosok teman lama dari kehidupan masa lalu daichi, sampai akhirnya saat dia mendapatkan peluang yang tepat, dia akan mencoba masuk lebih dalam di kehidupan daichi itulah yang selalu terpikirkan oleh sekertaris yun tanpa mengatakan apa yang dipikirkan nya ini kepada daichi.
"Ambilah ini", kata daichi, memberikan kotak beserta isi didalamnya kepada sekertaris yun.
Dahinya mengkerut. "Untuk saya?"tanya sekertaris yun.
"Hmm, aku sudah lama tidak menyukai aroma itu", kata daichi.
"Lalu kenapa anda memberikan kepada saya?"suaranya terdengar muram.
"Kalau begitu buang saja", kata daichi.
Diambilnya kotak itu dari tangan daichi, dipandanginya sesaat dan sesekali menatap kearah daichi yang terlihat tenang saat memerintahkannya. Dia merasa tak sanggup jika harus membuang parfum tersebut, meskipun dia kurang menyukai wanita yang memberikan parfum itu,tapi membuangnya bukanlah pilihan yang tepat di rasanya.
"Biar saya yang menyimpannya", kata sekertaris yun.
Daichi hanya tersenyum licik, dia tahu bahwa sekertaris yun tidak akan tega untuk membuangnya. "Baguslah", jawabnya.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Sulati Cus
bakal ada ulet keket nih
2021-05-10
0
Tinifang💞💞
ditunggu upnya Thor
2021-05-05
0
Osie
daichi bersikap tehaslah dgn wanita diluaran sana..jgn pake perasaan krn itu akan kafi bumetang dlm RT mu n sakura..hati hati daichi..yg patut kamu jaga itu ya perasaan sakura bukan perasaan wanita lain
2021-05-05
0