"Lama tak ketemu, nak! Apa kau rindu dengan Paman Sam? Gagagaga...."
Suara Paman Sam menggelegar keras dengan tawa yang aneh. Seolah itu ciri khasnya dalam tertawa. Tubuh badannya begitu besar dan kekar. Kumisnya tebal dan lebat, berbentuk amat lurus. Janggutnya rapi dengan menutupi di sekitar dagunya.
Jaya dan Jacky saat ini berada di ruangan Paman Sam pribadi. Di depan mejanya ada banyak makanan dan minuman. Di samping Paman Sam, ada Joker, seseorang yang sebagai tangan kanannya.
"Sebenarnya saya butuh beberapa bantuan dari Paman Sam. Tapi bisakah Paman Sam mendengarnya?"
Jaya berkata dengan menundukkan kepala. Dia tak berani menatap mata Paman Sam. Sebab, dia bukanlah lawan bicara yang sebanding dengannya. Kultivasi energi Aura Paman Sam setidaknya adalah peringkat level 6 tahap awal. Sedangkan Jaya, dia belumlah mencapai tahap level 1 sekalipun. Ada etika bicara ketika menghadap muka dengan lawan yang jurang kekuatannya begitu dalam.
"Katakanlah, nak! Kau sudah seperti keluargaku sendiri. Yah, aku memang tertarik dengan kalian semenjak berhasil melakukan tugas-tugas permintaan kecilku dulu! Gagaga.... Benarkan Joker?"
"Yah, mereka memanglah menarik untuk di jual sebagai budak, tuan. Mesti mereka nanti akan sangat sedikit berguna sebagai budak,"
"Tapi, tak ku sangka kalian malah datang begitu cepat untuk menemuiku. Apakah kau sudah bosan hidup, nak?! Gagaga..."
"Mungkin mereka tak punya pilihan tuan!"
"Yah, betul, tak bisa di pungkiri… Saat anjing kehabisan makanan di piringnya, dia pasti akan mendatangi majikannya sendiri untuk meminta. Gagaga...."
Jaya dan Jacky menundukkan kepala dengan diam. Paman Sam meminum sake dari wadah botolnya. Dia telah sedikit mabuk. Jaya memberanikan mengangkat sedikit kepalanya, memandang meja.
"Saya butuh banyak perlengkapan prajurit hunter. Sebagai jaminannya, saya akan menggadaikan nyawa dan tubuh saya selama setengah tahun. Jika saya tak dapat menebusnya, maka nyawa dan tubuh saya akan menjadi milik paman selamanya...." Ucap Jaya pelan dan menundukkan kepala lagi.
Paman Sam menyeka mulutnya dari sisa air minuman anggur. Matanya menyipit menatap Jaya dengan enteng.
"Bisnis yang bagus? Apakah kau sedang berjudi denganku, nak?!"
Jaya diam tak berani menjawab. Ini memanglah tawaran perjudian. Jika dia dapat menebus bantuannya maka hidupnya selamat. Dan jika tidak mampu, riwayat hidupnya bakal tamat. Lalu dimana untungnya buat Paman Sam?
Paman Sam selama ini selalu mencari keuntungan pribadi. Tanpa ada keuntungan maka tak akan ada pula bisnis. Perjudian itu adalah permainan ketidakpastian, tapi ada untungnya. Yang dikejar Paman Sam bukanlah hal yang seperti itu. Yakni, keuntungan riil dan pasti, bukan lagi yang bisa dipermainkan. Karena Paman Sam tak suka bermain permainan di dalam permainan, yang belum lagi jelas keuntungannya.
"Haikk… gagaaga … nyalimu tak buruk, sama seperti waktu aku muda dulu. Bunga 50% Aku akan membantumu. Tapi selama satu tahun kau tak dapat membayar, tak peduli kau mati atau masih hidup. Kau tetap menjadi barang milikku!"
mendengar jawaban Paman Sam, Jaya menelan ludah. Bunga 50% adalah harga yang banyak untuk pengembaliannya. Tapi tidak ada daya bagi dirinya untuk tawar menawar di mulut harimau, selain menyetujuinya.
"Terima kasih atas kemurahan hati Paman Sam!" Kata Jaya meski pahit menjawab.
"Gagaaga… pergilah temui Warungin dan mintalah yang kau mau. Sebelum aku berubah pikiran..."
Jaya dan Jacky berdiri dari duduknya, kemudian menunduk setengah badan memberi hormat. Selepas itu, mereka pergi ke Warungin, orang yang menyiapkan berbagai keperluan. Jaya meminta tas penyimpanan dan berbagai alat untuk bertahan hidup.
"Kenapa aku mengabulkan permintaanya, ya?" Kata Paman Sam menatap Joker.
"Mungkin, tuan, menyukai mereka berdua,"
"Yah, mereka memanglah mengingatkanku tentang perjuanganku dulu. Dari tanpa latar belakang yang kuat, tapi ingin mengubah nasibnya dengan mengambil tantangan untuk selalu maju! Gagaga...."
"gagaga....Tapi hidup tak semudah itu!"
Setelah dari kedai penginapan kecil itu, Jaya dan Jacky pergi ke suatu tempat. Tempat yang seharusnya tidak mereka datangi, bukan untuk bertamasya ataupun bermain untuk orang yang masih seusianya.
"Apa kau bercanda Jaya?! Setelah selamat dari Paman Sam kini kau ingin pergi menuju tempat kematian lagi!? Ini adalah batas hutan yang di luar kota. Jika kita melangkah lagi lebih jauh, hanya cuma ada monster di sana!! Cuma para Prajurit Hunter yang bisa pergi ke sana," kata Jacky marah membawanya dia ke sini, karena mereka belumlah menjadi Prajurit Hunter.
Letak penginapan kedai kecil itu memang berada di luar perbatasan kota. Dan untuk mencapai batas hutan monster ini, tentu tidaklah jauh dari tempatnya. Hanya butuh waktu 5 jam, hingga mereka bisa sampai di batas hutan itu.
"Tenanglah, selama kau mengikuti perintahku kita akan aman. Kita tidak punya banyak waktu lagi untuk menengok ke belakang atau berjalan mundur," jawab Jaya santai.
Jacky akhirnya sedikit mengerti apa yang sebenarnya Jaya rencanakan. Meski tak sepenuhnya, tapi dia yakin tentang beberapa hal.
"Apakah kita akan berburu monster? Oleh sebab itu kau minta bantuan beberapa alat Prajurit Hunter tadi...." Tanya Jacky menengok Jaya.
"Yup, kita akan berburu monster sebanyak-banyaknya. Sebelum kita bisa menebus hutangku ke Paman Sam, kita tak akan keluar dari hutan monster ini. Sebab itu, kita perlu menjual banyak bangkai monster...." Jawab Jaya tersenyum ringan.
Bangkai monster sangatlah berharga bagi Hunter. Dia bagaikan harta karun yang menyimpan banyak manfaatnya. Sebab, setiap bagian tubuhnya, itu bisa dikelola menjadi berbagai banyak hal yang penting.
Biasanya, itu dapat digunakan untuk membuat berbagai senjata. Seperti pedang, pisau, perisai, baju baja, dan aneka lainnya. Selain itu, bisa pula digunakan dalam ramuan pengobatan Alkimia. Karena beberapa bagian tubuhnya mempunyai kegunaannya yang unik.
Atau juga, bisa memberikan efek ke dalam kultivasi untuk meningkatkan energi Aura jiwa tubuhnya, dengan menyerap inti dari monster jiwa. Dan untuk darahnya bisa pula digunakan untuk membuat mantra rajah. Sebuah kertas mantra yang bisa digunakan untuk berbagai hal.
"Ahhh.....entah apa yang merasukimu hingga menjadi segila ini!" Jacky menggaruk rambutnya yang tidak gatal hingga berantakan.
"Sejak kapan kau sudah merencanakan ini? Tidak mungkin kau pergi tanpa rencana matang, kan?" Tanya Jacky memasang wajah serius.
"Tidak, aku hanya baru terpikirkan saat sampai di Paman Sam. Awalnya aku hanya ingin meminta misi agar bisa dapat uang banyak. Tapi aku merubah pikiranku!"
"Hah!? Apa kau bercanda Jaya? Apa yang bisa kita lakukan? Ini mustahil, mustahil, dan sangat mustahil."
"Santai saja, dewi keberuntungan saat ini memihakku....."
"Aku bingung, apa yang bisa membuatmu begitu percaya diri sekali?"
"Kau akan tahu sendiri nanti,"
"Bisakah kau memberitahuku lebih awal? Saat ini aku begitu takut. Setidaknya berilah aku senjata dan baju baja!"
"Ah, maaf sepertinya di kantong ruangku tidak ada senjata. Hanya cuma ada alat sederhana, bahan makanan dan minuman, lalu senjata bom asap dan cahaya dan sebagainya. Dan ada pula kertas mantra peledak,"
"Apa?! Entah kenapa rasanya kepalaku sedikit pusing,"
Jacky bimbang penuh keraguan untuk berjalan. Seakan perjalanannya ini menjadi lebih berbahaya dari sebelum-sebelumnya. Tanpa senjata dan kekuatan energi Auranya yang masih pada tahap pelatihan. Selain itu, kekuatan Anantanya juga belum terbangunkan. Ini sama saja bunuh diri melawan monster.
Jacky dan Jaya masih terus berjalan menyusuri masuk ke dalam hutan. Semakin ke dalam, hutannya begitu lebat banyak akar pohon dan tumbuhan yang melalu-lalang. Sampai saat ini, belumlah ada monster yang menampakkan dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
-pikuk-
'ahhh.....entah apa yang merasuki mu hingga menjadi segila ini!' waktu baca itu kok aku malah nyanyi yak 🤐
2021-06-19
4