"Kitab Jurus-Jurus Sakti Beladiri! Banyak Teknik yang bisa digunakan untuk dikelola! Para nona dan pemuda, silahkan di lihat! Ada perisai, ada baju baja, ada pedang, semua terbaru! Silahkan, jika anda tertarik!"
Seorang pedagang yang menggelar lapak menarik perhatian banyak siswa. Sebab, Kitab Jurus Beladiri bukanlah sesuatu yang dapat ditemukan. Meski, banyak yang telah mempunyai sendiri dari keluarganya. Tapi, untuk menciptakan Jurus Beladiri tidaklah semua orang bisa. Maka dari itu, referensi dari Kitab Buku Jurus-Jurus Beladiri bisa pula meningkatkan Keterampilan Beladiri seseorang.
"Lihat, ini ada Kitab Teknik Pukulan Harimau,"
"Di sini juga ada baju baja yang kokoh dengan motif Beruang Putih,"
Beberapa siswa tampak antusias penuh semangat membicarakan barang-barang dagangan. Sebuah belati mengkilap berwarna putih, dengan ukiran misterius di bilahnya dan itu memancarkan energi hawa yang menakutkan.
"Berapa harganya, pak?" Tanya seorang siswa.
"80 ribu koin, itu belati yang bagus. Terbuat dari kuku Beruang Putih. Di bilahnya terlukiskan ukiran mantra energi es. Sekali tergores, kekuatan mantranya akan aktif," jawab penjual dengan senyum meriah.
"Eh, mahal!"
Bagi seorang rakyat biasa, 80 ribu koin itu sama saja kerja selama 3 bulan penuh untuk mengumpulkannya, tanpa dikurangi biaya makan untuk sehari-hari.
"Eit… tunggu dulu. Bukan mahal kalau barangnya bisa sepadan dengan kegunaannya. Belati ini bisa kau gunakan tanpa harus memiliki atribut es. Dengan praktis, belati putih ini setara dengan tajamnya cakar Monster Beruang level 2. Dia dapat melukai hanya dengan menggores sedikit. Ini dapat mempertahankan diri dan membunuh Monster tingkat level 1 dengan cepat," bujuk penjual dengan kelebihan dari belatinya.
"Kalau Kitab Jurus Tangan Besi, ini berapa?" Salah seorang juga bertanya pelan.
"Itu, 70 ribu saja."
"Aaa… sayang sekali. Mahalnya!"
"Yah, ini jurus yang di buat Master tingkat level 5. Untuk membuatnya itu susah. Butuh proses panjang agar jurus ini bisa tercipta. Ini jurus yang dapat merobohkan lawan hanya dengan satu hentakan pukulan...." Keluh penjual rasanya tak ada yang hendak membeli.
Jaya dan jacky berjalan melihat sekeliling penjual dagangan. Di tempat ini banyak barang yang dijual, mulai dari harga murah hingga mahalnya selangit.
"Kita akan pergi kemana, Jaya?" Tanya jacky mengikuti langkah Jaya yang melihat sekitar.
Tampak seseorang sedang mendekati pedagang yang ramai karena kitab-kitab jurusnya.
"Lihat itu, Purma Candra. Kakak dari Melati!" Muka muram terselip di raut Jacky.
Jaya melihat ke arah tempat itu. Dia pun merasa sama. Lalu berjalan pergi sebelum dirinya diketahui. Kabar Jaya pasti sudah tersebar tentang perseteruan dirinya dengan Melati, nyawanya kini akan terancam bahaya. Menyinggung bangsawan ningrat, sama saja menjulurkan lehernya ke ujung pedang.
"Bungkus semua kitab-kitab itu untukku. Kurasa aku perlu beberapa peningkatan kemajuan dalam beladiri!" Purma Candra mengatakan ke penjual.
"Baiklah, tuan muda!" Penjual itu tersenyum bersinar lebar. Dia mengemas semua kitab jurus-jurusnya dan memberikannya.
"Berapa semuanya?"
"450 ribu tuan muda! Semua total Kitabnya ada 6."
Purma Candra mengeluarkan 5 kertas uang koin Hunter, dari kantong ruangnya. Kertas itu sebanding pecahan, 100 ribuan dan 50 ribuan.
"Terima kasih, tuan muda!"
Purma Candra lalu membawa bungkusan Kitab itu masuk ke dalam kantong ruangnya. Semua yang melihat mendecak kagum dengan dirinya, dia begitu mudah mengeluarkan uang koin Hunter yang sebanyak 450 ribu. Itu bukanlah jumlah yang kecil.
Bagi rakyat biasa, itu adalah jumlah uang pengeluarannya yang lebih dari satu tahun. Dengan begitu mereka tak perlu kerja lagi selama 1 tahun penuh. Hanya rasa iri dan cemburu yang bisa dilihatnya. Bagai meneteskan air liur yang mencoba untuk mencari kenikmatan seperti itu.
Apalagi kantong ruang. Itu benda yang bisa menyimpan dan mengeluarkan barang apapun. Harganya setidaknya 1 juta koin Hunter. Banyak gadis yang mencoba menggoda Purma Candra, tapi dia mengabaikannya dan berlalu pergi bersama anak buahnya.
Jaya berjalan memasuki sebuah gang kecil, lalu masuk ke sebuah lorong gelap. Dia telah pergi lama dari jalanan yang penuh pedagang sejak melihat Purma Candra.
"Apa kita akan kembali ke tempat Paman Sam?" Tanya Jacky.
"Yah, begitulah. Kalau kau ragu sebaiknya jangan ikuti aku Jacky. Karena sekali kau mengikutiku kali ini, kau tak akan bisa kembali," Jaya menghentikan kakinya memandang Jacky.
Jacky tak habis pikir ketika membayangkan Paman Sam. Memanglah dia bisa memberikan apa yang kita mau, tapi sebagai imbalannya kita harus memenuhi syarat untuk membayarnya pula. Jacky dan Jaya pernah menjadi seorang penipu dan pencuri hanya gara-gara permintaan Paman Sam.
Mereka sering terlibat mempertaruhkan dengan nyawanya sendiri. Sebab permintaan Paman Sam, acap kali hal yang mustahil. Slogan Paman Sam sederhana, hargai aku maka kau akan ku hargai. Baginya setiap segala sesuatu memiliki harganya sendiri.
"Apa kau yakin Jaya? Apa yang sebenarnya kau rencanakan? Paman Sam bukanlah orang sembarangan yang bisa kita datangi..."
"Dulu kita memanglah kebetulan bertemu dengannya. Lalu memberikan tugas kepada kita untuk mencuri barang-barang tertentu dan memberikan kita banyak uang. Selain itu, dia memberikan tugas yang hanya mengantarkan barang ke suatu tempat. Maka kita juga diberi uang...."
"Namun resikonya kita di kejar-kejar banyak Monster. Kita di buru banyak Prajurit Hunter. Jika kita tak berada di wilayah Sekolah Hunter saat ini, mungkin kita masih jadi buronan...."
Jacky amatlah cemas, kalut begitu tinggi ketika perlu berurusan dengan Paman Sam lagi. Sebab, Paman Sam adalah salah seorang pengendali di dunia bawah tanah di Kerajaan Manikmaya ini. Dia menguasai berbagai pekerjaan kotor dan menjual barang-barang ilegal.
"Tanpa resiko maka tak akan ada keuntungan. Tanpa perjuangan juga tak akan ada perubahan. Semua itu ada harganya, Jacky. Kali ini aku ingin mengambil resiko, mencari keberuntunganku. Kau ikut atau tidak?"
Jaya dengan tenang bertanya ke Jacky.
Selama ini Jacky bukanlah apa-apa di Kota Bulengreng. Keluarganya telah dibunuh oleh Monster. Dia hanyalah sebatang kara, semua aset keluarganya sudah di rampok dan direbut oleh berbagai orang-orang. Tak ada apa-apa lagi yang kini dimilikinya.
Jacky akhirnya hidup mengemis dan menggelandang di Kota Bulengreng. Tetapi semenjak bertemu Jaya, hidupnya berubah. Dia dapat mencari makan dan bertahan hidup dengan cara yang tak wajar.
"Semakin aku mengikutimu, semakin gila pula aku. Tapi begitulah hidup. Tanpa kegilaan kita tak bisa bertahan! Baiklah, untuk kali ini aku akan ikut karena keberuntunganku juga tak begitu jelek. haha...." Jacky menghela khawatir dengan senyum canggung. Punggungnya menunduk lemas, tak bisa mencegah untuk menasehati Jaya.
"Baiklah, bagus. Kalau begitu ayo kita pergi untuk berbisnis dengan Paman Sam!"
Jaya melanjutkan langkah kakinya berjalan dan Jacky mengikutinya dengan kaki yang berat. Mereka menyusuri lorong gelap dan jalan gang yang berbelok-belok. Hingga akhirnya mereka mencapai di sebuah tempat di perbatasan kota dan Hutan Monster.
Di sana terlihat sebuah kedai kecil untuk makan dan minum sekaligus penginapan. Itu adalah tempat yang dituju oleh Jaya dan Jacky. Tak jarang ada yang mengetahui tempat apa itu sebenarnya, jika dilihat dari biasa, itu hanyalah kedai penginapan. Tapi di balik kedai itu sebenarnya merupakan salah satu rumah transaksi bisnis dunia bawah tanah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
-pikuk-
hm...😯
2021-06-19
2