🌹HAPPY READING🌹
Pesta pernikahan telah usai. Kina dan Aska juga telah melangsungkan pernikahannya tadi siang. Dan malam, dilanjutkan resepsi pernikahan Zahra dan Kenzo, Kina dan Aska.
Waktu telah menunjukkan pukul sepuluh malam. Zahra dan Kenzo sudah berada di kamar Zahra. Kamar yang sudah dihias dengan sedemikian rupa untuk pengantin baru.
"Aku ingin kita tinggal di rumahku malam ini, Zahra," ucap Kenzo.
Zahra memandang suaminya dengan lembut. Ada sedikit keterkejutan dalam hati Zahra mendengar nada bicara Kenzo yang sedikit dingin.
Zahra mendorong kursi rodanya mendekati Kenzo yang duduk di tepi ranjang. "Kak," ucap Zahra memberanikan untuk memegang tangan Zahra.
"Bukankah lebih baik kita beristirahat terlebih dahulu, Kak?" tanya Zahra.
"Aku ingin menghabiskan waktu bersama istriku di rumahku sendiri," jawab Kenzo.
"Tapi-"
"Kamu membantah suamimu, Zahra?" ucap Kenzo memandang Zahra tegas.
Zahra menunduk dan menggeleng. "Biar Zahra siap-siap dulu, Kak," ucap Zahra mendorong kursi rodanya.
Zahra memang sudah mengganti pakaiannya dengan gamis setelah resepsi selesai, dibantu oleh Sofia. Zahra mendorong kursi rodanya menuju lemari. Mengeluarkan koper dan mulai menyusun satu persatu pakaiannya.
Kenzo yang melihat itu hanya diam tak peduli. Dia merebahkan diri di kasur dan memejamkan mata untuk sesaat.
Zahra yang melihat itu hanya tersenyum dan geleng-geleng kepala. Mungkin Kak Kenzo capek. Ucap Zahra menghibur dirinya. Harapannya sangat besar agar Kenzo membantunya untuk menyiapkan pakaiannya.
Setengah jam, Zahra sudah selesai dengan kegiatannya. Zahra menyeret koper dengan sisa tenaganya mendekati Kenzo yang memejamkan mata di tepi ranjang.
Ragu. Itulah yang dirasakan Zahra. Selama delapan belas tahun hidup, dia belum pernah menyentuh lelaki, kecuali Ayah, Abi dan Abangnya. Baru kemarin dia bersentuhan dengan Kenzo setelah selesai akad. Setelah itu tidak ada lagi.
Dengan memberanikan dirinya, Zahra mengangkat tangan dan mengguncang pelan bahu Kenzo. "Kak," panggil Zahra lembut.
Kenzo yang yang merasa terusik membuka matanya. "Sudah selesai?" tanya Kenzo bangun dan mendudukkan tubuhnya.
Zahra mengangguk. "Em ... bisa bantu Zahra bawa koper ini, Kak? Zahra kesusahan," ucap Zahra takut.
Kenzo bangun dan menyeret koper Zahra keluar. Disusul Zahra yang mengikutinya dari belakang dengan kursi rodanya. Mereka menuju lift yang ada dirumah Ibra untuk segera turun dan meminta izin kepada semua keluarga.
"Loh, kalian pindah malam ini?" tanya Dee yang masih duduk di ruang keluarga bersama yang lainnya. Kecuali Kina dan Aska yang tentunya sudah berada di kamar mereka.
Zahra tersenyum dan mendekat kearah keluarganya. "Semuanya, Zahra pamit, ya," ucap Zahra.
"Kenapa cepat sekali, Nak? Bahkan kita belum menghabiskan waktu bersama," ucap Sofia tak rela.
"Kenzo mau berdua dengan istri Kenzo, Bunda," jawab Kenzo yang mengundang senyum mereka semua.
"Sudah tidak sabar, Ken?" tanya Al yang duduk disebelah Bella.
Kenzo tersenyum dan mengangguk menjawab perkataan Al. "Lo pasti tahu, Al," ucap Kenzo.
Bella yang mendengar itu menatap jahil kepada Zahra yang nampak malu-malu dengan wajah memerahnya.
"Ken, boleh Abi mengatakan sesuatu?" ucap Ibra.
Kenzo mengangguk. "Boleh Abi," jawab Kenzo.
Ibra berdiri dan berjalan mendekati Zahra. Dia bersimpuh mensejajarkan tinggi badannya dengan Zahra.
"Anak Abi ini masih sangat manja, Ken. Bahkan umurnya masih delapan belas tahun. Tapi keputusannya untuk cepat menikah tidak bisa Abi tolak," ucap Ibra mengusap lembut kepala Zahra yang tertutup hijab.
"Jika nanti dia bersikap labil atau tidak sesuai dengan kehendakmu, tolong jangan bentak dia, Ken. Jika dia manja, tolong ajarkan dia mandiri dengan baik. Jika nanti kamu tidak sanggup menghadapi sikap manja dan labil Anak Abi, katakan baik-baik pada Abi. Biar Abi yang menjemputnya ke rumahmu," ucap Ibra.
"Abi," ucap Zahra dengan mata berkaca-kaca.
Zahra langsung memeluk Ibra dan menangis di sana. "Zahra akan menjadi istri Sholeha untuk suami Ara. Zahra akan menjaga surga Zahra bersama Kak Kenzo, Abi. Zahra akan menjadi istri Sholeha seperti Umi dan Bunda," ucap Zahra.
Ibra menggeleng. "Jangan menjadi Umi dan Bunda, Nak. Jadilah dirimu sendiri, karena kamu, Umi dan Bundamu memiliki jalan yang berbeda," ucap Ibra.
Zahra mengangguk dengan senyumnya.
"Kenzo akan menjadi yang terbaik, Abi," ucap Kenzo.
Ibra mengangguk. Dia berdiri dan berlalu dari ruang keluarga. Tidak sanggup rasanya Ibra harus berpisah dengan anak yang bahkan baru tinggal bersamanya beberapa bulan ini.
Mereka semua yang melihat itu mengerti. "Abi hanya butuh waktu, Nak," ucap Dee menenangkan Zahra.
"Iya Umi," jawab Zahra.
"Ayah," panggil Zahra kepada Kevin.
Kevin memeluk Zahra dan mengecup lama dahi anaknya itu. "Jika capek, istirahat. Jangan pernah berhenti, Nak," ucap Kevin.
Zahra mengangguk. Dia sudah mengerti dengan perkataan Ayahnya itu untuk selalu berusaha menjadi yang terbaik.
Setelah berpamitan dengan semuanya, kini Kenzo dan Zahra sudah berada di mobil untuk menuju rumah Kenzo sendiri. Sebelum menikah, Kenzo memang sudah menyiapkan rumahnya sendiri.
"Rumah Kakak jauh, ya," ucap Zahra memperbaiki duduknya. Sudah satu setengah jam mereka di mobil, tapi mobil yang mereka tidak kunjung sampai.
"Lebih jauh lebih baik," jawab Kenzo dingin.
Zahra langsung menoleh kepada Kenzo. Jantungnya berdetak lebih cepat sekarang. Zahra takut akan hal-hal yang tidak sesuai dengan harapannya.
Setengah jam kemudian, Mobil yang Kenzo kendarai sampai di depan rumah mewah dengan desain minimalisnya. Zahra berdecak kagum melihat rumah yang akan mereka tempati, meskipun tidak kalah dengan kediaman Ibra dan Kevin yang selama ini menjadi tempat tinggalnya.
"Turun," ucap Kenzo membukakan pintunya untuk Zahra.
Zahra merentangkan tangannya kepada Kenzo. Karena jika turun dari mobil, biasanya dia akan dibantu atau digendong oleh Ibra, Kevin maupun Al.
Kenzo mengangkat alisnya sebelah. "Gunakan tubuhmu yang lain," jawab Kenzo pergi begitu saja dengan menyeret koper Zahra.
Zahra menghela nafas pelan. Meskipun dadanya terasa sangat sesak sekali. "Mungkin Kak Kenzo capek," mobil Zahra.
Dengan segenap kemampuannya, Zahra menyeret tubuhnya dengan kedua tangan sebagai kekuatannya. "Hampir jatuh," ucap Zahra ketika kursi rodanya sedikit oleng.
"Ini ada tangga. Gimana Zahra naiknya?" tanya Zahra bingung melihat tangga menuju pintu utama rumahnya.
Zahra mengedarkan pandangannya. Tadi dia melihat satpam yang masih berjaga didepan gerbang rumah.
Zahra melambaikan tangannya kepada Satpam tersebut.
"Iya, Nyonya," ucap Satpam tersebut mendekati Zahra.
"Bisa bantu Zahra naik nggak, Pak. Soalnya kalau lewat tangga Zahra belum ahli," ucap Zahra tersenyum memandang kursi rodanya.
Satpam tersebut mengangguk dan membantu Zahra. "Tuan Kenzo?"
"Kak Ken udah bawa koper Zahra tadi, Pak," alibi Zahra kepada Satpam. Dia tidak ingin kesedihannya diketahui orang lain. Itu sama saja dia mengiba dan meminta belas kasih atas perbuatan suaminya. Dan Zahra tidak mau mengumbar aib suaminya sendiri.
Dari jendela lantai dua, Kenzo melihat semuanya. Dia tersenyum miring melihat Zahra yang masih bisa tersenyum dibalik sifat dingin dan tak berperasaan nya.
"Kita lihat, sampai kapan gadis kecil ini akan bertahan? Atau sampai kapan kamu sanggup hidup dengan pernikahan ini," ucap Kenzo tersenyum miring menatap Zahra.
"Permainan baru akan dimulai."
......................
Jangan lupa buat terus singgah dan jangan lupa kasih like, vote, komen, dan hadiahnya juga ya teman-teman. Aku sayang kalian 🌹🌹🌹😘
Jangan lupa follow Ig author ya @yus_kiz untuk informasi mengenai karya author 🌹🌹🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 224 Episodes
Comments
Ria dardiri
baru mulai uda😭😭
2022-12-06
0
Massunamiyatha
aduh bau2 tak sedap ni....awas saja kenzo klu ada apa2 sm zahra....km akan berhadapan dengan abi ibra ya....
2022-12-05
0
Wiwit Lestari
novel karyamu memang luar biasa, thor
2021-12-08
0