Lalu.. Ibu itu mendekati kita. Diana hanya tersenyum melihat kedatangan ibu itu. "Aduh dik, ternyata bu nanan sudah pulang ke rumahnya. Ibu bingung, ibu ada perlu sama bu nanan tapi bu Nanan nya sudah pulang barusan katanya" Ucap ibu itu mencurigakan. Tak lama ibu itu meminta kami untuk mengantarnya ke rumah bu Nanan. Sekali lagi Diana hanya mengangguk dan semangat untuk mengikutinya. Dengan di iming-iming uang saku juga beberapa coklat yang akan ia berikan kepada kami jika kami sudah membantu ibu itu. Ya Allah, kenapa aku ini tidak bisa membantah ibu itu apalagi semangat Diana. Aku tak bisa mencegah keinginan Diana. Ibu itu melihatku seperti melihat keraguan di raut wajahku. Seraya dia memegang tangan dan menatap mataku tajam.
"Dik Milla, mau kan membantu ibu seperti Diana? Apa adik gak kasihan sama ibu. Ibu mau kerumah bu Nanan hanya tak ada teman untuk kesana" Bujuknya dengan ekspresi kasihan.
Lagi-lagi sifat tak tegaku muncul begitu saja. Oh tolonglah jangan pasang ekspresi seperti itu. Matanya juga yang membuatku ingin sekali menuruti kata-katanya dan akhirnya aku mengangguk. Akhirnya kita dibawa berjalan kaki menuju rumah bu Nanan. Aku yang tidak tau dimana keberadaan rumah bu Nanan hanya menurut saja. Dia mengaku sebagai teman akrabnya bu Nanan. Di perjalanan ibu itu tak henti memberi iming-iming. Aku yang tak terbuai dengan iming-iming itu tak mau merusak kesenangan Diana saat itu.
Kita berjalan sudah cukup jauh, lalu melewati sekumpulan anak muda yang sedang duduk. Diantara mereka ada juga yang sedang bermain gitar. Si ibu berbicara padaku,
"dik Milla, jangan lihat ke sebelah pemuda-pemuda itu ya. Itu adalah jambret yang suka menculik dan mengambil perhiasan anak-anak. Lebih baik sini ibu copotkan anting dik Milla dan cincinnya." ucapnya membujukku. Akhirnya ia berhasil melepaskan perhiasanku saat itu dengan sedikit memaksa. Dia memasukkannya kedalam tas yang aku gendong di belakang. Aku disitu percaya saja dan tak banyak bicara.
Kita berhenti di sebuah sekolah dasar yang aku tak begitu tahu. Si ibu lalu mengangkat teleponnya. Entah itu benar-benar atau hanya sandiwara. Ia menyampaikan pada kami bahwa bu Nanan itu belum sampai rumah karena ada tugas dulu di sekolah dasar yang kita hampiri itu.
"Dik Milla dan Diana ternyata bu Nanan ada di sekolah ini, kalian tunggu sebentar ya ibu masuk dulu jangan kemana-mana." Lagi-lagi kami menurut apa perkataan si ibu itu. Kami menunggu sudah terlalu lama dan hampir petang.
"Diana, kita pulang saja. Si ibu itu gak akan kembali pada kita Diana. " ujarku.
Entah kenapa aku punya fikiran seperti itu padahal aku masih menginjak kelas 2 SD saat itu.
Kita yang benar-benar tidak tahu jalan pulang, hanya kebingungan. Dan aku tak sengaja melihat tetanggaku keluar dari sekolah itu.
"Astaga Diana, ini sekolah dasar Sejahtera. Tempat tetanggaku sekolah. Itu dia dijemput sama mama nya." Diana kaget ternyata kita dibawa sejauh itu. Aku yang sibuk mencari perhiasan kedalam tas yang ternyata memang tak ada. Kenapa dugaanku begitu benar saat itu? Dan bodohnya lagi aku tak bisa melawan. Sial, aku benar-benar di jambret. Aku yang kebingungan dan tak mau kehilangan jejak tetanggaku pun langsung menarik tangan Diana.
"Kita ini di culik. Dan perhiasanku di ambil sama ibu itu Diana!!! Kita pergi ikuti tetanggaku saja cepat. " ajakku sambil berlari. Aku yang ingin menangis saat itu, hanya bisa menahan dan berlari sambil menarik tangan Diana yang juga ikut berlari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments