Kita berlari sudah cukup jauh karena tak mau kehilangan jejak tetanggaku. Hingga akhirnya aku menemukan jalan yang aku kenal setiap pulang sekolah. Ya, jalan yang sudah dekat dengan rumahku. Tetanggaku yang masih berjalan dengan aku yang mengikutinya di belakang. Hingga aku dan Diana berpisah karena gang rumah kita berbeda.
"Milla, kamu jangan sedih ya. Aku belok disini ya Milla" ucap Diana dengan raut wajah kasihan. Aku mengangguk dan meneruskan jalanku. Dan akhirnya aku sampai juga dirumah. Nenek yang melihatku begitu khawatir, dan aku yang tak kuat menahan tangis akhirnya...
"HuaaaaaaaaHuaaaaaaaakkk.. mamaaaaaa.. Milla di jambret " tangisku pecah pada nenek. Aku terbiasa memanggil mama pada nenekku. Karena nenek memang memaksa itu dari dulu.
"Milla dijambret dimana? Lalu Milla gapapa kan?"tanya nenekku. Aku menjelaskan kejadiannya dari A-Z. Tenyata dua hari lalu, ada juga yang kena jambret di tempat yang sama dan orang yang sama. Kekhawatiran yang dalam terlihat pada nenekku. Ia begitu menyayangiku seperti aku bukan cucunya, melainkan anaknya.
Keesokan harinya, ibu dan nenekku mencari tau soal anak yang sudah di jambret oleh ibu itu hingga kami menelusuri ke rumahnya. Dan tidak disangka orang rumah itu sama sekali tidak menyebutkan keberadaan pelaku. Apa mereka sudah mengetahui pekerjaan ibu tersebut? Akhirnya kami pulang dengan tangan kosong, tapi yang terpenting bagi nenekku adalah keselamatanku. Dari kejadian itu, nenekku yang senang memberiku perhiasan sangat berhati-hati. Ia membelikan anting lagi untukku namun tak diperbolehkan aku pakai.
Hari itu adalah Minggu siang, setelah kami pulang dari lokasi pelaku, aku akhirnya bisa bersantai menikmati acara televisi di hari Minggu. Aku juga senang ketika menjumpai hari Minggu, karena hari itulah semua keluarga berkumpul karena libur dari kegiatan mereka masing-masing. Nenekku yang tak henti dengan topik pembicaraan jambret terus berbicara pada orang rumah. Aku cuma menonton tv saja, dan merasakan rasa hangat saat itu. Hangat akan keluarga, dan disitu pula aku melihat bahwa nenekku benar-benar mencemaskan aku.
Menuju malam, nafasku berat dan begitu terengah-engah. Begitu sesak rasanya, keluarga yang pertama memperhatikan adalah nenekku. Ia cemas dengan keadaaku saat itu. Lalu yang lain memberi saran agar aku cepat-cepat dibawa ke dokter.
Ibu dan pamanku mencari tau dimana dokter terdekat yang masih praktek. Akhirnya ada yang menyarankan untuk aku di bawa ke dokter Sutedja. Tanteku yang rumahnya tepat disebelah menyarankan agar aku dibawa kesitu. Tak berfikir panjang nenekku langsung bergerak cepat.
Sesampai disana, dokter bilang aku mengidap asma berat. Aku disarankan untuk menjaga makanan dan minuman yang tak boleh aku konsumsi.
"sebaiknya saya beri surat istirahat untuk ke sekolah ya bu, saya beri cuti selama 5hari untuk istirahat dirumah dan obatnya harus dihabiskan" Ucap dokter pada nenek.
Aku terdiam memikirkan yang dokter ucapkan(cuti 5 hari). Dalam hati aku senang karena bisa libur sekolah walau nafasku berat. Nenekku menuruti apa yang dokter ucapkan saat itu. Saat perjalanan pulang, aku terus senang dalam hati libur sekolah 5 hari. Dasar aku ini memang sedang datang rasa malasku untuk berfikir di sekolah. Yang aku fikirkan hanyalah bersantai dirumah. Disisi lain nenekku terus menasihatiku agar tidak memakan makanan pedas, minuman dingin, dan tidak mengikuti kegiatan olahraga yang berat-berat. Aku mengangguk dan mencoba mengikuti perintah dari nenek.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments