Kala itu aku sudah menginjak Sekolah Dasar dan om Doni menginjak kelas 3 SMA. Setiap aku sendirian dirumah, terkadang om Doni yang menemaniku. karena jadwal sekolah hanya dari pukul 07.00-12.00. Siang menuju sore aku di temani pamanku. Karena nenekku selalu pulang pukul 17.00 dan ibuku pulang pukul 22.00 karena selalu sift siang. Terkadang aku lebih merasa tenang jika kakek tiriku bekerja di sift pagi atau siang. Entah kenapa aku merasakan seperti itu, merasa tidak terlalu banyak tekanan saat itu. Pukul 15.00 tepat waktunya aku pergi ke mesjid untuk mengaji. Hanya ada om Doni, dan seperti biasa setiap hari aku selalu menyiapkan pakaianku sendiri.
Dari awal masuk SD, aku belum pernah merasakan rasanya diantar sekolah oleh orang tuaku. Mereka hanya menitipkanku pada orang tua temanku. Hingga suatu saat ada sebuah kejadian dimana aku dijambret oleh seorang ibu-ibu. Kala itu aku dikenakan anting dan cincin emas oleh nenekku. Aku sangat ingat kejadian itu saat aku menginjak kelas 2 SD. Pada hari sabtu, sepulang pramuka pada pukul 16.00. Aku dan temanku Diana diam menunggu orang tua Diana menjemput. Seperti biasa aku hanya nebeng saja. Tak kunjung juga orang tua Diana entah lupa mungkin, akhirnya aku dan Diana memberanikan diri pulang berdua saja. Kami pulang lewat belakang sekolah, karena kami belum berani lewat depan, banyak kendaraan yang berlalu lalang yang menurut kami berbahaya.
Jalan lewat belakang sekolah memang menyusuri rumah warga karena memang banyak gang juga.
Terlihat disudut gang ada seorang ibu yang tengah berdiri dengan menggandeng tas dibahunya. Seraya aku teringat nasihat nenekku "nak kalo ada orang tak dikenal dan dia mengajakmu pergi jangan mau".
Oke " jangan mau".
Aku dan Diana saling bertatap, namun Diana tidak memiliki curiga sedikitpun berbeda halnya denganku. Entah kenapa aku sangat bertanya-tanya soal ibu itu. Dia seperti memperhatikan kita yang hendak melewat.
"Selamat sore anak-anak, apa bu Nanan masih ada disekolah? " tanya nya.
Astaga seraya aku melihat mata ibu itu seperti ingin mengikutinya. Dan sialnya lagi dia mengenal bu nanan wali kelasku.
"tadi sih aku lihat masih ada dikelas bu" jawab Diana.
"oh begitu, kalian tunggu disini dulu ya ibu ada perlu dulu sama bu nanan, nanti kalian ibu kasih uang saku kalo mau nunggu" ujarnya.
Diana mengangguk begitu saja. Aku hanya terdiam dan heran, kenapa aku ini. Hati ingin berlari seperti tau akan ada bahaya pada kita. Tapi tak bisa seperti mulut ini kaku untuk berbicara pada Diana. Tersirat di otakku untuk mengajak Diana berlari, Lagi-lagi tak bisa.
"Hey Milla!! jangan melamun gitu dong. Kita tunggu sebentar ibu itu, lumayan juga kan kita dapat uang jajan tambahan untuk besok hari minggu". Ucap Diana sambil tersenyum senang.
Aku mengangguk dengan memberi senyum kecil padanya. Aku bingung dengan pikiranku sendiri, yang jelas saat itu aku ingin berlari namun tetap tak bisa. Aku berusaha untuk mengalihkan perhatian Diana.
"Diana, bagaimana kalo ibu kamu menjemput lewat pintu depan sekolah? Apa lebih baik kita kedepan sekolah saja?" tanyaku membujuk.
"Mungkin juga Mill, tapi sudahlah mungkin ibuku lupa atau memang sedang sibuk dirumah. Karena ibu tak pernah setelat ini untuk jemput aku" jawab Diana.
Dari sudut gang tempat kita menunggu, aku melihat ke arah pintu belakang sekolah seperti ada ancaman yang tak tahu apa. Ibu itu keluar dari pintu belakang sekolah, aku melihat ke arahnya ingin rasanya ada orang lewat melewati kita agar ibu itu tidak berlaku jahat. Dan Diana hanya tersenyum melihat kedatangan ibu itu. Aku terdiam lalu....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments