Di Perjalanan
Hanya keheningan yang ada di dalam mobil.
Steve yang sangat kesal dengan suasana. Ia hanya diam fokus dengan kemudinya. Terlebih Lili yang tak mau duduk disamping. Membuat hatinya marah, berkecamuk tak karuan. Lili yang merasa Steve sedang marah , Ia hanya diam tak ingin berbicara untuk saat ini.
" Steve... Kemana kita akan pergi. ?" Tanya Dona. Yang memecah suasana hening.
Steve hanya diam tak bersuara. Suasana hatinya amat buruk.
"Sialan dia mengacuhkan ku " Batin Dona kesal.
"Bukankah ini jalan menuju Vila Diamon. ? Apakah Steve akan membawa Dona kesana. " Batin Lili. Sesekali melihat ke arah kaca.
"Eh....?" Lili terkejut karena bersamaan dengan Steve yang melirik Lili melalui kaca mobil.
Lili kemudian menundukkan kepalanya dan memainkan jarinya.
Vila Diamon
"Kau tunggulah di dalam kamar. Gantilah baju mu. !" Perintah Steve pada Lili.
"Oh... baiklah." Jawab Lili dan kemudian berjalan masuk.
Dona hanya senyum masam melihat Lili.
"Aku ingin bertanya padamu di dalam." Ucap Steve sembari berjalan masuk.
"Steve... aku tidak tau kau punya Vila semewah ini " Ucap Dona manja dengan memegang lengan Steve.
"Lepaskan !" Ucap Steve kesal.
Dona yang takut dengan sikap Steve. Kemudian melepaskan pegangannya.
Didalam kamar
Dimana tempat Lili dan Steve tidur bersama. Saat masih di Vila. Lili membuka lemari dan mencari beberapa baju yang sengaja masih di tinggal di sana dan tak di bawa ke rumah Liu.
Setelah menemukan baju yang ia pilih. Ia mendekap bajunya. Dan bersandar di lemari.
"Apa yang akan mereka lakukan ya.... Apakah mereka akan tidur sekamar... ?" Batin Lili.
Hatinya benar-benar tak karuan. Kawatir , Cemas dan rasa cemburu mulai menghantui.
"plak..plak...plak..."
Suara tepukan pipi tak terlalu keras.
"Ah... sudah lah... Aku harus berfikir positif. Aku yakin Steve mencintai ku dan dia sudah berjanji tidak akan meninggalkanku." Lili menepuk pipinya dengan kedua tangannya. Agar tak selalu memikirkan hal negatif.
"Lebih baik aku membersihkan tubuh ku." Ia kemudian berjalan masuk untuk memulai ritual mandinya.
Ruang Keluarga
Steve masih berdiri tanpa memandang Dona. Dona masih kesana kemari melihat seisi vila.
"Steve...sejak kapan kau punya Vila ini. Ini sangat luar biasa..." Ucap Dona.
Masih berkeliling di sekitar ruangan.
"Untuk apa kau kembali ?" Ucap Steve. Melipat kan kedua tangannya dan menempelkan nya pada dada bidang miliknya.
Dona yang mendengar ucapan Steve. Berhenti berkeliling. Dan mendekati Steve.
Ia berdiri di hadapannya.
"Steve...."
"Mungkin aku terlambat saat aku kembali. Aku mendapati kamu sudah dengan wanita lain. Mungkin jika aku kembali sebelum ada wanita itu. Kau akan memilih ku bukan ?" Ucap Dona.
Steve hanya diam membisu.
"Aku kembali.... sebenarnya... Aku ingin kita bisa seperti dulu. Tapi... aku tau itu bisa terjadi atau tidak."
"Steve ... percayalah..." Dona semakin mendekat dan meraih tangan Steve.
"Aku pergi bukan karena keinginan ku. Tapi semua karena Nyonya Cyntia. Jika aku tidak pergi. Aku di ancam akan di bunuh olehnya."
Steve masih penuh dengan rasa penasaran nya.
Hanya diam masih ingin mendengar pengakuan Dona.
"Dia memberiku beberapa uang. Agar aku bisa meninggal kan negara ini." Ucap Dona.
"Aku tak akan perduli dengan apa yang Cyntia katakan lagi. Aku tak peduli jika dia ingin membunuh ku. Sekarang, Aku akan tetap ingin bersamamu."Ucap Dona.
Siasat Dona yang jahat. Dia mulai berbohong besar. Dia berpura-pura tak tahu jika Cyntia ada di penjara.
"Lalu... Uang mu sekarang sudah habis.?"
"Berapa yang kau butuhkan untuk pergi lagi.!" Steve berucap dengan hati penuh rasa kesal.
"Steve....apa yang kau katakan. ! Apa kau membenciku. Kau ingin aku meninggalkan mu. ? Kesalahan apa yang aku lakukan padamu.?" Dona semakin berteriak kesal.
"Brengsek... Aku benar-benar sudah tidak ada di hatinya." Batin Dona.
"Aku sudah bahagia. Aku tak ingin kau menganggu kehidupan ku. Kau boleh pergi."
Steve berjalan. Namun dihadang oleh Dona.
"Cuppppp......"
"Dona apa yang kau lakukan..." Steve menghempaskan tubuh Dona karena tiba-tiba mencium bibirnya.
"Lili....." Batin Steve.
Saat Lili keluar hendak memberikan minuman untuk Dona dan Steve. Tak sengaja ia melihat Dona mencium Steve.
Tubuhnya gemetar dan matanya mulai berkaca-kaca.
"Pyarrrrr......"
Minuman yang di bawa Lili jatuh hingga pecahan kaca berserakan.
"Ahhhhh..... " Lili memundurkan langkahnya dengan cepat.
"Eh... ma... maafkan Ku... Aku akan segera membersihkannya."
Ia langsung melipat siku kakinya dan menjumput pecahan kaca di lantai.
"Ah...." Tak sengaja kaca kecil masuk di jari telunjuknya.
Steve Langsung berlari menghampiri nya.
"Lili....."
Ia langsung jongkok di hadapan Lili. Dan memegang tangannya.
Lili langsung menarik tangan Steve.
"Aku... aku akan mengobatinya terlebih dahulu."
Ucap Lili berdiri membalikkan badannya. Dan masuk kedalam kamarnya.
Steve masih mematung dengan tatapan entah kemana.
Dona yang melihat kejadian itu. Tentunya pasti sangat senang.
"Aku tak ingin melihatmu. Pergi dari sini " Teriak Steve pada Dona.
"Steve... maafkan aku...." Dona merengek mendekati Steve.
"Baiklah.... Aku akan pergi. Tapi ijinkan aku tidur disini hanya untuk satu malam. Ini sudah larut. Aku janji tidak akan mengganggumu setelah ini. Aku akan tidur di kamar tamu vila ini. Terimakasih. " Dona lantas pergi tanpa persetujuan Steve. Seperti tidak tau malu. Dan langsung mencari kamar tamu.
"Sialan.... Steve benar-benar mengusirku. Wanita itu... Apa yang dia gunakan. Hehhhh...." Dona kesal sembari memukul ranjang.
"Tapi aku tidak akan menyerah.!" Dona masih hanyut dalam rencana yang telah ia susun.
Di dalam Kamar.
"Hiks....hiks...hikss..."
Lili duduk dilantai melipatkan siku kaki dan melingkarkan tangan di kaki nya. Sembari menyandar kan punggung di ranjang.
Ia hanya bisa menangis. Tak tau apa yang harus di lakukan. Ia hanya bisa menangis untuk menenangkan dirinya.
Steve kemudian masuk manemui nya.
"Lili.... apakah kau marah padaku.?"
Ucap Steve yang sudah melipatkan siku kaki miliknya melihat Lili yang menundukkan kepala.
"Eh... Steve.... maaf..." Lili mendongak dan mengusap air matanya.
"Aku akan membersihkan pecahan gelas nya."
Lili berdiri dan hendak berjalan keluar.
"Lili......"
Steve langsung mendekap tubuh Lili dari belakang. Dan meletakkan dagunya di bahu milik Lili.
"Dia yang memulai. Percayalah...."
Lili hanya diam dan menahan air matanya.
"Aku sangat mencintai mu. " Ucap Steve
Steve membalikkan badan Lili. Dan melihat wajahnya.
"Aku mohon jangan menangis..."
Ucap Steve sembari menghapus air mata Lili.
"Kau bahkan terlihat buruk jika menangis." Steve mencair kan suasana dengan menggoda Lili.
Lili perlahan tersenyum. Sebab dalam hatinya memang sakit, Namun ia tau bagaimana Dona. Pasti ingin menghancurkan kebahagiaan nya.
"Nah.... begitu terlihat cantik."
Lili semakin tersenyum lebar.
" Besok biar aku yang membersihkan pecahan gelas. Sekarang kita istirahat. Ini sudah sangat larut" Ucap Steve dan mengecup keningnya.
Lili menggangguk dan tidur bersama Steve.
Tengah Malam.
"Enggak di kunci ?? Mereka pasti lupa mengunci pintunya. " Batin Dona senang.
Dona masuk ke dalam kamar Steve dimana ia dan Lili sedang tidur. Ia berjalan mengendap-endap mendekati mereka.
"Hem... enak sekali ya di peluk dari belakang. Sangat romantis. Jika aku tidak mendapatkan Steve seharusnya kau juga tidak bisa." Batin Dona kesal sembari terus melihat Lili.
" em............" Lili bersuara ketika mulutnya di bungkam oleh Dona.
Dona langsung meletakkan jari telunjuk nya di bibir miliknya. Mengisyaratkan jangan bersuara. Lili yang membuka matanya terkejut setengah mati hingga ketakutan.
"Dona...?" Batin Lili
"Apa yang dia lakukan. Bagaimana dia masuk kemari ? Apakah pintunya tidak di kunci." Batin Lili.
TEMAN-TEMAN IKUTI KISAH INI YA. JANGAN LUPA LIKE DAN KOMENTAR. VOTE NOVEL INI JUGA YA. SUPAYA AUTHOR SEMAKIN SEMANGAT BERKARYA. MAKASIH
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments