Pagi hari adalah waktu yg sangat sibuk,mulai dari bangun pagi,menyiapkan sarapan dan sekaligus bekal makan siang untuk suami tercinta,mencuci baju,mencuci piring dan bekas peralatan masak semua di kerjakan sendiri oleh Titi, sedangkan ibu mertua dan adik ipar nya hanya mengurusi kebutuhan mereka sendiri.
setelah selesai berperang dengan rutinitas pagi yg melelahkan Titi kemudian mandi lalu kembali ke kamar untuk membangunkan suaminya.
"Mas bangun mas ini sudah siang'' ucap Titi lembut sembari mengusap punggung sang suami yang tidur dengan posisi menelungkup terbungkus selimut dari kaki sampai pinggang.
"ehmm.. mas masih ngantuk de, badan mas pegal semua ini karena kemarin mas kerja ngangkutin singkong sampai berkwintal-kwintal naik turun gunung, hoammm.. ahhh.. boleh ngga sih mas libur sehari ini saja ngga kerja dulu de'' gumam Risyad sambil masih telungkup.
"hemm.. kalau mas mau libur kerja ya sudah, tapi tetap harus bangun dan bilang ke pak Karta kalau hari ini kita libur dulu kerjanya'' sahut Titi menuruti kemauan suaminya untuk libur bekerja dulu karena sebenarnya dia juga merasakan hal yg sama, capek dan badan terasa pegal semua.
"masss.. ''bisik Titi lembut sembari kembali mengusap punggung suaminya.
''iya ini mas bangun ihh.... kamu sabar sedikit de'' seru Risyad kesal karena istrinya terus saja mengganggu nya.
"bukan itu mas'' gumam Titi pelan menyahuti perkataan suaminya yg mulai nge gas (motor kali ahh di gas)
"kalau hari ini kita ngga kerja, boleh ngga aku jenguk ibu di rumah kidul mas?" ucap Titi meminta ijin suaminya agar bisa memanfaatkan hari libur dengan menjenguk ibunya yg sudah janda dan adiknya yang masih kecil
"baiklah.. nanti aku antar,tapi agak siangan ya,tidak usah terlalu buru buru dan tidak usah terlalu lama di sananya'' sahut Rasyid sambil beranjak bangun dan mengambil handuk lalu menuju kamar mandi buat membersihkan diri.
*'selalu saja kalau aku kerumah ibu pasti tidak boleh lama,aku kan sebenarnya ingin sesekali menginap dirumah ibu,itung itung istirahat dari rutinitas di rumah mertua dengan pekerjaan se abrek dan sudah seperti pembantu saja dia disana,semua dikerjakan sendiri sedangkan ibu mertua dan adiknya cuma ongkang ongkang kaki. tapi ya sudahlah daripada tidak boleh ke sana sama sekali' bathin Titi tanpa terucap sambil memandangi punggung sang suami yg berjalan menuju kamar mandi.
Setelah seledai sarapan dan membereskan sisa sarapan sampai mencuci piring bekas sarapan,Titi dan suaminya berpamitan kepada ibu mertua nya.
''Bu kami berdua akan mengunjungi ibu kidul dulu ya bu, sudah lama kami tidak menjenguk ibu Tami'' pamit Rasyid ke ibu nya.
"Tunggu dulu.. bawalah beras untuk cangkingan kalian.. jangan datang ke sana dengan tangan kosong''seru ibu mertua ku dengan wajah datarnya.
"ahh tidak usah bu, tidak perlu membawa apapun tidak apa apa'' ucap Titi dengan suara rendah dan wajah tertunduk tidak berani memandang wajah ibu mertua nya yang walaupun tidak galak tapi sikapnya dingin dan kaku, jarang sekali ada interaksi akrab sekedar ngobrol ngobrol,apalagi saling bercanda. dirumah itu Titi cuma berinteraksi dengan suaminya untuk banyak hal.
"tolong jangan membantah, itu aku yg ingin memberi, itung itung sodakoh sama fakir miskin'' sentak Ami si ibu mertua.
JLEBBB...
Titi tersentak kaget auto bengong mendengar kata kata mertuanya yang terasa menyakitkan,iya keluarga Titi memang miskin tapi tidak perlu di katakan sejelas itu bahkan dengan seruan.
"Baik bu saya akan bawa berasnya,terima kasih ibu mertua sudah mengasihani kami yg miskin ini''ucap Titi kemudian berlalu untuk mengambil beras dengan takaran sesuai perintah sang kanjeng Mertua. disisi lain Rasyid hanya diam saja menyaksikan apa yg terjadi tadi.
Mereka berdua bergegas pergi ke Rumah ibu Titi biar cepat sampai dan cepat kembali nanti.karena jarak yg tidak terlalu jauh jadi mereka bisa sampai dalam 15 menit jalan kaki.
Rasyid merasa kasihan pada istri kecil nya dia tau istrinya sakit hati dengan perkataan ibunya yang menyatakan bahwa keluarga nya adalah fakir miskin, Rasyid melihat ada luka di dalam tatapan itu, siapa sih manusianya yang mau menjadi orang miskin, tidak ada yang mau,tapi Rasyid tidak mau mendebat ibunya , karena Rasyid menghormati ibunya,orang tua satu satu nya yang masih dia miliki dan untuk istrinya biarlah nanti Rasyid akan hibur dia sambil berjalan ketempat ibu mertua nya atau saat sudah sampai di sana, saat berjalan menuju rumah bu Irma aku melihat juga binar bahagia sepersekian detik yang lalu berganti lagi dengan kesedihan dan luka, aku kadang ingin bertanya 'Apakah kau bahagia menjadi istriku? tapi sampai saat ini Rasyid masih belum berani mengatakannya, dia takut akan jawaban yang akan dia dapat nantinya karena sudah dapat di pastikan kalau istri kecilnya tidak bahagia tinggal di rumah ku, aku tau ibu dan adikku tidak pernah membantu nya mengerjakan pekerjaan rumah, aku sering mendapati dia kelelahan sampai tidur mendengkur, makanan yang kurang karena ibu menjatah makanannya dan aku pun belum bisa mencintai nya sepenuh hati, di hatiku masih terisi rasa sakit dan kemarahan terhadap wanita yang menjadi ibu dari anak pertamaku, sehingga aku kadang aku mengabaikan nya, aku merasa buruk untuk hal ini, aku harus segera memperbaiki sikapku, terlepas dari ada atau tidaknya perasaan cinta, tapi yang jelas Titi adalah tanggung jawabku 100 persen sekarang,
Rasyid menatap punggung istri kecilnya yang berjalan penuh semangat di depannya tadi Rasyid meminta semua bawaannya biar dia yang bawa saja
Rasyid membawa beras yg di taruh di kranjang yg biasanya buat di pake belanja ke pasar, keranjang itu semakin lama semakin terasa berat sehingga memaksa Rasyid untuk mengganti tangan sebelah secara bergantian biar tangan nya tidak sakit.
''sayang. . tolong maafkan ucapan ibuku tadi ya, mungkin sebenarnya ibu tidak bermaksud seperti itu,mungkin ibu hanya kesal akan suatu hal dan melampiaskan nya ke kamu'' ucap Rasyid ke pada Titi berharap Titi mau memaafkan ibunya dan tidak sedih, Titi menoleh ke belakang sambil masih terus berjalan tapi agak sedikit memelankan langkah kakinya, kemudian menjawab kata kata suaminya
''iya mas ngga papa kok, aku biasa aja ngga sedih dan ngga sakit hati, lagian sudah biasa di gituin aku nya'' jawab Titi pelan sambil beralih berjalan di samping suaminya, dia melirik sebentar ke arah suaminya dan melempar senyum tipis tanda dia baik baik saja.
Rasyid menghela nafas selain karena lelah membawa beras tapi juga karena kepikiran apa yang dikatakan istri nya benar adanya,dan dia tidak bisa berbuat apa pun untuk menghentikan mulut mulut jahat yang selalu menghina istrinya, karena tidak mungkin untuk membeli mulut orang lain.
(andai mulut orang bisa dibeli agar tidak berkata hal yang menyakiti orang lainnya )
"Assalamualaikum bu.. Titi pulang bu.. ibu dimana? Titi mengucap salam sambil nyelonong masuk tanpa menunggu jawaban salam sehingga membuat Rasyid geleng kepala sambil tersenyum geli karena istrinya tidak sabaran menunggu jawaban pengisi rumah. Titi langsung menuju dapur untuk meletakkan beras di tempatnya. dia celingukan mencari ibunya yang belum terlihat. tiba tiba ada suara ribut dari belakang rumah.
gluprak. . brang.. klontang.
"waduh apa itu ya"seru Titi sambil berlari ke belakang berniat melihat apa yang terjadi dibelakang.
#catatanAuthor
hai hai guys kira kira apa yg terjadi di belakang rumah ya?
hayoo siapa di sini yg ibu mertuanya sebaik ibu Ami?
ibu mertua itu harus selalu di hormati walau bagai mana pun,secaraaa dia sudah ngasih kamu satu anak nya dia, full luar dalam satu gluntung iya nggak?
feel free to koment ya walaupun komentar nya cuma next, biar aku semangat nulisnya.
selamat menunaikan ibadah puasa bagi yg menjalankan.
hope you guys like it the story.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Yeni Eka
. Aku malah senyum2 baca gluprak brang klontrang
2022-06-28
1
Sist Daima
next...
2021-09-12
2
Ina Core
sabar y titi... semoga suamimu bisa menjadi laki2 sejati.. tidak menjadi ank mama
2021-09-09
1