Sudah seminggu sejak Daffa mengundurkan diri dari posisinya di perusahaan orangtuanya, berbagai komplain dari Rafif dan Zahra pun ia terima belakangan ini karena sudah seminggu ini ia tidak membawa Zeline ke rumah adiknya seperti biasanya.
Rafif begitu terkejut saat mengetahui kakaknya itu memilih mundur dari posisinya, namun saat mengetahui alasannya, ia bisa mengertikan posisi kakaknya. Rafif dan Zahra bahkan merasa bersalah, jika saja ia tidak memberikan saran pada Daffa, mungkin saja hal ini tidak akan terjadi.
Tapi bagaimanapun, semua sudah kehendak takdir. Daffa juga sudah jauh lebih bahagia bisa menghabiskan waktu bersama putrinya, memberikan perhatian lebih untuk putrinya dan juga turut serta dalam pertumbuhan putrinya.
***
Pagi itu, seperti biasa Daffa menyiapkan sarapan untuk Zeline. Tidak lupa, ia juga menyiapkan bekal makan siang untuk anak kesayangannya, kemampuan memasak Daffa tidaklah buruk, ia bahkan bisa dikatakan mahir dalam hal memasak. Ini dikarenakan Daffa sejak kecil jarang di perhatikan oleh orangtuanya yang sibuk dengan bisnis, begitupun dengan Rafif. Itulah sebabnya mereka berdua sangat mandiri sedari kecil.
"Papa, tolong ikatkan rambut Zeline." Pinta Zeline dengan membawa sisir dan juga ikat rambut berwarna cokelat dengan karakter boneka beruang sebagai hiasannya.
"Kemari sayang." panggil Daffa, Zeline segera mendekat ke arah Daffa yang menghentikan aktivitasnya sebentar dan duduk di kursi meja makan.
Daffa menyisir rambut anaknya dengan begitu hati-hati dan mulai mengikatnya dengan ikat rambut lucu yang sesekali ia belikan untuk putrinya, Zeline merasa sangat bahagia bisa diperhatikan seperti ini oleh Papanya.
"Sudah selesai, cantiknya anak Papa." puji Daffa saat melihat wajah anaknya yang bertambah imut setelah rambutnya di ikat.
"Terima kasih Papa." ucap Zeline lalu berjinjit dan mencium pipi Daffa.
"Sekarang sarapan dulu sayang setelah itu Papa antar kamu ke sekolah." kata Daffa menggendong putrinya itu dan mendudukkannya di kursi meja makan.
Daffa tersenyum senang melihat putrinya yang mulai memakan sarapannya dengan begitu lahap, tampak sangat menenangkan saat ia memperhatikan Zeline yang mengunyah makanannya dengan gemas.
Setelah sarapan, Daffa memasukkan kotak bekal untuk Zeline ke dalam tas putrinya. Setelah itu, ia mengajak Zeline ke mobil dengan menggenggam erat tangan putrinya.
***
Mobil yang dikendarai oleh Daffa berhenti tepat di depan sekolah Zeline, seperti biasa Zeline mengucapkan terima kasih pada Papanya, mencium pipi Papanya lalu pamit masuk ke dalam gedung sekolahnya.
Setelah melihat anaknya masuk ke dalam sekolah, Daffa lalu meninggalkan tempat itu.
Daffa mengemudi dengan kecepatan sedang hingga ia sampai di suatu gedung lantai dua yang terletak di tengah kota, ia lalu turun dari mobilnya dan segera masuk ke dalam gedung itu.
"Zeline sayang, aku akan memulai sebuah usaha disini. Doakan aku bisa melalui semua ini, kini ada dua Zeline yang harus ku bahagiakan, aku janji akan merawat anak kita dengan sangat baik." ucap Daffa seperti berbicara ke mendiang istrinya, wanita yang selalu ada dihatinya.
Pria beranak satu itu mulai mengamati sekitar gedung yang baru saja ia beli, ia mulai memikirkan apa saja yang harus ia beli dan mulai dari mana ia akan mendekor tempat usaha barunya itu.
"Mungkin akan sedikit sulit, aku butuh banyak perubahan di tempat ini untuk memulai usaha Coffee shop ditempat ini, mungkin aku harus menghubungi ahlinya jika ingin mengubah desain dan furnitur untuk tempat ini." kata Daffa menganalisis tempat usaha barunya kelak.
Ia lalu mengambil ponselnya di saku celananya lalu mulai menghubungi beberapa temannya yang kiranya tau dimana ia harus menghubungi jasa renovasi tempat dan juga furnitur serta Desain Interior Coffee Shop.
Setelah semua itu, akhirnya ia mendapatkan kontak dari penyedia jasa tersebut dan segera menghubunginya.
Tidak butuh waktu lama, orang yang ia hubungi sudah datang dan melihat bagaimana kondisi tempat yang akan dijadikan ladang usaha bagi pria itu.
"Saya sudah memperhatikan sekitar Pak, tempat usaha yang Bapak pilih ini sangat strategis memang, hanya butuh sedikit perubahan saja disini kalau menurut saya. Mungkin dari Bapaknya sendiri ada desain khusus yang diinginkan?" kata Orang yang akan disewa jasanya oleh Daffa setelah ia selesai berkeliling mengamati gedung tersebut, ia juga tidak lupa untuk menanyakan apakah Daffa memiliki keinginan atau request tersendiri untuk desainnya nanti.
"Saya tergantung dari Masnya saja, mungkin baiknya Mas gambar untuk dekorasinya nanti dan saya bisa lihat bagian mana yang bisa saya koreksi sesuai keinginan nantinya." jawab Daffa mempercayakan tempat usahanya itu pada orang tersebut, tidak sulit bagi Daffa untuk beradaptasi berkat pengalaman kerjanya sebelumnya walaupun kini ia akan terjun ke usaha dagang.
"Baik pak, secepatnya saya serahkan hasilnya sama bapak. Mudah-mudahan tidak memakan waktu yang lama." kata orang tersebut menyanggupi saran dari Daffa
"Terima kasih banyak Mas." ucap Daffa mengulurkan tangannya dan menyalami orang itu sebagai bentuk untuk memulai kerja samanya.
"Sama-sama pak, saya permisi dulu." jawab orang itu membalas jabat tangan dari Daffa lalu berpamitan setelahnya.
***
Saat ini Daffa sedang menunggu putrinya di depan gedung sekolahnya, begitu urusannya selesai tadi, ia langsung segera menuju ke sekolah Zeline karena urusannya masalah tempat usaha barunya sudah selesai bertepatan dengan jam pulang sekolah putrinya itu.
Dari kejauhan Daffa melihat Zeline yang baru saja keluar dari sekolahnya, ia dengan cepat turun dari mobil dan menghampiri gadis kecilnya itu.
"Papaaa." teriak Zeline dengan semangat dan senyum yang ceria saat melihat Papanya berjalan ke arahnya.
"Anak Papa, bagaimana sekolahnya?" tanya Daffa saat ia sudah berada di hadapan anaknya dan berjongkok di depannya.
"Baik Pa, tadi Zeline belajar membaca dan Ibu guru salut sama Zeline karena Zeline sudah lancar membaca padahal Zeline masih kelas satu jadi Zeline bilang ke Ibu guru kalau Zeline sudah bisa membaca dari TK dulu." jelas Zeline panjang lebar dengan gemasnya memberitahukan kegiatannya hari ini di sekolahnya, mulutnya yang sangat cerewet itu membuat Daffa sangat gemas melihatnya.
"Hebat sekali anak Papa, Zeline mau hadiah apa dari Papa?" puji Daffa dengan senyum seorang Ayah yang sangat bangga pada putri kecilnya, ia pun menawarkan hadiah untuk putrinya itu.
"Hadiah Pa?" tanya Zeline dengan mata berbinar senang mendengar ia akan di berikan hadiah oleh Papanya.
"Iya, Papa mau beri Zeline hadiah karena Zeline sangat cerdas." jawab Daffa mencubit kecil pipi anaknya yang cukup berisi itu.
"Zeline mau ice cream dan cake strawberry." ucap Zeline mengatakan keinginannya pada Papanya tanpa berpikir panjang.
"Siap tuan putri, ayo." kata Daffa menyanggupi keinginan putrinya itu, ia lalu menggendong anaknya dan membawanya menuju ke tempat mobilnya terparkir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Amanah Amanah
Daffa itu PPA idamna
2022-06-28
0
Jeniramaini Jeni
aqu bacanya jdi sedih part ini,,, perjuangan seorang Papa
2021-06-30
3
Ibroatul Hasanah
Zelin minta mama baru 😄😄
2021-05-26
2