"Zeline sayang, nanti pulang sekolah Papa yang jemput yah." kata Daffa menyeka selai cokelat yang menempel di sekitar mulut putrinya
"Papa tidak sibuk? Padahalkan biasanya supir uncle Rafif yang jemput Zeline." tanya Zeline sambil terus mengunyah rotinya dengan lahap membuat Daffa tersenyum gemas melihat putri cantiknya itu.
"Papa akan berusaha mengatur waktu Papa, mulai hari ini, Papa akan meluangkan waktu Papa untuk Zeline." jawab Daffa yang disambut antusias oleh Zeline, tatapan Daffa terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Serius Pa?" tanya Zeline dengan mata yang berbinar, tatapan matanya polos dan penuh harap membuat hati Daffa serasa damai melihatnya.
"Iya sayang." ucap Daffa mengelus rambut panjang bergelombang milik putrinya.
"Terima kasih Papa." Zeline lalu turun dari tempat duduknya dan berlari ke arah Daffa lalu memeluknya dengan begitu erat.
"Setidaknya dengan meluangkan waktu untuk Zeline, aku berharap dia tidak kesepian. Mungkin Rafif dan Zahra takut jika saja Zeline tumbuh tanpa perhatian orangtuanya, aku juga tidak ingin merepotkan Zahra lebih jauh." batin Daffa, ia merasa sudah sangat merepotkan semua orang selama ini.
***
Setelah selesai sarapan, Daffa mengantarkan Zeline ke sekolahnya. Hari ini Zeline terlihat begitu ceria, mungkin saja karena ini pertama kalinya Zeline di antar oleh Papanya ke sekolah karena selama ini supir dirumah orangtuanya lah yang mengantarkan putrinya itu.
"Terima kasih sudah mengantar Zeline, Pa." ucap Zeline mencium pipi Daffa saat mobil Papanya itu berhenti tepat di depan sekolahnya.
"Untuk apa berterima kasih sayang, ini sudah tugas Papa, maafkan Papa yah selama ini jarang memperhatikanmu." kata Daffa mengelus pipi tembem putrinya itu, ia baru menyadari putrinya itu sudah tumbuh menjadi seorang gadis kecil yang begitu cantik dan lucu.
"Zeline sayang Papa." ucap Zeline memeluk Papanya lalu kembali mencium pipi satunya.
"Sekolah yang rajin yah nak." pesan Daffa lalu mencium kening putrinya.
Zeline segera turun dari mobil dan bergegas masuk ke dalam sekolahnya dengan berlarian kecil, terlihat begitu menggemaskan bagi Daffa.
"Anak kita sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik sayang, persis sepertimu." ucap Daffa dengan senyum kecil di bibirnya saat Zeline sudah menghilang dari jangkauan matanya.
Daffa segera bergegas meninggalkan sekolah Zeline menuju ke kantornya.
Perjalanannya menuju ke kantor memakan waktu yang cukup lama karena ia harus mengambil jalan berputar karena sekolah Zeline dan kantornya berlawanan arah, itulah sebabnya Daffa belum pernah mengantar maupun menjemput Zeline selama sekolah.
Begitu sampai di kantor, Daffa langsung masuk ke dalam ruangan Papanya dengan membawa selembar surat. Entah apa yang di pikirkan oleh Ayah satu anak itu.
"Selamat Pagi Pa." sapa Daffa begitu ia di persilahkan masuk oleh Ayahnya setelah mengetuk pintu tadi.
"Duduk, ada apa?" ucap Papanya mempersilahkan maksud kedatangan putra sulungnya itu.
"Maaf Pa, ada sesuatu yang harus Daffa berikan ke Papa hari ini." jawab Daffa setelah ia duduk di hadapan Papanya
"Apa itu nak?" tanya Papanya penasaran.
"Daffa sudah memikirkan ini selama beberapa hari Pa, Daffa memutuskan untuk mundur dari posisi Daffa." kata Daffa sembari memberikan surat pengunduran dirinya pada Papanya.
"Maksudnya apa? Seminggu yang lalu kau juga meninggalkan rumah membawa anakmu, sebenarnya ada apa?" sepertinya Mamanya sudah menceritakan semua pada Papanya dan sepertinya juga Papanya sudah tau jalan pikiran dari putranya itu melihat reaksinya tidak separah dulu saat Daffa memutuskan keluar Negeri dan menikah dengan Zeline.
"Entahlah Pa, Daffa sepertinya sangat kacau belakangan ini. Daffa juga tidak bisa membiarkan anak Daffa merepotkan tantenya untuk mengurusnya terus menerus, selama tujuh tahun ini Daffa sudah sangat merepotkan banyak orang."
"Lalu apa rencanamu jika kau keluar dari perusahaan? Bagaimana kau akan menjalani hidup dan membesarkan putrimu?" tanya Papanya, tapi sepertinya Daffa sudah memikirkan semua ini.
"Daffa memiliki tabungan yang lebih dari cukup Pa, Daffa saat ini tinggal di apartemen yang sudah Daffa beli dulu dan juga uang tabungan Daffa akan Daffa jadikan modal usaha." jawab Daffa dengan pikiran yang sudah matang.
"Kau yakin dengan keputusanmu?" sekali lagi Papanya ingin melihat kesungguhan putranya itu
"Daffa yakin Pa, Daffa mau menjadi orang dewasa dan orangtua yang baik serta bertanggung jawab untuk anak Daffa." mendengar jawaban Daffa membuat lelaki paruh baya itu tersenyum samar, bahkan hampir tidak terlihat.
"Ya sudah, Papa dukung keputusanmu. Jangan pernah sungkan untuk meminta bantuan pada Papa, bagaimanapun kau tetap anak Papa." kata Papanya menerima keputusan putranya.
"Terima kasih Pa, untuk kesekian kalinya Daffa minta maaf atas semua kelakuan dan kekacauan yang Daffa timbulkan selama ini." ucap Daffa yang merasa sudah sangat mengacau di keluarganya
"Kau juga hanya manusia biasa nak, manusia itu tempatnya segala kesalahan. Jangan lupa untuk terus memberikan kabar pada Papa." pesan Papanya dengan senyum yang tulus, bagaimana pun anak tetaplah seorang anak, pikirnya.
"Tentu Pa, terima kasih, Daffa pamit."
Daffa bergegas keluar dari ruangan Papanya dan menuju ke ruangannya untuk membereskan barang-barangnya, kehidupan baru sudah menantinya di depan sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
itanungcik
semangat Daffa
2023-05-01
0
Nafisatun Najah
aku jadi terharu sama kata2nya daffa mau jadi orang tua yang bertanggung jawab itu juga bagus biar ngga bergantung terus sama orang tuanya, yang ayahnya mendukung daffa tapi ibunya ngga mau, suka memaksa anak itu juga jadi korbanya anak ngga mungkin anak lain, tapi jadi sedih, karena aku mengalami kehidupan seperti daffa😭😭😭😭😭😭😭😭😭 nyesek banget rasanya😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭
2022-07-31
1
Amanah Amanah
Daffa ingin buka usaha sendri bagus
2022-06-28
1