(Bima)
Sudah dua hari ini pekerjaanku hanya tidur saja. Masuk kamar, makan, ke kamar mandi, dan tidur. Bagiku menyelesaikan satu buku novel adalah hari liburku. Otakku tidak diajak berpikir keras. Hanya ada satu yang menggangguku, beberapa barang yang berantakan diletakkan sembarangan di ruang tamu. Mungkin ini adalah barang si penghuni kamar satunya dan aku belum melihat orang ini hingga hari kedua liburku. Aku kembali ke kamarku dan memeluk guling kesayangan. Waktu aku mengkhayalkan kira-kira konsep seperti apa novelku nanti, ponselku berbunyi.
“Ya, Tas?” Ternyata Tasya meneleponku.
“Karena umur elo belum tiga puluh tahun, lebih baik elo ikut ini deh. Coba cek chat.” perintah Tasya antusias. Aku langsung memeriksa chat dari Tasya dan membacanya. Pertukaran Pemuda Jurusan Ilmu Komunikasi goes to Bangkok.
“Hubungannya sama gue apa?”
“Kayaknya elo harus gantiin gue magang deh.”
“Meliburkan diri dengan magang. Bagus banget ya…” sindirku atas ide Tasya. Liburan menurutku tidak dengan cara magang sih.
“Hehehe, sekalian dong cari insipirasi.” usul Tasya.
Inspirasi. Sepertinya memang aku butuh seluruh ide dan inspirasi untuk menulis.
“Apa syaratnya susah?” Akhirnya aku tertarik.
“Nggak juga kok. Karena salah satu syaratnya juga bisa alumni dan elo punya IPK cumlaude kan? Jadi gue hanya menukar nama gue jadi nama elo aja.”
Aku mengangguk pada diriku sendiri.
“Gimana kalau elo aja yang daftarkan gue? Gue kirimkan aja dokumen-dokumennya.” ujarku yang masih malas. Bahkan berdiri untuk meraih laptop saja aku malas.
Aku mendengar Tasya melengos panjang.
“Iya deh…” pasrahnya.
“Trus kenapa gue yang gantiin elo?”
“Soalnya gue sayang banget kasih ke orang lain. Elo kan ada nilai plusnya, yaitu alumni dengan IPK cumlaude. Hehehe.” Tasya terkekeh. “Dan gue harus menghadiri pernikahan nyokap gue.” Tasya berbicara antusias tapi seperti terpaksa.
Aku melongo. Mama Tasya sudah menikah yang ke berapa kali beberapa tahun ini? Ya Ampun.
(Ben)
Aku membolak-balikkan map yang menumpuk di depan mejaku. Ada dua orang yang duduk bersamaku mengecek beberapa map yang berisi banyak kandidat untuk program magang yang aku adakan khusus bagi mahasiswa dan alumni di jurusan Komunikasi.
“Tasya nggak apply ya?” tanya salah seorang mahasiswa tingkat akhir. Dia laki-laki modis dan paling wangi.
“Nggak jadi. Ada urusan keluarganya. Tapi kemarin dia bilang sama gue, dia digantiin sama temennya.” jawab seorang mahasiswa perempuan berambut pendek dan berwarna abu-abu.
“Siapa?”
Mahasiswa perempuan itu berdiri dan sibuk mencari sesuatu di seluruh tumpukan map. Setelah mendapatkannya, dia membacanya sebentar dan memberikannya pada temannya si laki-laki yang wangi ini.
“Wah, Prof pasti suka.” celetuk si mahasiswa laki-laki itu setelah membaca isi map. Ada beberapa lembar dokumen di dalamnya, kemudian mahasiswa laki-laki ini menyodorkannya padaku untuk membacanya.
Aku membuka mapnya dan mataku tertuju pertama kali pada fotonya, kemudian namanya.
“Prof, kan ada satu alumni yang mau dipilih kan ya?” tanya si rambut abu-abu.
“Hmm… hanya ini kandidat alumni?” Akhirnya aku berbicara setelah sekian lama aku berdiam diri dan hanya mendengarkan mereka mengobrol. Mengomentari semua kandidat yang masuk.
“Iya, Prof. Cuma satu.” jawab si rambut abu-abu lagi.
Aku membaca keseluruhan dokumen dari map yang aku pegang. Memahami isinya.
“Sudah berapa orang yang terpilih?” tanyaku.
“Hampir sepuluh orang, Prof.” jawab si wangi.
“Tambahkan ini.” Aku melempar padanya map yang tadi dia berikan padaku.
“Baik Prof.”
(Bima)
Pukul 8 malam lewat sedikit.
Aku sedang melihat-lihat pemandangan di halaman yang kecil. Banyak sekali jemuran yang menggantung dan semuanya adalah kaos-kaos yang hanya berwarna hitam dan putih. Nampaknya teman satu rumahku adalah orang yang datar dan tidak memiliki keunikan. Coba saja, semua yang ada di jemuran adalah kaos yang hanya berwarna hitam dan putih. Tidak ada pakaian sedikit pun yang berjenis kemeja atau…
Aku mendengar pintu digedor dengan cepat. Siapa sih yang datang dengan menggedor pintu rumah orang dengan membabi buta?
Aku akhirnya beranjak dari sofa dan membuka pintunya.
Tasya muncul di depan wajahku dengan perasaan yang bahagia.
“Biiimmmm, elo keterima!!!” Dia mencengkram kedua bahuku dengan kencang.
“Apaan yang keterima?”
“Magang dooong.”
Tasya menghambur masuk. Dia sudah terbiasa datang ke rumah ini. Bahkan sering sekali menginap. Dia melihat sekeliling rumah yang masih berantakan. Sisa pindahan.
“Oh bagus deh. Jadi kapan gue berangkat?”
“Dua hari lagi.” jawab Tasya.
“Loh? Gue pikir minggu depan.” kagetku.
“Yang minggu depan itu belajar bahasa Thai dan kalau magang itu dua hari lagi.”
Aku membanting tubuhku di sofa. Dua minggu adalah waktu magangku. Sebetulnya buat apa aku magang yang kabarnya di sebuah stasiun televisi? Kan aku sudah bekerja sesuai passion-ku.
“Ada disediakan dorm di sana.” Tasya memberitahu.
“Berarti gue gak bisa tenang dong untuk menulis kalau dorm-nya isinya banyak orang…” komplainku.
“Apa elo mau tinggal di luar dorm?”
Aku menyambar ponselku. Membuka sesuatu.
“Mungkin gue akan cari share apartement yang murah selama dua minggu?”
“Lebih baik begitu.” Tasya mengangguk setuju.
“Siapa sih yang adakan ini?”
“Oh itu, ada Prof dari Thailand yang jadi dosen di kampus kita. Udah dua tahun ini sih. Gue sempet kena kelasnya dia dua kali. Semester ini juga ada. Dan dia itu katanya Direktur di sebuah perusahaan TV di Thailand.”
Aku tidak berpikir apa-apa ketika Tasya menjelaskan padaku. Kalau Prof ini datang dua tahun ini, berarti aku memang tidak mendapatkan kelasnya. Lagipula aku pun sudah lulus S1 sekitar 6 tahun yang lalu. Bahkan aku tidak bertanya kenapa Prof dari Thailand dan seorang Direktur di perusahaan TV Thailand mau mengajar di kampusku.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Akha Masrokha Rezpectha
cerita beda yg lain... mg aja makin menarik 😍
2023-01-01
0
heni suhartini
Asiiiik Bima ketemu Ben
2021-06-19
0
Lheea Amelia
hmmmm ky nya bakalan seru deh. ...
ikut jln2 jg ahhhhhh
2021-04-20
1