(Bima)
Dulu waktu aku SMP kelas dua aku mendapatkan sebuah kecelakaan. Bukan kecelakaan kendaraan, melainkan aku jatuh ke sumur. Sumurnya lumayan dalam, kecil, dan aku tidak ditemukan dalam dua hari. Dua hari adalah waktu yang lama, karena aku mengalami dua kali malam di ruangan sumur yang sangat sempit. Aku kelaparan, dehidrasi karena sumurnya kering, dan saat aku ditemukan aku baru sadar beberapa hari kemudian. Jadi, kalau aku berada di sebuah ruangan yang gelap, serangan panik tiba-tiba datang. Ditambah jika aku berada di tempat yang sempit dan gelap. Aku bisa saja mual, sesak napas, atau mungkin pingsan. Kejadian itu terus menghantuiku hingga sekarang. Hingga terkadang terbawa mimpi. Seperti yang terjadi sekarang ini. Aku merasa di dalam sumur kembali.
Kemudian aku membuka mataku. Aku melihat lampu yang terang dan aku langsung saja bangun terduduk.
DUUK!
“Aww…” Aku memegang kepalaku yang terbentur pinggiran meja. Ternyata waktu aku bangun, aku tidak sengaja memiringkan tubuhku dan berakhirlah kepalaku terbentur dengan meja. Aku masih saja meringis. Berusaha turun dari kursi panjang yang lebih mirip sofa makan.
Tubuhku membeku ketika aku melihat sosok di depanku sedang berdiri dan melihat ke tab-nya dengan serius.
“Selain pingsan di toilet, apa membenturkan kepala adalah pekerjaanmu yang lain?” tanyanya tapi dengan nada datar. Tidak melihat ke arahku.
“Prof? Kenapa di sini?” Aku melihat jam tangan. Sudah berdiri dan meraih gagang pintu. Aku baru sadar, aku masih di restoran yang sama dan sepertinya suasanya hening. Aku tidak mendengar suara apa pun.
“Rombonganmu sudah pulang.”
“Pulang?! Aku ditinggal?!”
Aku meraih ponsel dan baru kuingat ternyata ponselku mati sewaktu aku menyalakan senter dari ponselku waktu di toilet. Aku melihat tasku yang agak besar dan mencari-cari sebuah pengisi daya. Nihil. Rasanya ingin menangis. Padahal kalau ponselku nyala, aku bisa membuka map untuk pulang. Minimal aku bisa memesan taksi online.
“Apa Prof mau pulang?” Akhirnya aku bertanya.
“Aku menunggumu untuk bertanya seperti itu.” ujarnya.
Ha? Dia ini kenapa sih? Sampai-sampai aku tidak bisa berkata apa-apa. Dia berjalan di depanku, membuka pintu. Setahuku, dia ditemani oleh seorang pria yang sedang menunggunya dan pria ini bisa bahasa Indonesia. Aku tidak tahu, dia mengambil orang Indonesia untuk bekerja dengannya dan dibawa ke Bangkok. Di sepanjang perjalanan, aku hanya diam. Melihat jalanan Bangkok yang terang benderang, kurang lebih sama seperti Jakarta versi modern sekitar 3 tahun ke depan.
Prof Ben duduk di depan, sedangkan aku duduk di belakang. Waktu mobil berhenti di sebuah dorm, aku turun dengan cepat dan mengucapkan terima kasih banyak pada Prof Ben. Sayangnya, dia langsung pergi begitu saja. Malam itu, aku kesal dan mood kekesalanku berlangsung hingga pagi menjelang di stasiun TV.
(Ben)
Bangkok hari ini cerah. Sayangnya, ketika aku masuk ke ruang rapat yang transparan dimana terdiri dari dinding kaca, aku melihat wanita ini menopang dagu dan cemberut.
“Selamat pagi semuanya.” sapaku. Aku tidak pernah memberikan senyumanku pada siapa pun. Walaupun hanya senyuman tipis saat itu.
“Pagi, Prof.” balas mereka semua.
“Hari ini cerah dan harus berpengaruh dengan suasanya hati dan ruangan ini. Tapi saya melihat ada satu orang yang suasana hatinya buruk.”
Semua kandidat bertatap-tatapan.
“Kamu ya-yai. Saya melihat suasana hatimu sedang buruk. Perbaikilah untuk hari ini hingga sore hari.” Aku menunjuk ke wanita yang pingsan semalam.
“Maaf, Prof.” Dia mencoba tersenyum. “Nama saya…”
“Baik terima kasih, yayai.” Aku memotongnya. Tidak peduli dengan namanya. Aku termasuk orang yang malas sekali mengingat nama dengan orang yang tidak penting di dalam hidupku.
Wanita itu diam. Dia sekarang menaruh kedua tangannya di atas meja. Aku menjelaskan beberapa pekerjaan yang bisa dikerjakan menurut passion masing-masing kandidat. Tentunya dengan beberapa tes terdahulu. Hanya si Yayai ini yang berada di posisi staf Research Creative Development. Dimana dia harus melakukan beberapa riset dari menentukan banyak subjek, objek, jalan cerita, dan lain sebagainya agar program tersebut menarik baru diolah oleh produser. Sebetulnya, staf RCD adalah divisi yang paling krusial di bawah divisi News di sebuah stasiun TV. Ditambah aku senang sekali memantau staf-staf RCD. Aku berteman baik dengan beberapa produser di setiap segmen acara.
Aku memberikan sebuah map plastik padanya. Disitu tertulis beberapa job desk yang harus dipatuhi. Karena Yayai ini hanya sendiri di divisi ini. Temannya yang lain, selalu satu divisi berdua-dua. Kemudian aku melempar map yang lainnya. Dia membukanya dengan cepat. Wajahnya penuh dengan keseriusan dan penasaran yang sangat tinggi.
“Saya sedang menginginkan satu program mengenai kisah horror di Thailand, hanya saja bagaimana saya ingin melihat kinerjamu agar program singkat ini tidak terlihat seram.” Aku memberikan penjelasan.
Yayai menundukkan kepala.
“Nggak bisa ya, Prof diganti saja programnya? Kenapa harus horror?”
Aku berdiri hendak meninggalkannya.
“Kamu mau terima job itu atau tidak? Aku akan memberikan ini pada staf RCD yang lain.”
“Eh iya. Baik Prof. Oke saya lihat-lihat dulu.”
Lalu aku meninggalkannya di ruangan rapat sendirian dengan laptopnya.
(Bima)
Aku berjalan gontai dengan Claudia. Dia memapahku menuju kamar dorm.
“Mbak, kamu kerjanya berat ya?” tanya Claudia prihatin. “Kayaknya kamu di-bully sama Prof deh.”
“Ditambah, dari sekian banyak divisi yang semua kandidat tempati dan memiliki mentor, kenapa aku seorang yang mentornya dia?” Perasaanku mulai down.
“Makanya aku khawatir sekali. Besok lebih baik bawa bekal saja. Bahkan beranjak dari kursi pun, Mbak ngak bisa kan?”
“Aku harus nahan pipis karena tenggat waktu yang diberikan sama dia!” kesalku.
Claudia membuka pintu kamar dorm kami. Dia menungguku menyelesaikan beberapa pekerjaan selama hampir 3 jam di luar batas office hours. Aku harus mengabari Tasya atas kejadian ini. Bukan menyerah, nampaknya aku harus pulang saja. Bukannya dapat inspirasi tapi malah dapat malapetaka.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
heni suhartini
Duh prof jgn galak2 tar cinta loh😅😅
2021-06-19
0
Ticka Wibowo
next Kaka👍👍👍
2021-04-21
0
Lheea Amelia
lanjuuuuttttttttt
2021-04-21
0