“Tuan Edzar, sebaiknya kau beristirahatlah. Sudah dua hari kau tidak tidur-tidur. Pikirkan juga kesehatanmu, kalau kau sakit bagaimana?” ujar Gerry, dokter pribadi yang beberapa hari ini menangani dan mengontrol kesehatan Edzar yang sedang depresi berat. Depresi akibat, kasus penculikan adiknya.
Gerry mampu berbicara seperti itu, karena ia sudah menjadi dokter pribadi Edzar selama 7 tahun. Jadi, sudah tidak aneh lagi, saat ia mengingatkan Edzar seperti itu.
“Tak perlu banyak bicara! Tahu apa kau akan perasaanku hah?! Bagaimana bisa aku beristirahat di sini, sedangkan aku sendiri tak tahu, apakah Raline bisa tertidur nyenyak atau tidak!” Seru Edzar, kemudian membuang wajah, menatap kesal kearah jendela ruang kerjanya yang terbuka, menampilkan gelapnya langit malam
yang penuh bintang.
“Aku berbicara seperti ini karena aku tahu kondisi badanmu, aku memang tidak bisa mengerti perasaanmu, tapi aku mengerti akan kondisi tubuhmu. Tubuhmu itu lelah, dan kau perlu istirahat,” jelas Gerry, penuh penekanan.
Edzar semakin membuang wajah, ia merasa benar-benar lelah, mendengar celotehan orang-orang yang selalu memaksanya untuk beristirahat. Memang, Edzar juga tahu, Gerry bebricara seperti itu karena dia mengkhawatirkannya, tapi di saat seperti ini, Edzar benar-benar enggan menerima kekhawatiran orang-orang di sekitarnya.
“Sudahlah jangan menceramahi aku lagi. Aku akan pergi ke kamar! Dan jangan ikuti aku! Aku ingin menyendiri.” Edzar beranjak pergi, keluar meninggalkan ruangan tersebut.
Gerry mendesah pelan. “Aih... dia ini, selalu saja mengabaikan kesehatannya.” Ia hanya bisa menggeleng-gelengkankan kepalanya, melihat sikap Tuannya yang keras kepala itu.
Edzar mendudukkan tubuhnya di atas sofa empuk yang cukup besar di sudut ruang kamar, sambil menyenderkan punggung kekarnya di bahu sofa. Ia kembali memandang langit lewat jendela kamarnya yang terbuka. Keadaan yang terasa begitu sepi dan hening, kembali membuat pikiran Edzar terpaut akan bayangan negatif mengenai adiknya.
Bayangan-bayangan menakutkan yang terus ia pikirkan sejak kemarin. Bayangan bagaimana kalau Raline diculik dan diperbudak oleh orang lain. Bagaimana jika Raline ternyata kecelakaan saat kabur, atau … bagaimana kalau Raline tersesat saat melarikan diri.
“Argh!” Ia mengacak rambutnya merasa frustrasi, sambil duduk membungkuk, merenungi nasib Raline.
"Raline… kau di mana? ... Aku di sini mencemaskanmu Raline. Pulanglah, rumah ini semakin terasa sepi jika tak ada kamu." Kedua mata Edzar terlihat berkaca-kaca, hatinya begitu kalut, demi memikirkan keadaan adiknya yang entah berada di mana itu.
"Argh! ... Semua ini gara-gara para gangster tak tahu diri itu. Dan kau Gerald! Lihat saja nanti, jika para pengawalku berhasil menangkapmu dan menyeretmu ke mari, kupastikan rumah ini akan menjadi neraka bagimu." Edzar menatap tajam ke arah langit gelap, segelap hatinya saat ini yang semakin banyak menyimpan dendam kepada, para bedebah yang mengganggu kehidupannya.
***
Sementara itu, di Bandara Internasional LA. Gerald dan Clara masih dikejar oleh komplotan pria berjas hitam. Mereka pun memilih melarikan diri dan masuk ke dalam lift, menuju ke lantai atas. Setidaknya dengan cara seperti ini, ia bisa sedikit mengulur waktu agar para lelaki suruhan keluarga Alantska itu tidak bisa menangkapnya.
Namun sialnya, ketika lift terbuka, ternyata sudah ada dua orang lelaki ber-jas hitam yang siap menghadang mereka. Dan tanpa berpikir panjang, Gerlad langsung menendang dada kedua pria ber-jas hitam itu, yang benar-benar diyakini bahwa mereka adalah komplotan dari dua orang sebelumnya yang mengejar mereka di lantai bawah.
Perkelahian pun terjadi, dengan lawan satu banding dua. Gerald terpaksa harus melawan kedua lelaki berjas hitam itu dengan tangan kosong.
Sedangkan itu, Clara yang semakin ketakutan, begitu melihat Gerald berhasil ditendang oleh salah seorang dari pria bertubuh besar itu, hingga membuat Gerald jatuh tersungkur di atas lantai.
"Kakak." Clara kebingungan, entah harus kepada siapa ia meminta pertolongan.
Dan ... Bugh, bugh, bugh.
Kepalan tangan besar itu berhasil memukul wajah Gerlad sebanyak tiga kali. Darah segar terlihat mengucur dari hidung Gerald. Gerald mengusap hidungnya dengan ibu jarinya, dan ia sedikit terkejut saat mendapati darah di tangannya, dan saat menyadarinya ia tak ingin menyerah begitu saja. Gerald mencoba bangkit dan melawan balik lelaki itu dan kini posisinya terbalik, Gerald menduduki tubuh lelaki yang baru saja menghajarnya, ia menekan leher lelaki tersebut, dan tanpa segan ia langsung memberikan beberapa pukul yang begitu kuat. Kepalan tangannya itu
beberapa kali ia layangkan ke wajah lelaki tersebut, hingga kini wajah lelaki itu tampak penuh memar dan berdarah.
Dan salah satu dari orang suruhan itu tak tinggal diam, ketika melihat rekannya tengah dipukuli oleh Gerald, dia menarik tubuh Gerald dari belakang, berusaha menariknya dan menjauhkannya. Akan tetapi, bukannya berhasil. Gerald dengan menudahnya menghentakkan kepalanya ke belakang, sehingga kepalanya itu membentur wajah bodyguar yang ada di belakangnya. Membuat hidung si bodyguard itu berdarah, dan otomatis bodyguar itu memundurkan langkahnya, seraya memegang hidungnya yang sudah bajir darah.
Di satu sisi, Clara kembali berteriak meminta tolong, namun tak ada seorang pun yang membantunya. Bahkan, seorang satpam yang tengah ada di sana pun hanya bisa meringis menyaksikan perkelahian itu. Sambil mencoba menghubungi kantor polisi.
Semua orang yang ada di bandara, tak ada yang berani membantu. Karena yang mereka tahu, itu adalah pertarungan dengan para suruhan dari keluarga Alantska. Semua orang di wilayah LA, sudah tahu hebat dan ganasnya keluarga Alantska, maka dari itu, mereka tak ada yang berani melerai perkelahian yang ada di depan mata, hanya bisa menontonnya, sambil berharap akan ada polisi yang datang untuk mengamankan mereka semua.
"Kak Gerald...." Teriak Clara, yang sudah menangis ketakutan, karena kini dirinya tengah di seret oleh dua orang lelaki berjas hitam, yang sempat mengejarnya tadi.
“Clara,” ucap Gerald mendongak ke arah Clara, begitu panik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments