"Emangnya apa yang lo inginkan dari Allisya, sampai-sampai lo mencari informasi tentang dia?" ujar Ken.
"Gue sudah bilang sama kalian kan, kalau gue itu suka sama Allisya." jawab Dominic.
"Gue sudah bilang sama lo. Lo berusaha setengah mati pun Allisya belum tentu suka sama lo!" ujar Gevan.
"Haduh, kalian tinggal ngasih gue informasi saja ribet banget sih!"
Mereka diam tidak menjawab ucapan Dominic. Memberitahu informasi tentang Allisya sama saja membahayakan nyawa mereka sendiri. Nyatanya Allisya tidak terlalu suka dengan orang yang terlalu mencari informasi tentang dirinya.
"Oke. Kalau kalian gak mau kasih tahu informasi tentang Allisya, seenggaknya kalian kasih tahu dimana alamat rumah orang tua Allisya."
"Kenapa sekarang lo tanya alamat rumah orang tuanya? Lo mau ngapain lagi sih?" ujar Ken.
"Hei, gue cuma mau minta maaf saja."
"Lebih baik lo pulang sekarang!" ujar Ken
"Lo ngusir gue?"
"Iya, gue ngusir lo! Kenapa ada masalah?"
Dominic menatap tak suka kepada mereka. Bagaimanapun caranya dia harus mendapatkan informasi tentang Allisya.
"Kalau lo ingin tahu tentang Allisya, sebaiknya lo tanya sendiri sama dia saat dia sadar nanti." ujar Ken.
"Oke. Makasih karena sudah menyarankan."
Dominic beranjak dari duduknya dan berjalan keluar dari markas Allisya. Mereka memandangi kepergian Dominic. Bagaimana dia bisa suka kepada Allisya? Padahal dia terkenal dengan tampang dingin dan kejamnya. Allisya itu bukan seleranya sama sekali, begitu pemikiran mereka terhadap Dominic.
"Kita harus ngapain sekarang?" tanya Alex.
"Gue gak tau, tapi yang jelas jangan sampai kalian membocorkan informasi tentang Allisya, sekecil apapun itu! Kalian tahu kan gimana kalau Allisya marah? Bisa hancur seisi rumah ini karena kemarahannya!" ujar Ken.
"Sudah, dari pada kita mikirin itu lebih baik kita refreshing sudah lama juga kita gak refreshing kan?" ujar Mikel.
"Bisa-bisanya lo mikir seperti itu disaat Allisya sedang koma seperti ini!" ujar Ken.
"Lagian ngapain juga disini? Kita mengunjungi Allisya pun belum tentu kita diperbolehkan masuk." ujar Mikel.
"Terserah kalian mau melakukan apa, yang penting kalian harus kembali sebelum subuh nanti." ujar Ken meninggalkan mereka.
"Hah? Subuh? Sekarang saja sudah jam satu kok!" ujar Alex
Ken tidak mendengarkan ocehan mereka. Dia berjalan ke ruangan Allisya dan mencoba mencari cara agar dia bisa masuk ke rumah sakit tersebut. Memikirkan caranya saja sudah membuat Ken berteriak frustasi, apalagi menjalankan aksinya.
Sementara Dominic sedang mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh. Dia benar-benar kesal melihat perlakuan teman-teman Allisya. Hanya alamat orang tuanya saja, mereka tidak mau memberitahu.
Baiklah, aku akan melakukan segala cara untuk membuat Allisya sadar. Seharusnya tadi aku tidak kesana. Pagi ini aku harus bekerja dan sekarang sudah jam satu pagi. Sial!
Bagaimanapun Dominic harus bisa memiliki Allisya, karena Allisya lah yang membuat dia merasakan jatuh cinta lagi.
***
Sarapan pagi yang cukup tenang di keluarga Leonardus, hanya ada dentingan sendok saja.
"Dominic, mama tadi melihat kamu pulang jam dua. Kemana saja kamu?" tanya Kirana.
"Mencari informasi, ma." jawabnya.
"Informasi tentang siapa?"
"Mama tahu Allisya? Cewek yang pernah aku lamar dulu?" ujar Nevan menyela.
Kirana mencoba mengingat-ingat nama Allisya. Dia tersenyum saat ingat tentang Allisya.
"Allisya anak yang menolak lamaran kamu dulu itu kan?"
"Iya. Dominic lagi jatuh cinta sama dia, ma. Semoga saja sukses." ujar Nevan mengejek.
"Cih. Gue akan sukses soal itu. Lo gak perlu ikut campur urusan gue. Urusin calon bini lo aja sana!"
"Kalau gagal gue ketawa'in lo."
Tidak ada yang akur di rumah ini. Bahkan bisa di bilang tidak akan ada kata akur jika salah satu dari mereka tidak keluar dari rumah ini.
"Kak Dominic, anterin aku berangkat sekolah ya?" ujar Kaila saat sudah selesai sarapan.
"Emang lo mau ngasih gue apa? Sampai lo menyuruh gue nganterin lo sekolah?"
"Kok gitu sih! Kan Kaila cuma mau di anterin doang!"
"Gak mau. Kalau gue nganterin lo sekolah, yang ada gue nanti di lirikin sama teman-teman centil lo itu!"
"Gitu doang saja!"
"Terserah gue dong."
Dominic meninggalkan adiknya yang merengek meminta diantarkan olehnya. Persetan dengan adiknya akan membuat dia pegal saja, karena adiknya ini pintar sekali bicara.
***
Dominic tidak langsung ke kantornya, melainkan dia pergi ke rumah sakit dulu untuk melihat keadaan Allisya.
Saat dia sampai di ruangan Allisya, dia begitu sedih. Bagaimana wanita yang dia cintai bisa mengalami hal ini? Begitu pemikirannya.
"Apa tidak ada perkembangan sama sekali?" tanya Dominic kepada salah satu Dokter yang ada di ruangan ini.
"Kami masih belum mendapatkan perkembangan apapun, tuan. Tapi menurut kami, jika Allisya diajak bicara terus menerus itu akan mempengaruhi perubahannya. Dia akan cepat sadar karena dari hasil pemeriksaan tingkat pendengaran Allisya masih sangat tajam. Dia bisa mendengarkan orang yang berbicara padanya meskipun dia sedang dalam keadaan kondisi koma." jawab Dokter tadi.
"Terus awasi dia! Lakukan segala cara agar dia bisa sadar! Kalau sampai terjadi apa-apa padanya, saya tidak akan segan-segan memecat kalian!"
Setelah mengatakan itu, Dominic pergi. Dia harus ke kantor sekarang karena ada rapat penting.
***
Saat sedang rapat antar perusahaan, Dominic benar-benar tidak fokus sama sekali. Dia berada dikantor tapi pikirannya ada di Allisya. Seorang Allisya, wanita yang bahkan jauh dari selera sifatnya dan hanya kecantikannya saja yang menjadi seleranya, bisa membuat hatinya begitu menginginkan Allisya.
Apakah aku bisa lebih agresif dan egois soal Allisya? Bagaimanapun aku sangat mencintainya saat pertemuanku dengannya tiga tahun yang lalu. Aku… menginginkannya lebih. Tapi melihat kepribadiannya sepertinya aku akan susah untuk mendapatkannya. ujar Dominic dalam hati.
Setelah selesai rapat Dominic duduk di kursi kebesarannya. Dia memandangi langit-langit ruangannya.
"Robert, menurutmu bagaimana Allisya?" tanya Dominic kepada Sekretarisnya.
Tunggu! Kenapa tanya kepadaku? Aku kan tidak tahu tentang Allisya sama sekali. Wajahnya saja aku tidak tahu. Jangan berfikir kalau saya tahu bagaimana Allisya, tuan. ujar Robert dalan hati.
"Saya tidak mengerti apapun tentang Allisya, tuan."
"Apa? Lo gak tahu! Bagaimana lo gak tahu tentang Allisya! Dia itu cewek yang gue cintai, Robert!" ngomel-ngomel kemana-mana.
Tuan, memangnya saya pernah melihat wajahnya. Nama Allisya itu banyak, memangnya nama Allisya ada satu di dunia ini. Bagaimana anda bisa berfikiran begitu? ujar Robert dalam hati.
"Pokoknya gue gak mau tahu. Cari informasi tentang Allisya, sekecil apapun itu informasinya! Kalau bisa cari informasi tentang orang tuanya juga!" ujar Dominic frustasi kepada Robert.
"Baik tuan."
"Robert!"
"Ya tuan?"
"Sepertinya lo harus cari pendamping hidup, supaya lo bisa sedikit peka sama yang namanya perempuan! Masa cari informasi tentang Allisya saja lo gak bisa!"
Diam tidak menjawab ucapan tuanya itu.
Terserah anda, tuan.
Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments