Di keluarga Leonardus sedang terjadi pertengkaran sengit antara kedua pihak.
Dominic yang awalnya adalah seorang CEO perusahaan di suruh untuk memegang bandara milik kakaknya Nevan selama kurang lebih satu minggu. Awalnya Dominic menolak tapi akhirnya dia menyetujuinya. Dan, saat dia memegang bandara tersebut, kecelakaan pesawat pun terjadi. Dominic di suruh oleh keluarganya untuk mendatangi keluarga korban, untuk meminta maaf. Sementara, Dominic menolak dengan tegas karena dia bukan pemilik utama bandara tersebut.
"Dominic, lo itu cuma gue suruh buat minta maaf sama keluarganya. Apa susahnya sih minta maaf?" ujar Nevan emosi.
Nevana Leonardus adalah anak pertama dari keluarga Leonardus. Dia adalah pemilik tunggal bandara dari kakeknya. Dia mewarisi bandara milik kakeknya.
"Gue gak mau! Gue gak salah dalam hal ini. Gue juga bukan pemilik utama bandara ini. Yang pemilik utama itu lo! Bukan gue!" ujar Dominic tak kalah emosi.
"Gue nyuruh lo buat minta maaf karena bandara waktu itu lo yang pegang!"
"Tapi, pemilik utama kan lo, bukan gue. Jadi, elo yang harus minta maaf."
"Nevan, Dominic. Berhenti bertengkar, kalian itu sudah dewasa jangan seperti anak kecil." ujar nyonya Kirana Jovanka Leonardus.
Kirana Jovanka Leonardus adalah istri dari Arav Leonardus. Dia adalah wanita berdarah Inggris dari keluarga Jovanka. Arav mengenal Kirana saat perusahaan Leonardus dan perusahaan Jovanka menjalani kerja sama. Disaat itulah, Arav mulai mengenal dan mencintai Kirana.
"Ma, Dominic itu gak salah, ma!" ujar Dominic.
"Dominic, apa yang dikatakan kakakmu itu benar. Kunjungi keluarganya atau kalau kamu gak mau mengujungi keluarganya, setidaknya kunjungi dia."
"Apa! Mama bela Nevan!"
"Mama tidak membela siapapun disini. Waktu itu bandara kamu yang pegang, nak. Jadi, kamu harus minta maaf."
"Mama!"
"Dominic, cepat kunjungi dia. Setidaknya lo lihat kondisinya sekarang!" ujar Nevan.
"Haduh, kakakku yang ganteng. Gak usah berantem kenapa sih, cuma masalah gini doang saja." ujar Kaila.
Kaila Olivia Leonardus adalah anak ketiga dari keluarga Leonardus. Dia masih duduk dibangku SMA kelas tiga. Dia mewarisi butik milik mamanya, yaitu Butik Jovanka Beauty. Butik milik keluarga Jovanka yang sangat terkenal di beberapa negara.
"Jangan ikut campur, bocah!" ujar Dominic memperingati Kaila.
"Aku cuma ngasih tahu saja kok." bicara santai sambil mengunyah permen karetnya.
"Dominic, papa tahu kamu adalah lelaki kejam, tapi setidaknya lihatlah kondisinya dulu. Papa yakin kamu pasti akan terkejut saat melihatnya." ujar Arav Leonardus.
"Oke. Dominic akan melihat keadaannya tapi Dominic tidak akan janji, kalau Dominic tidak akan membunuhnya. Bisa saja Dominic membunuhnya tiba-tiba." ujarnya santai.
"Kakak!" ujar Kaila.
"Dominic!" ujar Nevan.
"Papa yakin kamu tidak akan membunuhnya saat kamu tahu siapa dia. Percayalah, yang ada kamu akan menjaga dan melindunginya." ujar Arav tersenyum.
"Terserah!"
Dominic sangat kesal bukan main. Semua keluarganya menyuruhnya untuk minta maaf, padahal dia bukanlah pemimpin utama bandara itu. Karena sudah jengah melihat keluarganya, akhirnya Dominic memutuskan untuk melihat keadaan wanita itu ke rumah sakit. Tapi, tidak minta maaf kepada keluarganya.
Dominic berjalan keluar rumah besarnya. Dia menggerutu di sepanjang jalannya.
"Kita ke rumah sakit sekarang!" Dominic memerintahkan sekretarisnya. Sekretarisnya membungkuk dan membukakan pintu mobil.
Sial! Kenapa harus gue? Yang salah itu Nevan kenapa malah jadi gue! Ck!
***
Sementara di markas Allisya, teman-temannya sedang mempersiapkan diri mereka masing-masing. Mereka membawa beberapa pisau, pistol dan beberapa alat untuk mempermudah mereka untuk memanjat tembok rumah sakit. Dan, jangan lupakan juga bahwa mereka membawa topeng agar identitas mereka tidak ada yang mengetahui.
"Baiklah, apa kalian sudah siap?" ujar Gevan.
"Tentu saja. Gue selalu siap di setiap situasi." ujar Mikel.
Semuanya mengangguk dan mulai berjalan keluar markas.
Saat sampai di belakang rumah sakit. Ke empat detektif ini mengumpat dengan kesal. Pasalnya bodyguard ada di belakang rumah sakit ini, menjaga dengan ketat, bahkan mereka juga membawa senapan.
"Sial! Kenapa mereka ada di belakang rumah sakit ini juga?" ujar Ken.
"Memangnya apa yang ada di dalam? Korban pun hanya Allisya saja, yang lainnya juga sudah sadar." ujar Alex.
"Lalu, bagaimana? Apa kita terus melajutkan atau berhenti sampai disini?" ujar Gevan.
Mereka memutuskan untuk meneruskan aksi mereka. Entah gagal atau berhasil itu urusan belakang.
Sekitar setengah jam mereka meluncurkan aksi mereka, tapi nyatanya mereka gagal. Bodyguard tersebut benar-benar tidak ada yang menandingi, kecuali Allisya. Dia akan nekat dalam hal apapun.
"Ck! Sial! Kita benar-benar tidak bisa masuk sama sekali." ujar Ken.
"Lo benar. Kayaknya keluarga Leonardus benar-benar kuat dan tak tertandingi." ujar Gevan.
"Sudahlah. Ayo kita kembali saja. Percuma, kita tidak akan bisa masuk sama sekali."
Mereka mengangguk dan berjalan kembali ke markas mereka. Mereka juga menyesal, tapi mau bagaimana lagi. Mereka tidak punya cara untuk masuk ke rumah sakit itu. Aksi yang baru saja mereka lakukan saja gagal, padahal ini adalah aksi tersembunyi mereka.
***
Sementara Dominic baru saja keluar dari mobilnya. Para bodyguard membungkuk dengan hormat kepada Dominic.
"Apa ada sesuatu hal terjadi disini?" tanya Dominic pada salah satu bodyguard.
"Ya, tuan. Tadi ada beberapa penyusup bertopeng yang mencoba masuk rumah sakit lewat belakang." jawab bodyguard tersebut.
"Terus awasi. Jangan sampai ada orang yang masuk dan melihat kondisi korban itu!"
"Baik tuan."
Setelah mengatakan itu, Dominic berjalan masuk ke rumah sakit.
Lihat saja. Gue akan bunuh lo, karena elo udah bikin gue kena masalah!
Dokter menyambut kedatangan Dominic. Dokter itu membungkuk dan memberi salam kepada Dominic.
"Bagaimana keadaannya?" tanya Dominic.
"Dia masih koma, tuan." jawab Dokter tadi.
"Kalau bisa bunuh aja dia!"
Dominic berjalan menuju ruangan korban tadi. Ruangannya terletak paling atas sendiri agar tidak ada wartawan yang mencoba untuk mencari informasi tentang korban tadi. Karena, keluarga Leonardus adalah keluarga yang sangat tertutup.
"Tunggulah disini, Robert!" ujar Dominic kepada sekretarisnya.
"Tuan, anda tidak akan melakukan apa-apa kan padanya?"
"Gue gak bisa janji. Bisa saja gue langsung bunuh dia."
Setelah mengatakan itu, dia masuk keruangannya. Dominic berjalan menghampiri wanita itu. Dia melihat banyak sekali alat-alat rumah sakit yang menempel pada tubuhnya.
Ck. Kenapa kalian tidak membiarkannya mati saja? Kalau dia mati, gue gak akan kena masalah kayak gini. ujarnya dalam hati.
Saat Dominic melihat wajah wanita itu, dia benar-benar dibuat terkejut.
Tunggu! Bukannya dia cewek yang gue cari selama ini? ujarnya dalam hati sambil mengamati wajah Allisya.
Dominic sempat bertemu dengan Allisya saat dia ada di taman, tiga tahun yang lalu.
Tiga tahun yang lalu…
Dominic tidak sengaja menabrak seorang wanita dan menjatuhkan buku wanita tersebut. Dominic tidak membantunya sama sekali.
"Hei, lo gak punya mata apa? Kalau jalan itu lihat depan dong!" ujarnya dengan kesal. Sementara wanita ini sedang mengambil buku-bukunya. Saat dia selesai, dia melihat Dominic dengan tatapan datar.
"Gue gak sengaja."
Dominic membeku saat dia melihat wajah wanita yang ada di depannya ini. Wanita dengan seleranya. Dia baru saja menemui cintanya yang sudah lama hilang.
"Boleh gue kenal lo?" ujar Dominic.
"Hah?"
"Apa anda tidak dengar, Nona? Saya ingin mengenal anda."
Wanita tadi tidak bergeming sama sekali. Bahkan Dominic juga dibuat bingung oleh diamnya wanita di depannya.
"Tapi gue gak ingin kenal lo." jawabnya.
"Apa? Kenapa?" tanya Dominic tidak percaya.
"Karena gue gak suka sama cowok kayak lo. Lo itu sudah nabrak gue, jatuhin buku gue, dan lo juga gak bantuin gue buat ambil buku gue sama sekali!"
"Kalau gitu kita replay."
"Enak saja kalau ngomong. Heh dengarnya! Gue gak mau kenal sama cowok kayak lo! Ngerti gak?"
"Tapi gue ingin kenal lo."
"Terserah."
Wanita tadi pergi. Berdebat dengan lelaki tadi tidak ada untungnya, begitu pemikirannya.
"Kalau lo gak mau gue kenal lo. Setidaknya lo kasih tau nama lo."
Wanita tadi menghentikan langkahnya. Dia membalikkan tubuhnya mengahadap Dominic.
"Allisya."
Setelah mengatakan itu, wanita tadi pergi.
"Allisya." gumam Dominic.
Dominic tersenyum mengingat masa lalunya itu. Dia tidak menyangka bahwa Allisya yang dia cari adalah seorang Pramugari dari bandara Leonardus.
Aku akan membuatmu sadar. Aku akan menjaga dan melindungimu. Maaf karena aku gak tahu kalau itu kamu. Kalau aku tahu, aku pasti tidak akan seperti tadi. Sekarang aku tahu kenapa papa menyuruhku untuk menemuimu, karena kamu adalah wanita yang selama ini aku cari. ujar Dominic dalam hati sambil mengecup kening Allisya.
Dominic pergi keluar ruangan Allisya dan memberitahu Dokter untuk melakukan segala cara agar Allisya cepat sadar.
Aku akan membawamu keluar negeri jika kamu tidak sadar juga.
Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
malirisia
dri awal aku suka ceritany
2022-02-07
0
ibah
Ceritanya menarik..
2021-08-24
1