Allisya ditugaskan untuk menggantikan temannya. Dia bekerja di bagian kantor seharusnya, karena alasan temannya yang sakit dan tidak ada pengganti yang lain, jadi Allisya menggantikan temannya itu.
Pesawat yang Allisya tumpangi bertugas untuk mengantar jemput orang Indonesia dari Amerika ke Indonesia dan sebaliknya.
Saat perjalanan pulang, awalnya baik-baik saja. Tapi, tiba-tiba saja pesawat yang Allisya tumpangi mendapatkan gravitasi bumi karena akibat dari ketinggian yang diatas rata-rata seharusnya.
Semua Pramugari yang berjalan di pesawat menabrak atap pesawat tersebut. Para penumpang harus bersiap siaga agar tidak terjadi apa-apa. Semua penumpang sudah memakai ventilator agar mereka bisa bernafas. Bahkan para Pramugari pun juga ada yang pingsan karena tidak ada oksigen.
Allisya mendapatkan kabar bahwa salah satu dari Kapten ada yang pingsan. Dia pun bergegas untuk pergi ke kapten tersebut. Dia berjalan sambil memegang badan kursi penumpang agar dia tidak melayang dan menabrak atap pesawat.
Allisya melirik anak kecil yang ada di pangkuan ibunya. Allisya menatap prihatin. Dia masih kecil, tapi sudah mengalami hal yang seperti ini, begitu batin Allisya. Karena tidak tega, Allisya menghampiri anak kecil tersebut.
"Excuse me. Is your son all right?"
"For now he's fine, miss."
"Call the flight attendants if anything happens!"
"Thank you, miss."
Setelah menanyakan keadaan anak tersebut, Allisya melanjutkan perjuangannya untuk menuju ke Pilot.
Allisya terus berjalan meskipun tenaganya kalah besar dengan gravitasi. Bahkan saat ini rambut panjangnya sudah terurai. Roknya bahkan sudah ada yang robek, karena tersangkut tadi. Dia terus berjalan tanpa memperdulikan penampilannya saat ini.
Saat dia sampai. Dia melihat Pramugara pria yang ada di belakang Pilot sudah pingsan begitupun dengan Pilot yang satunya yang berada di kanan. Mereka berdua sama-sama pingsan. Sementara Pilot utama masih bertahan. Allisya menghampiri Pilot tersebut.
"Captain, are you all right?" tanya Allisya.
"Yes, all right." jawab Kapten itu dengan nada yang sulit bernafas.
Allisya merasa prihatin dengan Kapten dan para penumpang. Cuaca yang sedang hujan dan tidak dapat di prediksi ditambah dengan gravitasi membuat semuanya menjadi panik bukan main.
"Allisya." Kapten tersebut memanggil nama Allisya. Allisya menoleh.
"Ya, Kapten?"
"Aku mempercayakan ini padamu."
"Apa maksud Kapten?"
"Aku tahu, kau pernah belajar tentang cara mengendarai pesawat. Jadi, aku akan mempercayakan ini semua kepadamu jika aku tiba-tiba pingsan."
"Apa! Saya tidak bisa Kapten. Saya hanyalah seorang Pramugari bukan seorang Pilot."
"Aku percayakan kepadamu, Allisya."
Setelah mengatakan itu, tiba-tiba saja Kapten Pilot pingsan. Allisya panik, tidak ada yang mengendarai pesawat. Kedua Pilot pingsan. Tidak ada cara lain, Allisya terpaksa mengendarai pesawat tersebut tanpa menggunakan ventilator.
Dia mempercayakan hidup dan matinya pada Tuhan. Tugasnya sekarang adalah menyelamatkan penumpang dan kembali dengan selamat. Jika, dia memang harus kehilangannya nyawanya sekarang, maka dia akan rela. Karena dia telah menyelamatkan nyawa orang banyak. Bahkan, jika dia masih hidup nanti dan dia akan dipecat, dia akan rela.
Allisya menyingkirkan Kapten Pilot dan mengambil alih kemudi.
Kau pasti bisa, Allisya. Kau pernah mempelajarinya, pasti kau bisa. Banyak anak yang ingin meraih masa depannya disini. Aku tidak akan membiarkan mereka mati begitu saja. tekad Allisya.
Allisya mulai mengemudikan pesawatnya. Dia tidak tahu harus bagaimana, tapi nalurinya berkata bahwa dia akan baik-baik saja.
Allisya terus mengemudikan pesawatnya. Sesekali dia menghindari sambaran petir karena hujan. Allisya sesekali mendengar dari suara headset yang sedang dia pakai.
"Hey, is everything all right?"
Dia tidak menggubris ucapan dari headsetnya. Dia terus berusaha agar mereka bisa sampai di pesawat. Allisya bahkan sesekali mendengar anak kecil menangis karena ketakutan.
Tenanglah nak. Kau akan baik-baik saja. Aku akan membawamu sampai ke tempat tujuan dengan selamat. ujar Allisya dalam hati.
Satu jam telah berlalu…
Semua cuaca sudah normal kembali. Tapi, Allisya tetap mengemudikan pesawatnya. Tidak ada satupun Pilot yang sadar dari tadi. Allisya memandang langit yang ada di depannya dengan pikiran kosong. Dia bahkan sudah tidak bernafas lagi kali ini. Antara hidup dan matinya tergantung dalam hal ini. Entah dia selamat atau tidak, itu akan menjadi urusan Tuhan.
Dua jam berlalu…
Akhirnya, Allisya mendaratkan pesawatnya dengan selamat. Saat pesawat sudah terparkir sempurna, dia tersenyum, setelah itu dia tak sadarkan diri.
Para tim medis membawa beberapa Pramugari dan juga kedua Pilot yang pingsan. Bahkan, Allisya pun juga sudah di bawa oleh tim medis.
Allisya di bawa ke rumah sakit. Dia di tempatkan di ruang ICU. Karena kondisinya yang tidak memungkinkan. Dia sempat berhenti bernafas beberapa jam, tapi jantungnya berdetak begitu lemah. Dokter berusaha semaksimal mungkin untuk membuat Allisya bernafas kembali, karena Dokter tadi yakin bahwa Allisya masih memiliki harapan.
Allisya terbaring lemah tak sadarkan diri di ruang ICU. Ada beberapa alat medis yang menempel di bagian tubuh dan kepalanya. Dokter mengatakan kalau Allisya koma dan kondisinya sedang tidak baik-baik saja.
***
Sementara di rumah kediaman keluarga Allisya sedang menangis tersedu-sedu. Mereka baru saja mendapat kabar bahwa Allisya terlibat dalam kecelakaan pesawat tersebut. Dan kondisinya lebih parah dari yang lain karena dia tidak memakai ventilator selama kurang lebih lima jam. Keluarga Allisya yang mendengar kabar itupun merasa sangat sangat sedih.
Mereka menghampiri rumah sakit, tapi mereka di larang masuk ke rumah sakit karena adanya wartawan yang ingin menerobos masuk. Tidak ada yang boleh masuk ke rumah sakit tersebut. Keluarga Allisya hanya bisa berdoa untuk keselamatan Allisya.
***
Sementara para sahabat detektif Allisya sedang melihat tayangan tv dengan tajam.
"Jadi, Allisya benar-benar merelakan nyawanya dengan hal ini?" ujar Alex.
"Ya, lo bener banget." jawab Gevan.
"Ck. gue heran lihat Allisya, sebenarnya apa yang dia inginkan sih untuk menjadi Pramugari? Bukankah bayaran kita menjadi detektif tersembunyi sangat besar? Tapi kenapa dia masih saja jadi Pramugari? Heran banget deh gue." ujar Mikel.
"Hei, ngerti sedikit kenapa sih lo. Pramugari adalah cita-citanya Allisya dari dulu." jawab Ken.
"Huh! Tapi tetap daja ini di luar perkiraan kita. Kenapa coba dia harus menggantikan temannya itu sih? Kalau sampai terjadi apa-apa dengan Allisya bagaimana?" ujar Alex.
"Jangan berfikiran buruk. Berdoa saja untuk keselamatannya." jawab Mikel.
"Lalu, bagaimana kalau dia sampai mati?" ujar Alex.
Gevan, Ken dan Mikel menatap Alex tajam. Jangan berfikiran seperti itu, lo sama saja mendoakannya, begitu arti tatapan mereka.
"Hei, berhentilah untuk lihat gue seperti itu! Gue cuma memprediksi saja. Lagi pula, dia juga gak bernafas selama beberapa jam." ujar Alex.
"Berhenti untuk berfikiran buruk tentang Allisya, Alex!" jawab Gevan.
"Hei, apakah kalian tidak khawatir dengan keadaan Allisya saat ini?" tanya Alex.
"Apa lo lupa? Allisya selalu mengatakan kepada kita untuk tetap tenang di setiap ada masalah. Jadi, berhentilah untuk cemas dan cari cara agar kita bisa masuk ke rumah sakit itu!" jawab Ken.
"Lo benar. Pintu akses rumah sakit itu di jaga ketat oleh para bodyguard. Kita tidak ada ruang untuk masuk, kecuali…" Mikel tidak melanjutkan ucapannya dan melihat satu persatu temannya. Mereka berempat tersenyum, entah apa yang mereka pikirkan tidak ada yang tahu, hanya mereka saja yang tahu.
Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Elly Supriaty
seru bangeet nih cerita novel nya author ....
lanjut thor ,aku suka .....
2022-05-20
0
Haica
seruu
2021-08-02
1