Selamat membaca!
Waktu terus berlalu, hingga senja mulai tampak menyelimuti semesta. Saat ini Melani telah bersiap untuk mengakhiri pekerjaannya karena memang waktu pada jam dinding ruangannya sudah menunjukkan pukul 16.00.
"Ah, akhirnya pekerjaan hari ini kelar juga. Waktunya pulang deh!" ucap wanita itu sambil merenggangkan otot-ototnya setelah berjam-jam lamanya duduk di kursi kerja.
Melani pun segera berkemas dan tidak lupa ia memasukkan ponsel ke dalam tasnya juga barang bawaan lainnya seperti laptop dan berkas-berkas penting yang harus ia pelajari di rumah nanti.
Setelah selesai, Melani beranjak keluar dari ruang kerjanya. Tiba-tiba saja ia baru teringat akan janjinya pada Revan yang mungkin sekarang telah menunggunya di mobil yang terparkir di lobi.
"Ya ampun, Revan pasti sudah menungguku di mobilnya. Aduh kok aku baru ingat sekarang sih!" batin Melani sambil menepuk dahinya dengan keras.
Wanita berparas cantik itu pun bergegas melenggang panjang menuju lift yang berada di ujung lorong untuk segera turun ke lantai lobi.
Setibanya di lobi, Melani dapat menatap jelas dengan kedua manik matanya sebuah mobil sport keluaran terbaru sudah terparkir di seberang lobi. Ya, mobil itu adalah milik Revan yang memang biasa dikendarai sendiri oleh pria itu tanpa supir pribadinya. Sadar bahwa dirinya terlambat, wanita itu pun langsung memacu langkah kakinya untuk segera tiba di dekat mobil Revan. Saat itu suasana kantor terlihat ramai dengan aktivitas pulang kerja yang membuat beberapa karyawan yang kebetulan berada di sana, melihat gerak-gerik Melani yang saat ini ingin pulang bersama Revan.
Beberapa percakapan pun tak dapat terelakan terjadi setelah melihat kejadian itu. Kejadian yang dalam 6 bulan semenjak Melani bekerja, tak pernah sekalipun terjadi, ketika Melani pulang kerja di antar oleh Revan, yang merupakan atasannya.
~ "Itu 'kan Melani, tumben dia pulang dengan Tuan Revan."
~ "Ya, mungkin mereka lagi ada urusan kerja kali atau hubungan yang lebih dari sekadar pekerjaan."
Percakapan yang terjadi tak dapat didengar oleh Melani karena jaraknya yang berada di seberangnya. Wanita itu kini terlihat sedang mengetuk kaca mobil milik Revan beberapa kali, agar pria itu segera membuka pintu mobilnya yang terkunci untuknya masuk.
Namun, bukannya membukakan central lock pada pintu mobilnya, pria itu keluar dari mobil hanya untuk membukakan pintu lalu mempersilahkannya masuk. Sesuatu yang membuat Melani begitu terkejut. Ia tak menyangka bila atasannya yang selama 6 bulan ini dikenalnya dingin dan arogan, ternyata memiliki sisi manis dalam dirinya.
"Ayo masuk!" titah Revan dengan suaranya yang terdengar dingin.
Melani yang masih termangu segera masuk dan duduk di kursi samping kemudi. Jantungnya kini kembali berdetak tak karuan saat mendapat perlakuan istimewa dari atasannya. Perlakuan yang membuat beberapa karyawan wanita yang melihatnya dibuat tak percaya dan merasa sangat iri karena Melani yang mendapatkan perlakuan semanis itu dari atasan mereka.
Tak berapa lama kemudian Revan kini sudah duduk kembali di kursi kemudinya dan mulai menyamankan diri dengan kedua tangan yang sudah memegangi kemudi.
"Tuan, saya harus menjawab apa kalau besok orang-orang yang melihat kita tadi bertanya tentang kedekatan kita?" tanya Melani dengan berani untuk mengurai rasa cemas yang saat ini merasuki pikirannya.
Revan sekilas menoleh ke arah Melani lalu kembali fokus menatap lurus ke depan untuk mulai melajukan kendaraan mewahnya yang baru saja ia beli satu Minggu lalu.
"Kamu tidak perlu menjawabnya, biarkan saja mereka mati penasaran jika terlalu ikut campur urusan dengan orang lain!" jawaban Revan entah kenapa terdengar sangat ketus di telinga Melani, hingga membuat wanita itu tertegun.
"Baiklah, Tuan." Melani kembali memangku kedua tangan pada pahanya dan memilih diam setelah mendapatkan jawaban dingin dari atasannya.
Saat ini Melani tidak mengetahui tujuan mereka akan kemana. Ia hanya pasrah, walau dalam benaknya ingin sekali wanita itu bertanya. Namun, ia tak berani melakukan itu karena takut atasannya akan marah padanya, jika ia banyak bertanya.
Wanita itu kini terlihat sangat gelisah. Bahkan dirinya tak dapat menikmati perjalanannya dengan menaiki mobil mewah yang seumur hidupnya tak pernah dinaikinya. Bagaimana tidak, Melani sangat tahu tentang mobil yang saat ini ditumpanginya adalah mobil mewah dengan merk Bugatti Veyron Vitesse Le Diamant Noir. Mobil yang memiliki taksiran harga mencapai 268 Miliar dan hanya diproduksi 10 unit di seluruh dunia.
Melani kini lebih memilih untuk menatap ke arah luar kaca mobil dan enggan menatap ke arah Revan yang wajahnya terlihat dingin untuknya.
"Kira-kira aku mau diajak kemana ya? Kenapa dia tidak mengatakan sesuatu sebagai petunjuk agar aku tidak perlu bertanya!" batin Melani yang merasa tidak nyaman. Kedua tangan wanita itu tampak saling memilin jemarinya, menggambarkan suasana canggung yang berlebih.
Setelah melewati perjalanan yang padat selama kurang dari satu jam, kini mobil Revan telah terparkir di halaman rumah mewah kediaman keluarga Haditama. Sebuah rumah mewah yang berada di kawasan Pondok Indah membuat kedua mata Melani silau ketika menatapnya.
"Tuan, ini rumah siapa?" tanya Melani dengan segera ketika kedua matanya menatap penuh rasa ragu.
"Ini rumah orang tua saya. Di dalam sana saya akan memperkenalkan kamu sebagai kekasih saya, katakan saja pada mereka bahwa kita sudah menjalin kasih selama enam bulan ini dan kita saling mencintai, selebihnya kamu boleh menceritakan tentang kehidupanmu yang sebenarnya."
"Kenapa harus secepat ini saya bertemu dengan keluarga Tuan?" tanya Melani lagi yang membuat Revan mendengus kesal.
"Nurut saja ya Mel, tidak perlu banyak bertanya! Ingat, di dalam sana kamu jangan memanggil saya Tuan, panggil saya seperti kekasih kamu!"
Melani segera menganggukkan kepalanya untuk mematuhi segala perintah Revan. "Baik, Tuan!"
Revan keluar dari mobil lebih dulu, lalu ia kembali membukakan pintu dan mempersilahkan Melani untuk keluar. "Ayo keluar!"
Setelah keduanya berdiri saling berhadapan, Revan langsung meraih tangan Melani dan menggenggamnya ketika memasuki rumah mewah milik keluarganya.
Beberapa penjaga kini membungkuk hormat saat Revan dan kekasihnya melintasi mereka. Senyuman hangat menyambut kedatangan putra bungsu dari keluarga Haditama, seorang anak yang sangat jarang berkunjung menyambangi rumah orang tuanya.
Setibanya di dalam rumah, ternyata kedatangan Revan bersama Melani langsung disambut hangat oleh seorang wanita paruh baya yang sedang sibuk menata hidangan lezat di atas meja makan.
"Hai, selamat datang di rumah keluarga Haditama, Melani Pricillia." Sapaan itu terlontar dari mulut seorang wanita paruh baya yang tak lain adalah ibu kandung dari Revan bernama Tamara Haditama.
Revan memang sudah memberi kabar pada ibunya, bahwa hari ini dirinya akan datang ke rumah untuk memperkenalkan kekasihnya pada keluarga besarnya di rumah. Tamara yang mendengar kabar itu begitu antusias dan bersemangat untuk berkutat di dapur selama berjam-jam. Ya, walau memiliki 15 asisten rumah tangga dan 2 koki yang memang ia pekerjakan di rumahnya untuk urusan masak memasak Tamara memang selalu memantau langsung kedua kokinya.
Tamara segera memeluk singkat tubuh Melani dan mencium pipi kiri dan kanan wanita itu. Begitulah cara Tamara menyambut tamunya dengan ramah dan hangat. Terlebih yang datang kali ini adalah wanita yang dikenalkan oleh Revan sebagai kekasih dari anak bungsunya.
Walau saat ini Melani merasa sangat gugup dan canggung, tapi ia berusaha untuk tetap tenang selama berada di rumah orang tua Revan.
"Hai, Tante, salam kenal. Tante cantik banget ya dan masih terlihat sangat muda." Melani hanya mampu membuka obrolan mereka yang diawali dengan sebuah pujian yang jujur dari hatinya.
Tamara terkekeh kecil mendengar pujian dari Melani. "Ah, ternyata kamu sangat pandai memuji. Oh iya, jangan panggil Tante dong, panggil Mommy saja ya, kamu 'kan calon istrinya Revan. Bukan begitu anak bujang kesayangan Mommy?" pinta Tamara yang diakhiri dengan memberikan sebuah pertanyaan pada putranya sambil menepuk lengan kekar Revan.
Kedua mata Revan membulat sempurna, ia terlihat memutar kedua bola matanya karena merasa jengah dengan suasana seperti ini yang sudah terbesit dalam benaknya.
"Melani sayang, sini duduk! Mommy sudah masak banyak untuk menyambut kedatangan kamu di rumah keluarga Haditama. Terima kasih ya karena kamu sudah menyempatkan diri untuk datang ke sini. Oh ya, maaf kalau Revan agak memaksa kamu karena Mommy dan Daddy yang menyuruh dia untuk mengajak calon istrinya datang ke rumah. Tidak masalah 'kan, sayang?" tanya Tamara sambil tersenyum penuh kehangatan saat bertatapan dengan Melani. Tidak lupa ia membagi pandangannya kepada Revan yang tengah diliputi rasa kesal dengan situasi yang terjadi saat ini.
"Semoga semua ini segera berakhir, tapi andai Jessika mau sedikit berkorban untuk pulang ke Indonesia, pasti semua tidak akan seperti ini!" batin Revan sangat kesal dengan kekasihnya yang hanya mementingkan karir modelingnya.
🌸🌸🌸
Bersambung✍️
Berikan komentar positif kalian ya.
Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
ira
putuskan aja si Jessica kekasihmu itu Revan dan jadian sama Melani 🤭😁
2024-08-22
0
Muhamad Pauji
sbr bg revan,,,,melani jg cantik,
2022-09-20
0
Chen Aya
udah dapet lampu hijau tuh dari mommy nya revan
2022-07-13
0