Selamat membaca!
Ruang meeting saat ini telah dipenuhi oleh dua orang klien dengan beberapa staf Perusahaan Haditama yang telah menempati kursinya masing-masing. Meeting yang sebentar lagi akan segera berlangsung dan hanya menunggu kedatangan Revan yang sampai saat ini belum juga hadir ke dalam ruangan.
"Kemana sih, si Tuan Revan itu? Katanya cuma lima menit, tapi ini malah sudah lewat!" tanya Melani dalam hatinya yang mulai cemas dan tak nyaman duduk di kursinya. Berulang kali kedua manik matanya yang indah menatap jarum jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
Namun, baru saja ia beranjak dan hendak keluar dari ruangan untuk memanggil Revan, tiba-tiba pintu ruangan meeting terbuka dan pria yang sejak tadi membuatnya cemas, mulai terlihat memasuki ruangan dan dengan bergegas pria itu langsung duduk pada kursinya yang tersedia.
Meeting pun akhirnya dimulai setelah Revan menyampaikan kata pembukanya. Sepanjang meeting itu berlangsung entah kenapa kedua mata Revan, tak henti-hentinya menatap wajah cantik Melani yang tengah mempersentasikan materi meeting tersebut.
"Kenapa aku baru menyadari bahwa Melani itu cantik ya? Dan entah kenapa aku malah selalu mengelak ketika hatiku berkata dia memang benar-benar cantik. Sepertinya keluargaku akan sangat yakin kalau aku memperkenalkan Melani sebagai kekasihku, dengan begitu tidak ada lagi yang namanya perjodohan. Ah, aku tidak sabar ingin cepat-cepat membawa Melani ke rumah, setelah itu urusanku dengan Mommy dan Daddy selesai!" batin Revan yang terus memperhatikan sekretarisnya itu dan berharap masalah perjodohan yang direncanakan oleh kedua orang tuanya segera dapat digagalkannya.
Pandangan mata Revan tak luput dari perhatian Melani yang sesekali memergokinya, sedang menatap wajahnya. Namun, di saat dirinya melihat pria itu, Revan dengan cepat berhasil membuang jauh pandangannya, hingga membuat wanita itu tampak risih dengan segala sikap dari atasannya.
"Revan kenapa sih? Sejak tadi yang dilihatnya hanya aku dan bukannya layar monitor ini," protes Melani di dalam hatinya yang dengan cepat menepikan segala rasa penasarannya dan berusaha untuk fokus dengan materi meeting yang tengah dipersentasikannya di hadapan Revan, juga beberapa klien yang hadir di sana.
Setelah meeting berlangsung selama tiga puluh menit lamanya dan semua materi telah usai dipresentasikan, akhirnya meeting pun ditutup dengan tepuk tangan dari kedua klien dan beberapa staf lainnya yang berada di ruangan itu. Mereka merasa sangat kagum dengan persentasi yang dijabarkan oleh Melani. Terdengar sangat jelas dan juga di presentasikan oleh seorang wanita yang terlihat sangat cantik di kedua mata para klien.
🍂🍂🍂
Saat jam makan siang tiba, Melani memutuskan untuk menuju kantin yang terletak di lantai dasar gedung berlantai tujuh tersebut. Kebetulan saat itu perutnya sudah mulai terasa lapar, maklum saja saat berangkat tadi pagi Melani belum sempat menyantap makanan yang telah disediakan oleh sang ibu, dikarenakan dirinya takut terlambat untuk sampai ke kantor. Kini wanita cantik itu sedang merapikan meja kerjanya, agar terlihat rapi saat ditinggalkan.
Setelah selesai, Melani pun segera melangkah untuk keluar dari ruangannya. Namun, baru beberapa langkah dirinya keluar, tiba-tiba saja ia dikejutkan dengan kehadiran Revan yang sedang berdiri santai di depan pintu ruang kerjanya.
"Tuan. Kenapa Tuan ada di depan ruangan saya?" tanya Melani yang tak dapat menyembunyikan keterkejutannya saat ini.
Revan hanya tersenyum tipis menanggapi pertanyaan Melani, yang terdengar seperti melupakan sesuatu tentang pembasahan tadi pagi yang tertunda karena urusan meeting.
"Kenapa kamu terlihat kaget sekali? Saya datang kembali untuk membicarakan soal kontrak yang saya kirim semalam via email!"
Perkataan Revan sontak membuat wanita itu terkejut. Ia tak ingin sampai ada karyawan lain yang mendengar percakapan antara dirinya dengan Revan yang nantinya akan menimbulkan kesan buruk di mata karyawan lain. Terlebih percakapan mereka bukan menyangkut masalah pekerjaan dan lebih ke arah kepentingan pribadi.
Sadar bahwa semakin lama percakapan mereka berdua akan diketahui karyawan lainnya, Melani pun memberanikan diri untuk menarik tangan atasannya itu agar masuk ke dalam ruangannya. Setelah berhasil membawa Revan untuk masuk ke ruangannya, wanita itu dengan cepat kembali menutup pintu tersebut agar pembicaraan keduanya tak dapat terdengar sampai ke luar ruangan.
"Tuan, tolong kalau ingin membicarakan soal kontrak yang kamu tawarkan semalam, jangan di luar seperti tadi ya! Kalau sampai ada yang mendengarnya bagaimana?" pinta Melani diakhiri dengan sebuah pertanyaan yang penuh ketakutan.
"Kamu tenang saja, Mel, di lantai ini hanya ada tiga ruangan kerja. Ruang kerja saya, ruang kerja kamu dan ruang kerja Beni! Apa kamu lupa akan hal itu?" tanya Revan memastikan.
Melani tercekat karena melupakan hal yang seharusnya mudah untuk selalu diingatnya. Kini ingatannya yang sempat hilang, sekejap kembali ke dalam pikirannya.
"Bodoh, kenapa aku bisa melupakan itu sih! Mel... Mel... Kenapa kamu jadi terlihat bodoh di hadapan Revan sih!" Wanita itu tampak geram dan terus merutuki kebodohannya.
"Oh iya, maaf saya sempat melupakan itu. Masalah kontrak semalam saya setuju, Tuan. Bukankah saya memang tidak memiliki pilihan lain selain berkata iya, karena jika saya menolak Tuan akan memecat saya dari perusahaan ini secara tidak hormat dan itu akan membuat saya sulit untuk mencari pekerjaan di perusahaan lainnya." Melani pun menghela napasnya yang terasa berat, saat ia selesai mengatakan semua itu kepada Revan.
Revan pun kini mulai dapat tersenyum puas penuh kemenangan, setelah mendengar perkataan Melani yang terdengar sangat terburu-buru dan langsung berkata pada inti pembicaraan saja.
"Pilihan yang tepat, Mel. Kalau begitu, selesai jam kerja nanti, temui saya di mobil, saya akan menunggu kamu di sana!"
Kedua alis wanita itu pun saling bertaut dengan raut wajah penuh tanda tanya, akan kemana pria berwajah tampan itu mengajaknya pergi ke luar. Saat ini Melani langsung menanyakan apa yang memang ingin di tanyakan sejak tadi. "Kenapa harus di mobil? Apa tidak sebaiknya kita bertemu di area luar kantor saja, agar tidak ada yang melihat kita sedang berduaan, Tuan?" tanya Melani dengan ragu.
Revan menggelengkan kepalanya dengan tegas. "Ini adalah sebuah perintah yang tidak dapat ditawar dan kamu harus ingat satu hal! Saya paling tidak suka dibantah dengan alasan apapun, jadi lakukan pekerjaanmu sebaik mungkin selama menjadi pacar kontrak saya. Paham?!"
Melani menelan salivanya dengan kasar dan segera mengangguk patuh. "Paham, Tuan!"
"Bagus. Kalau begitu silakan lanjutkan niatmu semula yang hendak pergi makan siang! Sampai bertemu nanti sore!" titah Revan sebelum berlalu keluar dari ruangan Melani.
Setelah Revan sudah benar-benar pergi dari hadapan Melani, wanita itu tampak kesulitan mengatur napasnya sendiri dengan dada yang naik turun begitu cepat.
"Huft, kenapa sejak mendapat kontrak semalam aku malah sering gugup setiap berhadapan dengan Revan? Oh my God, tenang Mel, tenang!" gumam Melani yang sedang berusaha mengatur napasnya, kemudian menghirup napas panjang.
Melani masih terus bergelut dengan semua perasaan dalam hatinya yang terasa amat meresahkannya. Keresahan yang bahkan ia sendiri bingung bagaimana caranya, agar ia dapat menenangkan dirinya seperti biasa.
"Aduh, gimana bisa tenang coba? Orang di kontrak itu tertulis aku akan menjadi pacar sewaannya selama dua bulan. Itu berarti aku akan terus mengalami fase-fase seperti ini selama dua bulan ke depan dan menjadi lebih sering berhadapan dengan pria arogan itu. Ya Tuhan, tolong kuatkan hatiku ini." Melani berdoa sambil mengusap dadanya dengan perlahan, berusaha menghilangkan jantungnya yang berdebar dua kali lebih cepat dari biasanya.
🌸🌸🌸
Bersambung✍️
Berikan komentar kalian ya.
Terima kasih banyak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
ira
visualnya cakep🤭🤭
2024-08-22
0
Benazier Jasmine
visualnya keren thooor, cakep bgt👍👍👍💖💖
2022-11-28
0
Rianiastuti
visualny ak meleleh
2022-07-25
0