Bertatap Muka

Selamat membaca!

Setibanya di area Perusahaan Haditama, Alfian pun menghentikan laju mobilnya tepat di pelataran lobi. Setelah mobil berhenti, Melani bergegas keluar dari mobil dengan tergesa karena 10 menit lagi meeting akan segera dimulai. Wanita itu hampir saja terlambat karena kondisi lalu lintas yang begitu padat.

"Al, makasih ya sudah mengantar aku sampai di kantor," ucap wanita itu dengan mengembangkan seulas senyuman yang manis. Ia menatap wajah Alfian melalui kaca mobil yang telah dibuka oleh pria itu.

"Sama-sama, Mel. Maaf ya gara-gara bareng aku, kamu jadi telat," jawab Alfian seraya mengusap pelipisnya karena merasa bersalah.

"Enggak masalah kok. Ya, sudah aku masuk duluan, soalnya meeting pagi ini sebentar lagi akan dimulai." Melani pun berlalu pergi saat Alfian belum sempat berucap untuk mengajak wanita itu pulang bersamanya. 

"Oke, semangat ya, Mel!" ucap Alfian sembari menaikkan kedua alisnya, suaranya tentu saja tak terdengar oleh wanita itu yang sudah menghilang dari pandangannya. Alfian pun melajukan kembali mobilnya untuk menuju tempatnya bekerja yang kebetulan berada di seberang gedung Perusahaan Haditama.

Melani yang terburu-buru sempat beberapa kali menabrak karyawan lainnya, berulang kali ia mengucapkan kata maaf pada mereka. Kini wanita itu sudah tiba di lantai 7, ia pun kembali berjalan dengan tergesa-gesa menuju ruangannya, yang bersebelahan dengan ruang CEO tempat Revan bekerja.

Saat Melani masuk ke dalam ruangannya, tiba-tiba saja ia dikejutkan oleh kehadiran Revan yang ternyata sudah duduk di atas kursi kerjanya, dengan kedua kaki yang bertumpu di atas meja. 

Melani menelan salivanya dengan kasar, kepalanya menggeleng melihat kelakuan Revan yang masuk ruangannya tanpa izin. "Selamat pagi, Tuan. Ada angin apa Tuan Revan masuk ke ruangan saya?" tanya wanita itu dengan kedua alis yang saling bertaut.

Revan menyeringai penuh rencana, saat mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut Melani. Pria berdada bidang dengan tubuh yang tinggi itu, segera bangkit dari posisinya. Setelah berdiri sambil merapikan jas hitam yang dikenakannya, pria berwajah tampan itu mulai melangkah mendekat ke arah Melani yang hanya termangu menatap tingkahnya. Langkah kakinya kini tepat terhenti di hadapan wanita itu, jarak mereka begitu dekat hingga membuat Melani beringsut mundur beberapa langkah. Namun, ia tak bisa lagi memperlebar jaraknya, setelah tubuhnya tertahan oleh sebuah nakas yang berada di belakang tubuhnya.

"Kamu tahu kan, perusahaan ini milik saya, jadi saya bebas melakukan apapun sesuka hati saya, apalagi untuk masuk ke ruanganmu!" ucap Revan dengan suara baritonnya yang terdengar serak.

Melani pun menarik kedua sudut bibirnya dengan terpaksa agar menampilkan senyumannya di hadapan Revan. "Tuan memang benar, tidak seharusnya saya bertanya seperti itu. Maafkan saya atas ucapan saya yang lancang tadi, Tuan." Wanita itu membungkukkan setengah badannya sebagai tanda hormat kepada pemilik perusahaan tempatnya bekerja.

"Bagaimana tentang tawaran yang saya kirimkan melalui email-mu semalam?" tanya Revan yang sebenarnya sudah tahu jawaban Melani, jika wanita itu tidak akan berani menolaknya.

"Bukankah Tuan tidak memberikan pilihan pada saya, selain harus menerima kontrak itu?" Melani malah balik bertanya dengan perasaan kesal yang tertahan di dalam hatinya.

Revan hanya menanggapinya dengan tertawa kecil, lalu jemarinya mulai meraih dagu lancip Melani dan sedikit mengangkatnya agar kedua mata indah wanita itu menatap wajahnya. Selama beberapa saat, pandangan keduanya kini saling bertaut dalam.

"Revan ini sebenarnya sangat tampan, tapi entah kenapa aku tidak terpesona walau wajahnya setampan artis hollywood, karena aku tahu dia itu seorang bos yang sombong dan arogan, suka memerintah tanpa memberikan pilihan pada aku yang sudah merasakan bekerja dengannya selama enam bulan ini. Aku jadi heran kenapa wanita-wanita yang bekerja di sini pada klepek-klepek ya kalau lihat Revan melangkah melintasi mereka! Bodoh sekali sih mereka, memuja pria yang salah," batin Melani sambil berdecak kesal setiap kali menatap wajah Revan yang dingin.

"Maaf Tuan pagi ini kita ada meeting penting, sepertinya klien Tuan sudah menunggu kehadiran kita di ruangan meeting. Bolehkah kita membahas masalah kontrak semalam itu di lain waktu." Melani memberanikan diri untuk mengatakannya sebagai cara agar Revan tak membahas lebih jauh mengenai kontrak yang menurutnya terkesan sangat konyol, walau mungkin apa yang ditawarkan pada kontrak itu, pasti akan membuat siapapun tergiur dan enggan menolaknya.

Perkataan Melani membuat pria itu teringat dengan meeting pentingnya yang telah direncanakan dari seminggu yang lalu. 

"Ah iya, saya hampir melupakan meeting penting itu. Baiklah, kamu jalan duluan ke ruang meeting. Sekitar lima menit lagi saya akan menyusul!" titah Revan pada sekretarisnya itu.

"Baik, Tuan. Kalau begitu saya permisi dulu," ucap Melani dengan sigap.

Tanpa membuang waktu wanita itu langsung meletakkan tas di atas meja kerjanya. Setelah itu, ia mulai mengambil beberapa berkas yang berisi materi untuk meeting pagi ini. Selesai menyiapkan segala sesuatunya, Melani pun keluar dari ruangannya meninggalkan Revan yang masih terdiam hanya menatapnya.

Saat pintu ruangan tertutup kembali, Revan menghela napas berat. "Kenapa kalau semakin dilihat wajah Melani kelihatan sangat cantik sekali ya? Wangi parfumnya juga begitu manis, enak sekali untuk dicium. Ah, kenapa aku baru menyadari ini, setelah dia bekerja bersamaku selama 6 bulan ini?" Revan merutuki kebodohannya karena baru menyadari kecantikan Melani.

Namun, saat pikiran Revan semakin traveling jauh kemana-mana, dirinya tiba-tiba teringat akan sosok Jessika, wanita yang menjadi pujaan hatinya.

"Eh, aku ini berpikir apa sih? Tidak ada yang lebih cantik daripada Jessika! Hanya dia satu-satu wanita yang bisa membuatku mencintainya!" gumam pria itu menyadari kesalahannya karena telah memuji kecantikan wanita lain yang bukan kekasihnya.

Revan pun segera melangkahkan kakinya untuk keluar dari ruangan Melani dan melupakan semua hal yang sempat merasuk ke dalam pikirannya. Pria itu kini berjalan dengan santai menuju ruang meeting yang berada satu lantai dari tempatnya berada.

Entah mengapa, ada senyuman hangat yang terbit dan menghiasi wajah tampan Revan sepanjang langkahnya menuju sebuah lift yang terletak di sudut koridor.

🌸🌸🌸

Bersambung✍️

Follow instagram : ekapradita_87

Terpopuler

Comments

ira

ira

mulai terpesona ya kmu Revan🤭🤭

2024-08-22

0

Erfina yudi

Erfina yudi

Bikin revan jatuh hati beneran ya Thor

2021-12-20

3

Hesti Pramuni

Hesti Pramuni

mm.. salut thor.. tulisan yg bagus.

2021-12-11

0

lihat semua
Episodes
1 Tawaran Menggiurkan
2 Bimbang
3 Bertatap Muka
4 Berdebar
5 Canggung
6 Salah Tingkah
7 Permintaan
8 Merasa Geram
9 Terpaksa
10 Mabuk
11 Hancur Sudah
12 Jijik
13 Lumpuhkanlah Ingatanku
14 Kedatangan Revan
15 Demi Mama
16 Sandiwara
17 Perasaan Bersalah
18 Payah
19 Lunch
20 Pertemuan
21 Spesial Untuk Melani
22 Perasaan Tidak Enak
23 Cerita Novel
24 Kejutan Untuk Mama
25 Merasa Bahagia
26 Lamaran Sandiwara
27 Curiga
28 Sebuah Rencana
29 Janggal
30 Kecewa
31 Kesedihan Rangga
32 Keliling Kota
33 Berdamai Dengan Keadaan
34 Penyelamat
35 Mulai Akrab
36 Penyelidikan Rangga
37 Ragu
38 Nikah Kontrak
39 Keberangkatan ke Paris
40 Mulai Cinta
41 Tiba Di Hotel
42 Kejutan Untuk Jessika
43 Aktris Terbaik
44 Kedatangan Cleo
45 Siapa Lagi Yang datang?
46 Tak Bisa Mengelak
47 Sikap Yang Membingungkan
48 Ada Apa Dengan Revan?
49 Kesendirian Revan
50 Keputusan Melani
51 Kemarahan Revan
52 Tak Terduga
53 Tamparan Keras
54 Kebimbangan Revan
55 Hancur
56 Penuh Pertanyaan
57 Kehilangan
58 Kedatangan Revan
59 Menyimpan Rahasia
60 Tak Percaya
61 Kata Maaf Terucap
62 Jawaban Melani
63 Pertemuan Kembali
64 Berdamai Dengan Hati
65 Cerita Revan
66 Alasan Revan
67 Kejujuran Melani
68 Bahagia
69 Kejutan Untuk Melani
70 Mengharukan
71 Ancaman Dan Kebahagiaan
72 Janji Melani
73 Harapan Revan
74 Pernikahan
75 Berita Buruk
76 Merahasiakan
77 Kejujuran Revan
78 Tristan Geram
79 Perjalanan Pulang
80 Menyedihkan
81 Kekecewaan Melani
82 Pisah Ranjang
83 Percaya
84 Rangga Turun Tangan
85 Rambut Yang Lembab
86 Bertemu Jessika
87 Dilema Revan
88 Perubahan Jessika
89 Ancaman Rangga
90 Petunjuk
91 Terungkap
92 Sejenak Melupakan
93 Ternyata Dia
94 Pengakuan Marion
95 Bulan Madu Romantis
96 Women On Top
97 Momen Terindah
98 Awal Kesedihan
99 Salah Lihat
100 Ternyata Benar
101 Kabar Buruk
102 Mencoba Kuat
103 Penasaran
104 Penantian Berakhir
105 Rencana Tristan
106 Awal Kebahagiaan
107 Rindu Yang Bertemu
108 Ketahuan
109 Putus Asa
110 Inseminasi
111 Rencana Tristan
112 Marion Panik
113 Melarikan Diri
114 Harapan Tamara
115 Terungkap
116 Penyesalan
117 Tersadar
118 Kerinduan
119 Tersipu Malu
120 Pembalasan
121 Pelangi Setelah Hujan
122 Anugerah Terindah
Episodes

Updated 122 Episodes

1
Tawaran Menggiurkan
2
Bimbang
3
Bertatap Muka
4
Berdebar
5
Canggung
6
Salah Tingkah
7
Permintaan
8
Merasa Geram
9
Terpaksa
10
Mabuk
11
Hancur Sudah
12
Jijik
13
Lumpuhkanlah Ingatanku
14
Kedatangan Revan
15
Demi Mama
16
Sandiwara
17
Perasaan Bersalah
18
Payah
19
Lunch
20
Pertemuan
21
Spesial Untuk Melani
22
Perasaan Tidak Enak
23
Cerita Novel
24
Kejutan Untuk Mama
25
Merasa Bahagia
26
Lamaran Sandiwara
27
Curiga
28
Sebuah Rencana
29
Janggal
30
Kecewa
31
Kesedihan Rangga
32
Keliling Kota
33
Berdamai Dengan Keadaan
34
Penyelamat
35
Mulai Akrab
36
Penyelidikan Rangga
37
Ragu
38
Nikah Kontrak
39
Keberangkatan ke Paris
40
Mulai Cinta
41
Tiba Di Hotel
42
Kejutan Untuk Jessika
43
Aktris Terbaik
44
Kedatangan Cleo
45
Siapa Lagi Yang datang?
46
Tak Bisa Mengelak
47
Sikap Yang Membingungkan
48
Ada Apa Dengan Revan?
49
Kesendirian Revan
50
Keputusan Melani
51
Kemarahan Revan
52
Tak Terduga
53
Tamparan Keras
54
Kebimbangan Revan
55
Hancur
56
Penuh Pertanyaan
57
Kehilangan
58
Kedatangan Revan
59
Menyimpan Rahasia
60
Tak Percaya
61
Kata Maaf Terucap
62
Jawaban Melani
63
Pertemuan Kembali
64
Berdamai Dengan Hati
65
Cerita Revan
66
Alasan Revan
67
Kejujuran Melani
68
Bahagia
69
Kejutan Untuk Melani
70
Mengharukan
71
Ancaman Dan Kebahagiaan
72
Janji Melani
73
Harapan Revan
74
Pernikahan
75
Berita Buruk
76
Merahasiakan
77
Kejujuran Revan
78
Tristan Geram
79
Perjalanan Pulang
80
Menyedihkan
81
Kekecewaan Melani
82
Pisah Ranjang
83
Percaya
84
Rangga Turun Tangan
85
Rambut Yang Lembab
86
Bertemu Jessika
87
Dilema Revan
88
Perubahan Jessika
89
Ancaman Rangga
90
Petunjuk
91
Terungkap
92
Sejenak Melupakan
93
Ternyata Dia
94
Pengakuan Marion
95
Bulan Madu Romantis
96
Women On Top
97
Momen Terindah
98
Awal Kesedihan
99
Salah Lihat
100
Ternyata Benar
101
Kabar Buruk
102
Mencoba Kuat
103
Penasaran
104
Penantian Berakhir
105
Rencana Tristan
106
Awal Kebahagiaan
107
Rindu Yang Bertemu
108
Ketahuan
109
Putus Asa
110
Inseminasi
111
Rencana Tristan
112
Marion Panik
113
Melarikan Diri
114
Harapan Tamara
115
Terungkap
116
Penyesalan
117
Tersadar
118
Kerinduan
119
Tersipu Malu
120
Pembalasan
121
Pelangi Setelah Hujan
122
Anugerah Terindah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!