Keluarga pramudza, adalah salah satu keluarga terkaya di asia. dengan menempati Urutan ketiga di deretan peringkat kekayaan seasia bisa di bayangkan seberapa banyak harta dalam keluarga ini.
Namun beberapa bulan ini awan duka sedang menyelimuti keluarga ini, Maura menantu keluarga kaya ini sedang merasa terpuruk karena baru saja kehilangan janin yg di kandungnya.
" Sayang..... sampai kapan kamu akan meratapi semua ini? Sayang aku juga sangat kehilangan! Tapi hidup harus tetap berjalan kan? Ingat aku dan Raja juga masih membutuhkanmu! Apakah aku dan Raja sudah tak penting untukmu? " Rendy Putra satu-satunya keluarga Pramudza masih mencoba membujuk sang Istri.
Dua bulan yg lalu Maura mengalami keguguran karena terjatuh dari tangga, parahnya Rahimnya juga harus di angkat karena adanya komplikasi.
Kejadian itu sudah berlalu dua bulan yg lalu, Sudah banyak yg dilakukan oleh Rendy demi bisa membuat sang istri kembali tersenyum. namun Maura masih merasa terpuruk sampai saat ini.
Maura menatap wajah suaminya, airmatanya kembali meluruh. Rasa bersalah kembali tertanam di benaknya.
" Maaf....Maafkan aku, mas. " Hanya kata itu yg mampu terucap di bibirnya. karena setelahnya ia hanya akan selalu menangis di pelukan sang suami.
🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼
Pagi baru menjelang, tapi Rendy sudah berkutat di ruang kerjanya.
Rendy menyandarkan kepalanya di kursi kerjanya. Sembari memijat keningnya yg terasa nyeri, sikap Maura beberapa bulan belakangan ini membuat otaknya harus bekerja extra. Bahkan sudah dua bulan ini ia melakukan pekerjaannya di rumah.
" Pi, Mami Udah bisa nganterin aku gak hari ini? " Pertanyaan sang putra membuatnya menoleh.
" Raja berangkat sama supir dulu ya, sayang! Mami masih sakit, jadi belum bisa nganterin Raja." Jawabnya lembut. Mambuat sang putra mengangguk.
"Ya udah, kalau gitu aku berangkat dulu ya, Pi. Assalamualaikum." Ucap Raja, sembari mencium tangan ayahnya.
" Kamu gak sarapan dulu, Nak?" Tanyanya.p
" Udah kok, Pi. Tadi sama nenek." Teriak Raja sambil berlari meninggalkan ruang kerja Papinya.
" Nenek? Mama kesini? " Ucapnya lirih.
Segera ia bergegas keluar dari ruang kerjanya, untuk menemui Ibunya.
" Mama gak bilang kalau mau kesini? " Tanyanya begitu sampai di ruang keluarga rumahnya, tempat sang Mama tengah berada.
" Apa sekarang, kami harus membuat janji dulu, bila ingin datang kerumahmu, Rendy?"
Sang papa yg menjawab, Rendy tak menyangka jika Papanya juga berada disini.
" Bukan begitu, Pa! Kalau Mama bilang kan Rendy bisa jemput." Ujarnya.
" Sudah, Pa. Anakmu ini sudah pusing oleh pekerjaan dan juga keadaan istrinya, jangan kamu tambahin lagi." Bela Mama. " Bagaiman keadaan istrimu sekarang, Ren? " Tanyanya kemudian.
" Masih sama, Ma! Maura masih terpuruk karena kehilangan calon anak kedua kami, ditambah lagi dengan rahimnya yg harus diangkat membuatnya tak bisa lagi berharap untuk memiliki anak." Keluh Rendy.
" Wajar kalau dia masih berduka, dia seorang wanita, apalagi janin itu sudah dinantikannya bertahun-tahun. Kamu yg sabar ya." Petuah sang ibu hanya dibalas anggukan sebagai jawaban.
" Wajar apanya, Ma.? Kelakuan Maura itu sudah keterlaluan, kamu lihat! Raja sampai tak terurus seperti itu, boleh saja dia berduka tapi harusnya tidak berlarut-larut seperti ini sampai anak dan suami di abaikan." Gerutu Papanya.
" Kita gak bisa selami hati orang,Pa. Kita tak tau seberapa dalam luka hati yg dialami Maura." Ujar sang Mama membela.
Dan Rendy, ia hanya diam rasanya ia sudah terlalu lelah untuk sekedar berdebat dengan Papanya. " Rendy mau lihat Maura dulu Pa." Ujarnya sembari meninggalkan kedua orangtuanya.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Rendy membuka pintu perlahan, ia takut istrinya masih terlelap dan terganggu olehnya.
Rendy masuk kedalam kamarnya namun Maura sudah tak ada di tempat tidurnya.
Ia melangkah mencari sang istri, baru saja langkahnya menuju kamar mandi, langkahnya terhenti saat melihat sang istri berdiri di balkon kamarnya.
Rendy berjalan menuju balkon menghampiri istrinya lalu memeluknya dari belakang, membuat sang istri memekik.
" Untuk pertama kalinya, aku merasa senang kamu meninggalkan tempat tidur." Bisiknya di telinga Maura yg membuat istrinya itu meremang.
" Maafkan aku ya, Mas. Gak seharusnya aku terus meratapi kepergian anak kita." Ucap Maura. " Papa benar! Aku keterlaluan, tak seharusnya aku terpuruk hingga mengabaikan kalian." Akunya.
" Kamu mendengar percakapan kami? " Tanya Rendy, ia membalikkan tubuh Maura hingga kini mereka saling berhadapan.
Maura mengangguk, " Aku terlarut dengan dukaku tanpa menyadari kalau sikapku juga menyakiti kalian, Maafkan aku, Mas." Ucap nya lagi.
Rendy membawa istrinya dalam dekapannya,
" Berhentilah minta maaf sayang. Aku mengerti tentu tak mudah bagimu, kau yg mengandung anak itu, tentu sulit untukmu merelakannya."
" Tapi aku janji, mulai sekarang aku akan berusaha ikhlas, Mas. " Ujar Maura lagi.
Rendy menggangguki tekad sang istri, ia rengkuh kembali tubuh istrinya itu. Mengecup bibir Maura lembut, kemudian **********.Menyalurkan kerinduan yg selama ini terpendam, Maura mengalungkan tangannya secara reflek saat merasakan ******* lembut sang suami. kedua insan itu terlarut dalam ciuman rindu.
🌺🌺🌺🌺🌺
Tiga bulan berlalu sejak pagi itu, kini Maura sudah sepenuhnya pulih, dan juga mengiklaskan kepergian anaknya.
Sudah seminggu ini Rendy mengajak Maura dan Raja, Putra semata wayang mereka berlibur ke rumah saudaranya di kota Bandung. Saat ini mereka tengah dalam perjalanan pulang.
Suara kumandang Adzan maghrib yg menggema membuat mereka menepikan mobil yg mereka kendarai ke sebuah halaman mesjid.
Selepas melaksanakan sholat, mereka bermaksud rehat sejenak. Namun suara berisik dari luar mesjid membuat mereka beranjak untuk melihat apa yg terjadi.
" Maaf, Ada apa ya pak. kok pada berkumpul di situ." Tanya Maura, pada seorang warga.
" Itu, Bu. Ada yg buang bayi di teras mesjid." Jawab warga itu.
" Hah!! buang bayi? " Tanya Rendy
memastikan, Warga itu mengangguk.
" Sepertinya saat semua sedang sholat tadi di buangnya." Timpal warga itu lagi.
" Mas, gimana kalau kita melihat bayi itu? Aku penasaran Mas." Pinta Maura.
Rendy menyetujuinya, mereka bergegas melihat bayi yg sedang menangis itu, Tak ada satupun warga yg bisa menghentikan tangis bayi itu. Namun saat Maura menggendongnya, dan mendekapnya bayi itu diam seketika, tangisnya berhenti seorang ibu memberikan botol susu pada Maura yg kemudian ia berikan pada bayi itu.
Bayi itu meminum susu nya hingga tandas dan tertidur pulas di pangkuan Maura.
" Wah.. Padahal tadi sudah di kasih susunya, tapi bayinya malah nangis keras gak mau nyusu. eh di gendong sama neng geulis ini malah lahap sampai pulas." Ujar si ibu pemberi susu itu.
" Iya ya, Ceu. dari tadi udah digilir di gendong tetep aja nangis, eh giliran di gendong sama yg cantik langsung diam." Ujar warga lainnya.
"Iya, itu bayi tau aja ya sama wanita cantik." Celetuk yg lain.
Maura hanya menanggapi semua gurauan warga itu dengan senyuman, ia menatap wajah bayi polos itu, Bagaimana bisa seseorang dengan tega membuang bayi yg secantik ini? Bahkan tali pusarnya saja belum terlepas .Pikirnya.
" Mami, aku mau lihat dede bayinya!" Ujar Raja, Maura berjongkok memperlihatkan bayi itu pada sang putra.
Raja sangat antusias, ia menciumi bayi mungil itu, mengelus lembut tangan si bayi.
Ia memekik senang saat bayi itu menggenggam jarinya, ia lalu mendongak menatap Mami dan Papi nya bergantian.
" Mi, Pi. Dede bayinya kita bawa pulang ya!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
᪙ͤæ⃝᷍𝖒ᵗᵃʳⁱ♡⃝𝕬𝖋🦄❁︎⃞⃟ʂᶬ⃝𝔣🌺
Awal cerita yg terhura😭😭😭
2021-09-23
1
A3
aku mampir kak, Maura baru kehilangan bayinya😭
2021-09-14
1
Merlani Hidayat
awal yg seru
2021-08-01
1