"By... Bangun sayang." Ucap Ibu padaku.
"Bu, udah selesai pemakaman nya? "
"Udah By, terus gimana sama tenda dan lainnya? Besok pasti banyak tamu datang. "
"Ngga papa Bu, biarkan mereka datang. Pajang aja foto Rubby sama Abang diluar. Nanti masakan yang berlebih tolong antar ke panti asuhan, sama dibagiin ke kaum duafa ya Bu. Atas nama Abang, lalu ajak merek Ta'ziah nanti sore sama malam. " Pinta ku.
"By ngga papa kan? " Tanya Ibu lagi.
"By ngga papa. Kalau By terlalu sedih, Abang juga ngga akan tenang kan?" Ucapku.
"Iya sayang... Yang sabar ya, Allah telah mempersiap kan jodoh yang lebih baik buatmu. " Ucap Ibu.
"Bu... Uang mahar dari Abang, tolong belikan kalung ya Bu, By mau tarok cincin Abang dikalung itu nanti. "
"Iya sayang... Sekarang By istirahat dulu ya Nak." Pesan Ibu padaku.
Aku tahu, Ibu sangat mengerti tentang keadaanku saat ini. Tapi Ibu pun tetap berusaha tenang, agar aku tak kembali terpukul, mengingat kepergian Abang.
Sorenya, kami mengadakan Ta'ziah bersama para Ibu-ibu pengajian dikampung kami. Yang sebenarnya hari ini juga akan dilaksanakan pengajian untuk menyelamati pernikahan ku esok hari. Tapi, kenyataan nya berbeda.
Saat pengajian, Ibu melarangku keluar dari kamar. Tapi, aku bersikeras untuk ikut pengajian.
"Ngga papa Bu, By malah bosan dikurung dikamar. Malah yang kelihatan foto Abang semua disana. " Ucap ku.
"Yaudah... tapi kali capek By istirahat lagi ya."
"Iya Bu... " Ucap ku dengan senyum.
"By... By ngga papa ikut pengajian? " Tanya Bu RT.
"Ngga papa Bu. By duduk disamping Ibu ya." Pinta ku.
"Iya sayang." Jawab Bu RT.
Pengajian berjalan lancar, mereka pamit pulang.
Malam nya, rombongan pengajian Bapak-bapak bergantian datang dan melakukan Ta'ziah.
"Bagaimana rencana besok Pak Anton? " Tanya Pak RT pada Bapak.
"Kalau kata Rubby, besok pajang saja foto prewednya dengan Bagas. Kalau ada tamu undangan datang, persilahkan aja masuk, dan makan."
"Bagaimana jika mereka menanyakan tentang pengantinnya? "
"Jawab aja seadanya. " Balas Bapak.
.
.
.
Keesokan hari nya.
Seperti yang sudah diperkirakan, para tamu undangan, yang tak mengetahui kabar meninggal nya Bang Bagas, satu persatu datang membawa kado.
Namun, ucapan selamat dari mereka yang seharus nya mereka berikan dengan senyum bahagia, justru berubah menjadi tangisan pilu, mengenai nasib malangku.
"Ya Allah By... Maaf aku ngga tahu, kenapa ngga ada yang kabarin? "
"Maaf... Kami benar-benar kacau kemarin." Jawabku.
"Iya By. Turut berduka cita ya, ngga papa kan kado ini tetep aku kasih? "
"Iya ngga papa, makasih ya. " Ucapku lagi.
Setelah beberapa dari mereka pulang, dan tak ada lagi tamu. Bapak memanggil petugas tenda untuk membongkar sebagian dari yang dipasang.
Semua terasa terang benderang. Aku bisa menatap langit biru yang indah. Ku hembus kan nafas panjang, menandakan aku benar-benar sudah mengikhlaska semuanya.
"Apa rencana By selanjutnya? " Tanya Ibu dan Bapak.
"Ngga ada rencana apa-apa. Jalani aja seperti biasanya. Kan By juga belum jadi nikah, jadi ngga punya masa Iddah. " Jawabku.
"Apapun itu, Bapak dan Ibu hanya bisa mendukung, jika menurut kamu itu yang terbaik. "
Beberapa hari berselang, aku masih tetap seperti hari yang lalu. Sedih, diam, namun berusaha ku sembunyi kan.
Aku mulai masuk untuk bekerja, dan melakukan aktifitas seperti biasanya untuk mengalihkan semua kesedihan yang aku rasakan.
Para teman, dan staf lain terus menemani, mencoba menghiburku dan tak membiarkan aku melamun selama bekerja. Mereka mencoba apa saja yang bisa membuatku tertawa dan lupa akan sedih ku. Namun, itu seperti sia-sia.
Setiap pulang dinas, aku mampir ke sebuah danau. Disana adalah tempat pavorit ku dan Bang Bagas saat itu. Aku duduk termenung dipinggiran sambil mengenang masa-masa indah ku bersama nya.
"By.... Kenapa disini? " Tanya Bu Indah, seorang petani, yang biasa ulu kilir melawati danau ini saat hendak ke sawah.
"Ngga papa Bu, capek pulang dinas jadi, istirahat sebentar. " Jawabku.
"By jangan lama-lama di danau, nanti By ngelamun. " Balas Bu Indah.
"Ya Bu, ini By juga mau pulang kok. Barengan Bu? " Tawarku pada Bu Indah.
Aku memboncengkan Bu Indah dengan motor ku dan menghampirkan nya kerumahnya.
"Makasih banyak ya By, By langsung pulang aja, jangan kemana-mana lagi. " Pesan Bu indah padaku.
"Iya Bu. " Jawabku singkat.
Aku kembali menyetir motorku untuk berjalan pulang. Namun, seorang Pria bernama Ramlan datang dan menghadang ku.
"Hay By... Udah pulang. " Tanya Ramlan.
"Iya Bang... Ini udah selesai dinas nya, kenapa Bang? " Tanya ku mencoba ramah.
Bang Ramlan adalah anak Pak lurah, Anak semata wayang lebih tepatnya. Seluruh desa tahu, jika dari jaman ku SMA, Bang Ramlan sudah menyukai ku, bahkan rela gonta ganti kampus untuk kuliah bersama ku.
Bang Ramlan sempat begitu marah, saat Ia tahu aku akan bersama Bang Bagas waktu itu. Namun, seiring berjalan nya waktu, Bang ramlan mengikhlaskan hubungan kami.
"By masih sedih kehilangan Bagas? " Tanya nya.
"Jagan ditanya lagi Bang, Bang bagas meninggal beberapa hari sebelum akad, menyisakan trauma berat dalam kehidupan By sekarang. "
"Tapi, kalian belum jadi menikah. Jadi tidak ada hambatan untuk kamu, membuka hati pada Pria lain By. "
"Maksud Abang? "
"Abang masih menunggu kamu By. Kamu fikir, apa alasan Abang mamilih tetap sendiri hingga sekarang? "
"Bang... Mohon mengerti perasaan By saat ini. By masih Trauma. "
"By... Tidak ada alasan lagi kamu menolak ku By. " Ucap Bang Ramlan dengan menggenggam pergelangan tangan ku.
"Bang! Jangan paksa Rubby. " Bentak ku sambil melepaskan tangan nya.
Aku segara memacu motorku lagi, dan pergi meninggalkan Bang Ramlan sendiri dalam keadaan marah
Sampai dirumah, Bapak dan Ibu ternyata menunggu ku dengan wajah panik.
"Assalamu'alaikum." Ucapku.
"Wa'alaikum salam. By, ya Allah By dari mana saja. Panik Ibu nunggu By."
"Ibu kenapa? "
"Ada seseorang lihat By dipinggir danau, melamun sendirian. Ibu takut sekali saat menerima laporan itu. " Sahut Bapak.
"Ya Allah Bu... By ngga akan berbuat itu, By masih ingat dosa. Ngga akan By berani menambah dosa Untuk Abang dnegan dalih ingin menyusulnya ke surga. Malah neraka yang By dapet nanti." Jawabku.
"Ibu hanya khawatir Nak. " Jawab Ibu lagi, dengan mengelus dada.
Saat kami sedang berbicara, Bu lurah tiba-tiba datang dengan wajah marah nya, ditemani salah seorang asisten nya.
"Hey Rubby....! Perempuan bawa sial kamu ya. Bisa -bisanya kamu nolak Ramlan, sok banget kamu. Lihat itu! Ramlan kecelakaan gara-gara mau ngejar kamu! Keterlaluan kamu. " Ucap Bu Lurah dengan Nada tinggi, yang hampir memecah kan gendang telinga ku saat itu..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
Shautul Islah
ee bu lurahnya minta di sekolahin lagi itu kayaknya
2022-09-09
0
Jasmine
apa hubungannya dgn by lah wong anakmu sengklek yg cilaka dasar bu lurah tak ada akhlaknya...beggghhh
2022-06-21
0
Rini Budiyati
waduh orang tua tak punya perasaan
2022-06-16
0