Hujan

Budayakan like, komen, dan, vote sebelum membaca!!!

Hujan turun dengan derasnya sore ini, ketika seluruh murid tengah bersiap untuk pulang. Sudah banyak murid yang berdiri di teras depan kelas masing-masing menunggu hujan reda, akan tetapi hujan semakin lama semakin deras saja membuat mereka yang berniat memaksa pulang terpaksa urung.

Tak jauh berbeda dengan gadis cantik yang kini berdiri sambil memeluk tubuhnya sendiri, merasa kedinginan. Embusan napas kasar terdengar berulang-ulang dari hidungnya. Jujur Iva tidak menyukai hujan, karena hujan itu selalu mengingatkan pada seseorang yang pernah singgah di hatinya.

Kilasan ingatan itu kembali menguat seiring derasnya air yang jatuh dari langit. Ia menengadahkan wajahnya, menghalau sesuatu yang mulai terasa hangat menyelimuti kedua bola mata indahnya.

Perlahan tangannya meraba dada sebelah kiri, kemudian meremasnya kuat. Sesak kembali terasa, bahkan kian nyata tatkala kilat mulai menyambar beberapa kali. Jeritan para murid perempuan di dekatnya sama sekali tidak mengalihkan atensinya.

Iva merentangkan tangannya, membiarkan tas punggungnya jatuh ke lantai. Ia mulai berjalan masih dengan kepala menengadah dan kedua mata terpejam, kakinya sudah turun dari teras lalu membawanya ke lapangan yang sama sekali tidak terhalang atap.

"Miko."

Bibirnya terus menggumamkan satu nama yang masih terukir nyata di hatinya, walaupun Iva tidak yakin jika ia masih mencintai orang itu. Karena sudah terlalu lama dia tidak lagi merasakan rasa sesak seperti ini, sejak ia masuk SMA. Mungkin karena kesibukannya di SMA atau mungkin kenangan itu perlahan mulai menguap seiring berjalannya waktu.

Terdengar kasak-kusuk dari teras sekolah, hampir seluruh murid menyaksikan apa yang dilakukan Iva. Mereka tidak ada yang berani menerobos hujan sebagaimana yang gadis itu lakukan. Mereka akhirnya membiarkan Iva kehujanan, walau mereka tahu sepertinya gadis itu tidak sedang baik-baik saja.

"Kenapa sih, rame banget?" Andra menggeser paksa deretan murid yang asik menyaksikan Iva.

"Dia, cewek IPS 2, kan," ucap Ardhan tak kalah herannya dengan Andra.

Mata si kembar itu kini menajam saat melihat pemandangan di depannya. Mereka berbalik dan melihat Taksa yang ikut memandang apa yang mereka berdua lihat. Pemuda itu terdengar berdecak, walau sama sekali tidak terlihat ekspresi dari wajahnya. kedua tangan yang berada di dalam saku jaket mengepal perlahan.

"Kamu nggak nyuruh dia hujan-hujanan, kan, Sa?" tanya Adit si bendahara OSIS yang menatap tajam Taksa dengan berbagai prasangka.

Ian mengangguk menyetujui tuduhan yang dilayangkan Adit pada si KeTos barusan. Mereka semua sama-sama tahu bagaimana kejamnya Taksa terhadap gadis itu, walau tidak ada yang tahu apa motif di balik sikap kejamnya Taksa terhadap Iva.

"Saya tidak sekejam itu." Taksa mendelik pada ke empat temannya yang berada di kanan dan kirinya.

Mereka berempat tidak ada yang menyahut, tatapannya kembali terfokus pada gadis yang kini sudah berubah posisi menjadi duduk. Kepala gadis itu menunduk, punggungnya terlihat bergetar hebat.

"Sa, samperin gi ... " Ian tidak melanjutkan ucapannya karena pemuda yang dimaksud sudah tidak ada di tempatnya.

"Lah, tuh orang kemana?" lanjut Ian, yang dijawab gelengan oleh ketiga temannya yang lain. Namun, tiba-tiba Ardhan menyenggol Andra dan menunjuk ke tengah lapang.

Hujan deras disertai petir itu tidak membuat dirinya merasakan dingin atau takut tersambar. Seperti yang tidak sadar akan dunia sekelilingnya, Iva, semakin terisak di sana.

"Mau sampai kapan di situ?"

Tangisnya perlahan mereda, saat ia mendengar suara berat seseorang dan air hujan yang tak lagi menyentuh kulitnya. Ia mendongak dan mendapati wajah datar Taksa di sana yang sedang menatapnya, dengan sebelah tangan memegang gagang payung melindungi tubuh gadis itu dan membiarkan dirinya sendiri kehujanan.

"Miko."

Sekali lagi Iva menggumamkan nama itu, entah kenapa wajah itu kini malah terpampang nyata di depannya. Iva segera bangkit dan menatap sendu wajah Taksa, matanya memancarkan kerinduan yang begitu nyata.

"Saya Taksa, bukan Miko." Taksa menepis tangan Iva yang menyentuh pipinya.

Gadis itu menggeleng kuat, "kenapa? kenapa kamu tega ninggalin aku, Miko?" Iva memukul dada Taksa beberapa kali dan Taksa hanya menatap seraya membiarkan tangan itu terus memukulinya.

Setelah mengucapkan itu, tiba-tiba saja tubuh Iva ambruk jatuh menubruk dada bidang Taksa. Pemuda itu sampai terdorong beberapa langkah ke belakang karena tidak siap menerima tubuh Iva. Namun, Taksa berhasil menguasai diri, dia dengan cekatan segera menggendong Iva yang mungil dalam sekali angkat dan membawanya ke tempat yang lebih aman.

Terpopuler

Comments

Etik Widarwati Dtt Wtda

Etik Widarwati Dtt Wtda

miko masalslunya

2022-10-14

0

Suzieqaisara Nazarudin

Suzieqaisara Nazarudin

Apa Miko dan Taksa orang yg sama,atau kembarannya..

2022-09-17

0

genduk

genduk

hmmmm

2021-08-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!