Kotak bekal

Iva kembali ke dalam kelas saat jam pelajaran sudah akan kembali di mulai. Bajunya basah dan ia tidak sempat mampir ke koperasi untuk membeli pakaian ganti, bahkan ia benar-benar tidak sempat makan.

"Va, baju kamu kok basah sih?" tanya Sela ketika Iva duduk di sampingnya.

"Gara-gara si es batu yang rese nih," jawab Iva, ia melonggarkan sedikit bajunya yang menempel di kulit, sedikit memperlihatkan lekuk tubuhnya.

Sela menatap heran pada sahabatnya itu, kenapa dia tidak pernah akur dengan si ketua OSIS itu. Tidak berapa lama guru masuk menghentikan obrolan kedua sahabat itu.

Tanpa menghiraukan tatapan teman-teman sekelasnya, Iva bersiap memulai pelajaran. Beberapa kali perutnya berbunyi, mungkin cacing di dalam sana tengah berdemo meminta jatah makan.

Gadis itu hanya bisa mengusap perutnya beberapa kali, lapar. Namun, saat ia merogoh buku di dalam tas, tangannya menyentuh sesuatu. Dengan kening berkerut Iva menarik keluar benda itu.

"Kotak bekal," gumamnya.

Ia mencondongkan tubuhnya mendekati Sela yang sedang menulis sesuatu di bukunya.

"Ini punya kamu?" bisik Iva, ia mengangkat sedikit kotak berwarna biru itu ke atas dan langsung dijawab gelengan oleh Sela.

"Kamu, kan, tahu, aku tidak pernah bawa bekal. Bunda kamu kali yang masukin."

"Nggak mungkin, orang tadi pagi aku langsung berangkat. Kapan Bunda masukin ini?"

"Udah makan aja, mungkin ada orang baik yang ngasih itu. Pasti dia tahu kalau kamu lagi kelaparan."

Iva tidak lagi mempertanyakan dari mana asal kotak makan itu. Namun, dalam hati ia masih bertanya-tanya dari mana asal kotak berisi nasi goreng tersebut.

Perlahan tangannya membuka kotak itu dan keningnya semakin berkerut dalam. Saat sebuah kertas kecil jatuh dari penutupnya.

"Sori"

Hanya itu yang tertulis di kertas itu, tidak ada petunjuk siapa yang mengirim kotak serta pesan tersebut. Iva berpamitan pada Bu Indah, untuk ke toilet padahal ia hanya ingin memakan nasi goreng tersebut di belakang sekolah. Tidak perduli lagi siapa yang memberikannya itu, yang jelas perutnya sangat membutuhkan nutrisi saat ini.

~

"Kamu tadi makan nasi goreng itu?"

Iva mengangkat kedua bahunya acuh, terserahlah siapa pemilik nasi itu yang penting perutnya kenyang sekarang.

Mereka kini sedang berjalan berdampingan menuju tempat parkir. Iva memang jarang membawa kendaraan pribadi seperti Sela. Ia yang malas menyetir dan akhirnya sering meminta sopir mengantar jemputnya.

Di parkiran, kedua perempuan itu berpapasan dengan kelima lelaki anggota OSIS. Iva memilih berpura-pura tidak melihat si wajah es, yang tengah menatapnya datar.

"Ckk." Taksa berdecak, ketika melihat lekuk tubuh Iva, karena baju gadis itu yang masih basah.

Pemuda itu tiba-tiba membuka jaketnya dan memasangkan di tubuh gadis itu. Seketika Iva mengangkat wajahnya dengan terkejut, saat jaket itu tersampir nyata di punggungnya.

Bukan hanya Iva yang terkejut tetapi Sela juga ke empat teman Taksa tak kalah terkejut melihat perlakuan lelaki yang paling anti perempuan itu.

Pemuda berusia 17 tahun itu memiliki wajah tampan sempurna, layaknya idola kaum hawa yang menjadi anggota boyband dari Negeri Gingseng. Tubuh tinggi atletis 165 cm, berat badan ideal 65 kg, serta kulitnya yang putih seperti kulit perempuan.

Pemuda itu sangat diidolakan di sekolahnya saat ini, bahkan diantara most wanted kelima anggota OSIS. Dirinyalah yang paling banyak mempunyai fans. Namun, Taksa tetaplah Taksa, yang cuek dan datar. Ia tidak pernah tertarik untuk memiliki pacar atau sekedar dekat dengan seorang gadis.

"Ikut saya!" Taksa menarik tangan Iva yang masih terpaku karena terkejut.

Mereka berdua mereka meninggalkan teman-temannya yang masih melongo tidak percaya dengan apa yang dilakukan Taksa pada Iva barusan.

Ternyata Taksa membawa Iva menuju mobilnya, dia membuka pintu mobil dan menyuruh perempuan yang setengah sadar itu duduk di sana.

Taksa tersenyum tipis, sangat tipis bahkan siapapun yang melihatnya tidak akan sadar bahwa dia tersenyum. Pemuda itu menggeleng pelan saat melihat wajah bodoh Iva, gadis yang kini sudah duduk di sampingnya.

Taksa mendekatkan wajahnya pada Iva, napasnya bahkan sangat terasa menyapu wajah gadis itu. Membuat gadis itu refleks memejamkan matanya saat wajah Taksa yang semakin dekat, bahkan bibir mereka semakin terpangkas jarak hingga menyisakan beberapa centi.

Bibir Taksa kembali tersenyum, tetapi masih sangat tipis. Tangannya terulur mengambil seatbelt di samping Iva dan...

Kliiikkk

Iva tersadar saat, ia membuka matanya saat sebuah sabuk pengaman telah terpasang melingkar di dadanya. Bersamaan dengan tubuh pemuda itu yang menjauh darinya dan mobil yang mulai melaju perlahan meninggalkan area parkir sekolah.

"Astagfirullah." Iva memalingkan wajahnya yang sudah terasa panas.

Apa yang ada dipikirannya tadi? Kenapa ia berpikir jika Taksa akan ... ? Ah, dia sangat malu. Iva memukul pelan kepalanya, dalam hati dia terus menyunpahi kebodohannya.

Terpopuler

Comments

Etik Widarwati Dtt Wtda

Etik Widarwati Dtt Wtda

wooowwwww

2022-10-14

0

Suzieqaisara Nazarudin

Suzieqaisara Nazarudin

Apa Taksa udah tau kalo Iva itu jodohnya...🤔🤔😅

2022-09-17

0

bagus kak dialognya ngena di hati

2022-05-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!