Januari 2011
Hari itu tepat di hari Jumat sekitar jam 4 sore. Bel pun berbunyi, menandakan waktu sekolah telah berakhir bagi siswa-siswi kelas 3 yang baru selesai kelas penambahan materi persiapan Ujian Nasional. Kiana membuka pesan di HP nya. Ada 2 pesan dari Julian yang belum dibaca.
"Han, besok kamu ada acara kemana?" Isi pesan pertama Julian.
"Kalau gak ada acara, kita jalan yuk. Mau gak?" isi pesan selanjutnya.
Kiana membalas, "Gak ada acara sih, memang mau jalan kemana?"
"Ke Taman Mini mau gak?" Julian melanjutkan.
"Boleh, kebetulan aku baru sekali kesana, itu pun pas kelas 3 SD." Jawab Kiana.
"Yaudah besok pagi aku jemput ya sekitar jam 9 pagi." Balas Julian.
"Iya, jemputnya di depan gang dekat masjid saja ya. Jangan ke rumah." Kiana membalas.
"Loh, memang kenapa?" tanya Julian.
"Aku gamau mamaku tau, bisa habis aku dimarahinya." Kiana berusaha menjelaskan.
"Oke kalau gitu, besok jam 9 ya. Nanti aku kabari kalau sudah berangkat." kata Julian
"Iya. Aku otw pulang dulu ya." Kiana mengakhiri pembicaraan pada pesan singkatnya.
Keesokan harinya
Pukul 8 Pagi, Julian mengirimkan pesan kepada Kiana yang berisikan kalau ia segera berangkat menuju rumah Kiana. Dia harus menempuh jarak yang tak dekat dan butuh waktu sekitar 1 jam perjalanan lamanya.
Sekitar jam 9 kurang, dengan menggunakan motor mio hijaunya, Julian sudah tiba dan menunggu Kiana di depan gang rumahnya. Mereka menjalani hubungan secara diam-diam atau disebut juga backstreet. Kiana tidak ingin Ibunya tahu kalau dirinya menjalin kasih dengan Julian.
"Udah lama nunggu ya?" Kiana menyapa.
"Engga kok, aku baru dateng. Ini helm kamu." Julian memasangkan helm untuk Kiana.
"Kamu gak pake masker? perjalanan kita jauh loh. kaos kaki kamu mana, sarung tangan juga ga bawa?" Julian menambahkan.
"Aku biasa naik motor kaya gini kok." sahut Kiana.
"Yaudah cepet kamu naik, kita berangkat." Julian menjawab.
Mereka pun berangkat. Baru menempuh jarak sekitar 1 kilometer, Julian pun menepikan motornya di sebuah toko perlengkapan berkendara.
"loh kok berhenti disini? kenapa?" Kiana heran.
"Aku mau beliin masker, sarung tangan sama kaos kaki buat kamu. Aku gak rela bidadari aku kena panas matahari." Julian menjelaskan.
"Ya ampun gak usah repot-repot." Kiana merasa tidak enak.
Sebelum berangkat kembali, Julian memasangkan masker dan sarung tangan untuk Kiana. Kiana pun memasang kaos kaki sesuai keinginan Julian.
Dalam perjalanan menuju Taman Mini Indonesia Indah, Julian mencoba meraih tangan Kiana yang memegang bagian samping jaket motornya dan berkata "tangan kamu taruh di depan sini ya dua-duanya, pegangan sama aku dan peluk aku biar gak jatuh." Julian mencoba meraih tangan Kiana yang satunya dan melekatkan kedua tangan Kiana di depan badannya.
Kiana pun memeluk Julian, ia merasa aneh. Memeluk Julian membuat ia merasa hangat dan nyaman, baru pertama kali Kiana merasakan hal seperti ini.
Setelah kurang lebih menghabiskan waktu 1 jam perjalanan, akhirnya mereka sampai di Taman Mini Indonesia Indah. Kiana sangat senang karena bisa berkunjung kesana, suasananya teduh dan banyak hal yang bisa dilihat oleh Kiana.
Penghentian utama mereka mengunjungi anjungan adat daerah Bali. Mereka berfoto mesra berdua, mengabadikan momen kencan pertama. Selanjutnya, Julian mengajak untuk mengunjungi anjungan adat daerah Sumatera Utara, yang merupakan kampung halamannya. Mereka melihat-lihat segala macam kebudayaan yang berasal dari sana, mulai dari baju adat sampai dengan peralatan dan senjata tradisional.
Selanjutnya mereka mengunjungi anjungan adat daerah Sumatera Barat yang berada disebelahnya, yang merupakan kampung halaman Ayahanda Kiana. Di anjungan ini, Kiana sangat kagum dengan baju adat suku minang. Ada beberapa baju adat yang biasa dipakai saat pernikahan, Kiana memperhatikan dengan seksama setiap detail pakaian adat tersebut sampai beberapa jenis mahkotanya. Julian pun menyadari tatapan kagum sang kekasih.
"Kalau nanti kita nikah, kamu mau pakai adat yang mana? Batak atau Minang?" tanya Julian serius.
"Hah? aku belum terpikir ke arah sana. Memang hubungan kita akan sampai pelaminan? bercanda aja kamu." sahut Kiana.
"Memangnya kita pacaran hanya untuk main-main? aku mau serius sama kamu Kiana." jawab Julian sambil meraih tangan Kiana.
"Aku lulus SMA saja baru tahun ini, perjalanan masih panjang. Ditambah lagi keyakinan kita berbeda. Aku gak mungkin pindah keyakinan, dan kamu pun juga gak mungkin pindah keyakinan kan." Kiana berusaha membuat Julian paham, dan tidak mau terjerumus lebih dalam dengan hubungan ini.
"Aku siap pindah keyakinan kalau nantinya aku menikah denganmu." Julian menjawab tegas sambil memegang erat tangan Kiana.
"Jangan bercanda kamu." jawab Kiana sambil menatap Julian serius.
"Aku serius. Aku sangat mencintaimu Kiana." balas Julian menatap mata Kiana dengan penuh kesungguhan.
"Berapa lama aku harus menunggu kamu?" Kiana menantang.
"4 tahun. Dalam waktu 4 tahun, aku akan pindah keyakinan dan aku akan belajar semua hal tentang keyakinan kamu." Julian meyakinkan Kiana.
Kiana hanya terdiam, ia bingung harus menjawab apa. Menurutnya, hal ini masih terlalu dini untuk dibicarakan. Apalagi mereka masih sangat muda untuk membahas hal seperti ini. Kiana masih ingin melanjutkan pendidikannya, dan tidak mau terlalu serius menanggapi perasaan Julian.
"Nanti kita bicarakan lagi. Sekarang kita cari makan siang yuk, aku sudah mulai lapar." Julian mengalihkan pembicaraan.
"Yuk, kita mau makan apa?" tanya Kiana menyambut ajakan Julian.
"Apa saja yang penting makan sama kamu." Julian merayu.
"Hhhhh gombal terus, kenyang aku denger gombalan kamu." Kiana menjawab sambil melangkah.
Setelah sampai di foodcourt, Kiana memutuskan membeli bakso untuk makan siang, begitupun Julian. Setelah dua piring bakso datang, Julian segera mengambilkan sendok dan garpu untuk Kiana, tak lupa juga ia bersihkan terlebih dahulu sendok dan garpu tersebut menggunakan tissue.
"Ini sayang sendok dan garpunya." kata Julian.
"ya Allah repot-repot amat sih kamu." balas Kiana sambil menerima sendok dan garpu tersebut.
"Buat kamu mah gak ada yang repot, sini honey sekalian aku potongin baksonya." Julian menambahkan.
"Ih gausah, aku bisa kok potong sendiri." Kiana menolak halus.
Julian pun bergegas pindah posisi ke samping Kiana dan memotong bakso di mangkuk Kiana menjadi beberapa potongan kecil sehingga Kiana mudah menyantapnya. Kiana hanya pasrah melihat tingkah laku Julian yang memperlakukannya bak seorang ratu. Dalam besitnya, ia terpikir apakah Julian memperlakukan semua wanita seperti ini?.
Sontak Kiana pun keceplosan, "Kamu kaya gini ke semua cewe ya?".
"Ya enggaklah, aku begini ke kamu doang. Buat apa aku kaya gini ke semua cewe." bantah Julian.
"Yakin?" Kiana tidak percaya.
"Iya yakin, buat apa aku bohong." Julian tetap teguh pada jawabannya.
Sore hari, Julian mengantar Kiana pulang sampai gang depan rumahnya.
"Makasi ya untuk hari ini, kamu hati-hati di jalan. Kabari aku kalau sudah sampai rumah." Kiana berkata dengan lembut.
"Iya, nanti aku kabari." sahut Julian.
"Daaadaaaa." Kiana melambaikan tangan.
"Kamu jalan dulu, nanti aku jalan setelah kamu sampai di belokan rumah." Julian menambahkan.
Kiana pun berjalan sambil terus menengok ke belakang, memastikan Julian benar menunggunya atau tidak. Julian mulai memutar motornya saat Kiana sudah tiba di belokan rumahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Yeni Maryani
penasaran jadi sampai nikah tidak mereka
2022-01-01
1
U̮w̮a̮a̮^_^
kenapa julian gak pindah agama sekarang aja kalo dia bener" pengen pindah agama dan serius sama Kiana ya maksudnya tu biar dia tu lebih dulu mempelajari tntg agama Islam dan mendekati diri &mencintai tuhanya yitu Allah biar klo dia ngelamar Kiana dia sdh menjadi org islam yg benar-benar islam bkn islam KTP klo 4 thn lgi kan berarti dia gk serius pindah agama dia pindah cmn mau nikahin Kiana.
2021-10-19
1
Kas Gpl
ga enaklahh pacaran backstreet gtu
2021-05-07
4