Kejadian memalukan

"Icha setuju Om" Ucap Icha setelah menyeka air mata yang mengalir dari wajahnya. Kini ia menetralkan hatinya agar air itu tak lagi terjatuh.

"Kamu serius Icha?" Ramli memegang kedua pundak Icha untuk lebih menyakinkan dan hanya dijawab anggukan oleh Icha.

"Selamat tinggal Afdhal kini kita tak bisa lagi seperti dulu mungkin kamu memang bukan jodohku kini kamu akan menjadi Iparku, sekian lama aku menunggu agar kamu mengutarakan perasaanmu tapi kamu tak pernah menyampaikan itu padaku mungkin kamu memang tidak mempunyai perasaan yang sama denganku, sampai jumpa dengan status yang berbeda" gumam Icha dalam hati yang berusaha menahan tetesan bening dari matanya agar tak kembali mengalir.

"Saya yakin dan sangat yakin kamu mampu merubah hidup Irwan agar menjadi lebih baik karena saya percaya kamu tidak seperti Orang tuamu yang hanya mementingkan egonya saja" gumam Ramli menatap Icha penuh keyakinan dengan kedua tangan disakunya.

"Kalo begitu nanti malam saya akan pertemukan kamu dengan Irwan" Ramli.

"Bukankah kak Irwan sedang di Amerika Om" Icha.

"Dia sudah kembali ke Indo sejak tiga hari yang lalu dan dia akan menetap disini untuk membantu Om mengurus perusahaan"

"Lalu bagaimana dengan pekerjaan Kak Irwan di Amerika?" Icha.

"Afdhal sedang di Amerika untuk mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan Irwan" Ramli.

"Kenapa Afdhal bilangnya kemarin dia mau ke Bali padahal dia pergi ke Amerika, Aku sebenarnya kangen sama kamu Afdhal" gumam Icha dalam hati.

"Yaudah Om mau lanjut jalan lagi, kamu hati hati bawa mobil jangan ugal ugalan seperti tadi, nanti Om share lock lokasinya untuk pertemuan kamu dan Irwan" Ramli.

"Tapi aku bawa Bi Iyem aja ya Om" dan hanya dibalas senyuman manis oleh Ramli.

"Kalau pun kamu ngajak Orang tua kamu, Orang tua kamu pasti bakalan ngk mau datang karena mereka hanya sibuk dengan bisnis tanpa memperdulikan Anaknya" gumam Ramli dalam hati seakan tahu kenapa Icha lebih memilih untuk mengajak Bi Iyem memenemaninya dalam pertemuanya nanti.

"Jangan lupa ya" ucap Ramli menepuk pundak kanan Icha dan kemudian berlalu meninggalkan gadis mungil itu.

Icha yang sudah mendudukan bokongnya di dalam mobil dengan tangan yang memegang setir dan menarik nafas dalam dalam serta menghembuskanya perlahan.

"Semoga ini jalan terbaik buatku ya Allah" ucap Icha menghembuskan nafasnya secara perlahan dengan tangan yang mengadah kelangit lalu mengusapkanya diwajahnya.

Icha kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan yang sedang dan memparkirkan mobilnya disebuah cafe yang mewah. Ia duduk disalah satu kursi yang memang tidak ditempat oleh seorang pun

"Mau pesen apa Mbak?" tanya seorang pelayan cafe itu sembari memberikan buku yang berisikan daftar menu yang ada ditempat itu.

"Lemon tea sama Stick ya" jawab Icha. Tanpa menerima benda yang pelayan itu berikan padanya karena mata dan tangannya masih terfokus pada layar ponselnya. Setelah menerima jawaban dari pengunjungnya pelayan itu langsung berlalu dari hadapan Icha meninggalkan gadis itu untuk membuatkan makanan yang dipesanya.

"Gue ketoilet dulu kali yak, pelayannya juga masih lama datangnya" ucap Icha. Setelah beberapa menit menunggu makananya namun tak kunjung datang, Ia segera mematikan kembali ponselnya dan memasukanya kedalam tasnya dan melangkahkan kakinya menuju toilet dengan membawa tasnya.

"Sekarang gue sudah sedikit lebih rapi dari pada tadi" ucap Icha sembari membenahin bajunya, Ia memperhatikan bayangan tubuhnya yang terpantul dicermin, kini ia memberi sedikit beda diwajahnya agar tampak lebih cerah dan mempolesin sedikit lipstik dibibirnya agar tidak terlihat pucat.

Gadis mungil itu tersenyum kearah cermin dan masih memperhatikan lekukan tubuhnya dan melangkahkan kakinya keluar dari dalam toilet serta berjalan menuju tempatnya memesan makanan.

"Ehh Loh kok duduknya disini?" teriak Icha sambil memukul pelan meja yang ada dihadapanya itu, menatap tajam pada seorang pria yang duduk dikursi yang ia tempatin sebelum ketoilet.

"Memang ada yang salah ya?" tanya pria itu setelah membersihkan bibirnya dengan tisu, Ia kini sudah berdiri dihadapan Icha dengan menaikan sebelah alisnya.

"Salah bangetlah nihkan tempat duduk gue tadi" ucap Icha melipat kedua tanganya didada dan mengalihkan penglihatannya dari lelaki yang lebih tinggi darinya itu.

"Lah mana gue tahu disini ada orang yang jelas jelas disini kosong kok" ucapnya kembali duduk dan menyantap makanan yang ada diatas meja dihadapanya itu.

"Maaf Mbak ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang Pelayan yang menghampiri keduanya, Setelah mendengarkan keributan dari mereka bahkan keduanya sudah menjadi tontonan bagi pengunjung yang lain.

Icha langsung menurunkan tanganya dan melihat kearah sang pemilik suara.

"Tadikan saya yang pesen makanan disini terus kenapa malah lelaki ini yang duduk disini?" tanya Icha. Sambil menunjuk pria yang sedang makan itu, ia juga tampak marah pada Pelayan cafe padahal tadinya Pelayan itu adalah orang yang sama saat dia sedang memesan makanan.

"Maaf Mbak kami tidak tahu, kami fikir tadi Mbak hanya memesankan makanan untuk cowok Mbak terus pergi lagi" sontak ucapan itu mampu membuat pria berjas dongker itu keselek, Ia segera meminum minumannya dan kemudian mengelap bibirnya mengunakan tisu.

"Hah dia cowok saya?" ucap Icha dengan melebarkan mulutnya dan menujuk kearah pria itu dengan mata menatap pelayan itu.

"Jadi bukan cowok Mbak? maaf mbak kami salah, oh iya mbak bisa duduk didepan Masnya biar makananya kami buatkan lagi" ucap Pelayan itu mempersilahkan.

"Ngk usah Mbak saya sudah kenyang" ucap Icha kembali melipat kedua tanganya didada dengan bibir yang mengerutuk.

"Oh yasudah kalau begitu saya tinggal ya Mbak" ucap Pelayan itu kemudian meninggalkan kedua insan itu.

"Oh jadi ini tadi makanan loh yang pesen, pantes gue belum pesen sudah datang aja ehh nih gue balikin" ucap lelaki itu sambil menyodorkan piring makanan itu kearah Icha.

"Jangan lupa dibayar" ucap pria itu kemudian berlalu dari hadapan Icha begitu saja

"Woy loh yang makan gue yang bayar" teriak Icha melepas hillsnya dan melemparnya kearah pria yang tengah berjalan itu.

"Woyy punya siapa nih?" tanya seorang lelaki tua. Tak disangka hilsnya melayang pada Orang yang salah padahal niatnya untuk melempar lelaki itu. Pria tua itu tampak marah ia segera berdiri dari kursinya dan menatap kearah seluruh pengunjung yang ada didalam cafe itu dengan mengangkat keatas hills yang melayang dikepalanya.

Mendengar teriakan Bapak tua itu, Pria yang tengah berjalan itu menghentikan langkahnya dan menoleh kebelakang untuk menyaksikan kejadian yang barusan terjadi, lelaki itu berusaha untuk menahan tawanya.

"Pu pu punya saya Pak" ucap Icha terbata bata sambil menunduk takut.

"Kurang ajar kamu ya.. "

"Tuh tuh karena dia Pak" belum selesai berbicara Icha keburu memotong ucapan lelaki tua itu dan menujuk kearah lelaki yang sebenarnya ingin ia lempar pakai hills itu.

Lelaki tua itu mengarahkan pandanganya sesuai jari Icha, terlihat jelas lelaki berjas dongker itu langsung berlari dengan cepat, Sementara Icha ia juga berlari kebelakang cafe agar tak terkena amuk lelaki tua itu.

"Dasar anak muda" ucap lelaki itu sambil melempar hills Icha kelantai.

"Untung gue bisa melarikan diri" ucap Icha mengelus dadanya setelah duduk didalam mobil mewahnya.

"Dasar lelaki bren*sek" kesal Icha mengengam kuat beberapa tisu ditanganya.

Terpopuler

Comments

QQ

QQ

Wah klo cwo itu yg mau dijodohkan bakal ada Tom n Jerry terus dirumah😂😂😂

2021-11-13

0

Anisatul Azizah

Anisatul Azizah

pasti pria itu yg bakal dijodohin sama kamu Cha

2021-10-31

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!