Di Bas Stop aku hanya duduk seorang diri, karena kak Sun dan Herul sudah pulang karena bus yang mereka tumpangi telah datang lebih dulu. Alhasil aku pun harus menunggu bus yang diarahkan oleh mbak ku yaitu harus menaiki bus warna hijau yang bertujuan ke Taman Medan.
Setelah menunggu kurang lebih setengah jam, akhirnya bus yang kutunggu pun datang. Aku segera masuk dan memilih untuk duduk paling belakang karena waktu itu bus yang ku tumpangi tidak begitu ramai sehingga membuatku dapat memilih tempat duduk sesuka hati.
Satu jam kemudian aku menekan tombol berhenti karena seingat ku aku harus berhenti di sini. Driver yang membawa bus itu melihat ke arah spion nya lalu membukakan pintu tersebut. Aku pun keluar dan segera berjalan menuju rumah.
"Mbak ... aku pulang," ucapku saat sudah sampai di depan pintu rumah yang di pagar oleh besi untuk menghalangi orang tidak di kenal masuk.
"Iya, sebentar," sahutnya dari arah dapur. Ia pun langsung mengambil kunci dan membukanya, "Bagaimana tempat kerjamu? Apakah kamu betah rin?"
Aku mengangguk kecil. "Emm."
"Ya sudah, cepatlah mandi setelah ini kita makan bersama," suruhnya lalu mengambil kotak makanan yang ku bawa tadi. Aku pun langsung menuju kamar untuk menyimpan tas dan mengambil handuk untuk mandi.
"Dik, tadi di tempat kerjamu bagaimana?" tanya bang Danum saat kami sedang makan malam.
"Biasa aja," ucapku singkat.
"Bukan begitu maksud Abang, maksudnya apa pekerjaan mu berat?" jelasnya.
"Aku bilang biasa aja."
Bang Danum melirik ke arah ku sesaat, lalu kembali fokus pada makanannya. Aku pun hanya meliriknya sekilas lalu melanjutkan acara makanku.
...
Aku menatap layar ponselku, membuka beberapa media sosial yang ku punya. Sehingga pintu kamar terbuka, aku menoleh ke arah pintu tersebut dan menampilkan bang Danum sudah berada di pintu kamar dengan senyuman yang merekah. Aku yang melihatnya menyipitkan mata. "Ada apa?"
Bang Danum menutup pintu kamar dan menghampiriku sembari mengusap rambut ku lembut. "Apakah adik betah berada di sini?"
Aku menoleh ke arah saudara laki-laki ku dan berkata. "Maksudnya?"
Bang Danum pun duduk menyamakan posisi duduknya dengan ku. "Abang tahu, kalau adik tidak betah kan di sini?"
Aku hanya diam tak menjawab pertanyaannya. Hingga akhirnya ia berucap kembali. "Tidak apa-apa dik, lama-kelamaan juga kamu akan terbiasa dengan situasi seperti ini. Ayo kita berusaha lebih keras lagi agar kita bisa pulang bersama dan berkumpul kembali dengan bapak."
Aku hanya tersenyum tipis padanya. "Emm ... ayo kita berusaha lebih keras lagi bang."
Bang Danum tersenyum sembari menepuk lenganku pelan. "Yaudah kamu tidur ya."
Aku mengangguk kecil. Dan menatap punggung bang Danum lalu tersenyum kembali saat dia memberikan senyumannya kembali ke arah ku.
"Mbak ... aku duluan ya," ucapku saat telah sampai di Bas Stop pemberhentian tempat kerja.
Mbak mengangguk sembari berkata. "Hati-hati."
"Iya."
Aku pun melangkahkan kakiku menuju setor, namun saat sampai di ruang Pass Kad' Herul temanku memanggil. "Karin ...?
Aku menoleh ke arahnya. "Iya ...?"
"Supervisor sudah membuatkan Pass Kad' untukmu, jadi hari ini kau boleh Pass Kad," ucapnya sembari menarik tanganku menuju ruang tersebut.
"Silahkan."
Aku pun memasukkan telunjuk tangan. "Terimakasih." dan terdengar suara dari arah mesin Pass Kad' itu.
"Jika sudah, yuk kita masuk setor," ucap Herul seraya menarik kembali tanganku. Di pertengahan jalan menuju setor, aku melepaskan tangan Herul. Hingga laki-laki itu juga menghentikan langkahnya. "Kenapa rin?"
"Tidak apa-apa kak, hanya saja aku terlalu risih jika tanganku di pegang," ucapku dengan tatapan dingin ke arahnya.
Meskipun aku terbilang masih remaja yang tidak tau dunia percintaan, tapi aku tahu maksud dari sikap laki-laki di depan ku ini. Aku pun meninggalkannya yang masih berdiri di tempatnya.
"Eh, sudah datang? Kau sudah Pass Kad, 'kan?" ucap kak Sun saat melihat ku memasuki setor.
"Sudah kak, tadi kak Herul sudah memberitahuku," ucapku sembari meletakkan kotak bekal ku.
"Lalu ... di mana Herul?"
"Aku di sini kak," sahut Herul dari ambang pintu.
Aku melihat kak Herul yang juga melihat ku dengan tatapan yang sulit ku artikan. Aku pun memilih untuk mengalihkan perhatianku pada kotak bekal yang mbak ku berikan. Aku membukanya dan memakannya. membuang pikiran aneh yang memenuhi otakku.
"Guys semangat ya buat kerjanya, dan kamu Herul kamu ikut kakak membersihkan lift," ucap kak Sun yang diangguki oleh aku dan kak Herul.
beberapa jam kemudian pekerjaan ku akhirnya selesai juga, dan ku lihat jam di layar ponselku ternyata pekerjaan ku selesai lebih awal. Karena ini masih awal untukku masuk ke dalam setor, akhirnya aku memutuskan untuk duduk di belakang tempat gudang mesin. Aku bersandar sambil menghirup udara segar di sana, tidak lupa juga di depan ku terdapat pagar besi perbatasan gedung Evenue 8 dan gedung PJ 8 di mana gedung PJ 8 jauh lebih besar daripada gedung tempat ku bekerja. Membuatku lebih leluasa melihat pemandangan gedung tersebut yang memiliki taman luas di area itu.
"Sedang apa ...?"
Aku melirik ke arah sumber suara, ternyata kak Herul dengan dua es krim yang di pegangnya. Aku melihatnya mendekat ke arah ku. "Nih, buat kamu."
Aku melirik kak Herul yang menyodorkan es krim kepada ku, aku pun mengambilnya dan membuka es krim tersebut karena memang cuaca saat itu begitu panas sehingga sangat cocok untuk menikmatinya.
Aku dan kak Herul duduk saling berhadapan sehingga dapat membuatku tahu bahwa kak Herul terus menatap ku sedari tadi. "Kak, tolong jangan menatapku seperti itu!"
Kak Herul menunduk seraya tersenyum. Aku yang merasa sedikit risih segera berdiri untuk menuju setor karena memang sudah waktunya untuk turun kebawah. Namun langkah kakiku terhenti saat kak Herul mengucapkan kalimat yang tidak ingin ku dengar.
"Karin ... aku menyukaimu," ucapnya, sembari menghampiriku dan berniat meraih tanganku.
Namun aku segera menepisnya seraya membalikkan badan. "Kak Herul kita baru kenal dua hari yang lalu, dan kak Herul langsung bilang bahwa kakak menyukaiku?"
"Aku serius Karin, sesama satu kampung aku tidak mungkin membohongimu," ucapnya memberi penjelasan.
Aku ingat waktu itu aku tak mengucapkan sepatah katapun. Karena aku langsung pergi meninggalkannya. Karena tak ingin menanggapi hal itu aku pun meninggalkannya, karena aku datang kesini untuk bekerja mencari uang agar cepat kembali ke kampung halamanku. Bukan ingin berpacaran karena itu bisa menghambat kepulangan ku.
"Karin, Herul mana? Bukannya dia bilang ingin menghampirimu?" ucap kak Sun saat melihat ku hanya seorang diri.
"Kak Herul masih ada di atas kak," ucapku, lalu aku pun menghampiri kak Sun untuk makan bersama dengannya sehingga beberapa saat kak Herul datang dengan wajah yang sudah wajah.
"Rul, kenapa wajahmu basah?" tanya kak Sun.
"Aku cuci muka kak," ucapnya.
"Oh, yaudah sini makan bersama," ajak kak Sun sembari menepuk kursi di sebelahnya. Namun kak Herul menolaknya, ia bilang bahwa hari itu ia masih kenyang sehingga ia memilih untuk tidur di sofa saja.
Aku melirik ke arah kak Herul yang menutupi wajahnya dengan tangan kanannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
⁹⁹𝒮COKLAT🍫
aduh kak herul jangan nangis yaw, sini ku usapin 😂💣
2021-04-22
0
Ival Vander
masuk di list favorit saya
2021-04-20
0
Na Watwat🌻
dsar wati 😆
2021-04-19
0