Memulai Kerja.

Tepat jam tujuh pagi akhirnya aku pun sampai di tempat kediaman saudara ku. Di sana aku melihat kedua saudaraku telah menunggu ku di depan pintu rumah yang mereka tinggali. Sebuah senyuman kecil mengukir di bibir mereka, aku pun membalas senyuman tersebut dan menghampiri keduanya.

Kakak perempuan ku (Wenah) segera memeluk ku dengan mata yang berkaca-kaca. Ia menenggelamkan wajahnya pada pundak ku. "Dek ... akhirnya kau sampai juga."

Aku hanya mengangguk sebagai respon. Dan ku lirik ke arah saudara laki-laki ku (Danum), ku lihat bang Danum mengangguk kecil sambil tersenyum ke arah ku. Akhirnya setelah beberapa saat, mbak Wenah melepaskan pelukannya dan langsung membawa ku ke dalam rumah tanpa memedulikan Abang Danum yang sudah membulatkan matanya karena belum mendapatkan pelukan dariku.

"Mbaaak ... kenapa kau membawa Karin kedalam, hah? Aku kan belum memeluknya, heiii," teriak bang Danum dari arah luar.

Mbak mempersilahkan aku untuk duduk di ruang tamu yang tidak seberapa luas itu. Aku hanya memandangi ruangan itu. Rupanya tempat yang saudaraku tinggali tak jauh beda dengan rumahku di kampung.

"Karin ... minumlah ini," ucapnya seraya memberikan aku segelas air putih.

Aku pun menerimanya. "Makasih mbak."

"Saat di perjalanan ... kau tidak kesulitan, 'kan?" tanyanya saat dirinya telah duduk di samping ku.

Aku pun menggeleng. "Tidak."

Bang Danum yang tadi berada di luar akhirnya masuk dan duduk di sebelah kiri tempatku duduk dan merangkul ku hingga rasanya terasa sesak. "Dik ... syukurlah kamu sampai dengan keadaan masih hidup."

Aku melirik ke arahnya. "Bang Danum pikir aku sampai tujuan dalam keadaan meninggal begitu?"

Bang Danum tersenyum sembari melepaskan rangkulannya. "Maaf, Abang hanya bercanda."

Aku hanya menggeleng dan menoleh ke arah mbak ku. "Mbak ... kira-kira kapan aku akan mulai bekerja?"

Mbak ku terlihat menyipitkan matanya lalu menatap ku heran. "Kau ingin langsung bekerja? Istirahatlah dulu beberapa hari."

Aku pun menggeleng dengan perkataannya. "Tidak! Aku ingin cepat-cepat bekerja."

"Dek ... kamu kan masih capek dari perjalanan jauh."

"Dan bukannya mbak, memberangkatkanku supaya aku bisa bekerja," ucapku sambil meminum air putih pemberiannya.

"Tapi dek-"

"Aku ingin cepat menghasilkan uang mbak ... supaya aku mengirimkan bapak uang di kampung," ucapku dengan suara pelan.

Mbak ku melirik ke arah Abang Danum. Dan bang Danum pun hanya mengangguk memberi tahu untuk mengizinkan keputusan ku. Hingga akhirnya mbak ku pun langsung menelepon teman-temannya untuk mencarikan pekerjaan baru untukku.

Tidak butuh satu jam akhirnya mbak ku memberitahu ku bahwa mulai besok aku bisa bekerja bersama dengan temannya. Aku yang mendengar penuturannya merasa senang karena aku dapat secepatnya mendapatkan uang untuk bapakku di kampung.

"Sudah. Kalau begitu kau pergilah tidur! Besok kau harus bangun pagi-pagi mengerti?" ucap mbak ku.

"Emm ... makasih mbak."

...****...

Paginya jam enam aku terbangun dari tidurku dan segera membersihkan diri, saat mau melewati dapur aku melihat mbak ku sedang memasak dengan orang dari penghuni kamar di sebelah ku. Karena rumah yang mbak dan bang Danum tempati itu memiliki kamar empat yang satunya di huni oleh orang luar, yang merupakan satu kampung. Orang separuh baya itu menoleh ke arah ku dan memberikan senyuman. Aku pun membungkukkan badan memberi salam kepadanya, lalu aku pun masuk kedalam kamar mandi.

Jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh. Aku pun telah selesai dengan pakaian ku, dan segera keluar untuk menemui mbak ku. "Mbak ...."

"Sudah selesai?" ucapnya sembari keluar dari dalam kamarnya.

"Emm, sudah."

"Ini ...?" mbak ku memberikan sebuah tas kotak kecil padaku.

Aku pun mengambilnya dan bertanya. "Ini apa ...?"

"Itu bekal untukmu makan nanti pas sampai di tempat kerja, dan yang di bawah ini untuk makan siangnya," terangnya.

"Sudah, yuk kita berangkat."

...

Aku dan Mbak duduk di Bas Stop (tempat menunggu bus) yang tak jauh dari tempat kita tinggal, hanya menyebrang jalan sudah sampai ke Bas Stop tersebut. Tidak menunggu lama akhirnya Bus yang ingin kita naiki datang. Mbak segera menarik ku untuk masuk.

Di perjalanan aku melihat gedung-gedung menjulang tinggi yang ada di sana membuat ku berpikir. Ternyata sangat berbeda dengan kampung halamanku.

Satu jam kemudian akhirnya kami sampai di tempat yang di tuju, di mana mbak ku mengantarkan ku ke gedung bewarna kuning yang bertuliskan 'Office Avenue 8'.

Di sana mbak ku membicarakan tentang apa saja yang harus di lakukan oleh ku. Setelah selesai mbak ku pamit dan menuju ke tempat kerjanya yang masih jauh dari tempat kerjaku.

"Ayo dek kita ke setor," ucap seorang wanita yang umurnya empat tahun diatas ku . (setor itu merupakan tempat yang di sediakan untuk pekerja saat sudah jam rehat).

Aku pun memulai pekerjaan ku yang mendapat bagian, mengepel lantai di bagian depan koridor serta bagian luar. Aku yang pertama kali melakukannya merasa sedikit kewalahan, namun aku tidak harus mengeluh untuk itu. Karena ini juga demi bapak di kampung. Aku pun melakukannya sampai keringat membasahi seluruh tubuh hingga jam istirahat pun tiba. Aku pun segera turun saat teman mbak ku memanggil ku, menyuruh untuk segera turun.

Di setor ...

Aku segera membuka kotak bekal yang mbak berikan tadi, aku lupa bahwa tadi aku belum sarapan sehingga bekal yang seharusnya di makan waktu pagi tadi masih utuh. "Aku tidak mungkin menghabiskannya sekaligus."

"Kenapa dek?" tanya teman mbak saat mendengar gumaman ku.

"Mbak memberikan dua bekal untukku, tapi aku lupa memakannya tadi pagi. Alhasil bekalku masih utuh kak," ucapku seraya melihat ke arahnya.

"Kalau begitu, boleh ku makan bekal paginya? Soalnya aku masih lapar, hehehe," ucapnya seraya terkekeh.

Aku yang menatap orang itu hanya melihatnya dengan tatapan tak percaya. Bagaimana tidak ia membawa bekal begitu banyak di tempat bekalnya tapi mengatakan bahwa ia masih lapar. Tanpa memikirkan apa-apa, aku pun langsung menyodorkan makanan yang di berikan mbak untuknya.

"Makasih, dan selamat makan."

Aku pun memakan makanan ku.

...

Jam sudah menunjukkan pukul lima sore, di mana pekerjaan ku telah selesai. Aku, teman mbak ku dan satu orang laki-laki yang juga merupakan teman kerjaku keluar menuju ruang 'Pass Kad'.

"Eh, dek ... ngomong-ngomong dari tadi kita belum kenalan, namamu siapa?" ucap teman mbak ku. Aku juga melupakan hal itu, sedari saat aku bertemu dengan kedua orang itu aku belum memperkenalkan diri.

"Aku Karin kak," ucapku singkat sambil terus jalan mengikuti langkah mereka berdua.

"Nama kakak, Sundayani kamu bisa memanggil kakak dengan sebutan kak Sun," ucapnya, "Dan dia ... dia namanya Herul," imbuhnya lagi seraya menunjuk ke arah pria itu.

Aku meliriknya lalu mengangguk. Lalu setelah selesai dengan perkenalan kami, kami pun langsung menuju ke ruang Pass Kad'. Berhubung aku masih baru jadi aku tidak melakukannya. Setelah selesai kami menuju ke arah Bas Stop.

Terpopuler

Comments

⁹⁹𝒮COKLAT🍫

⁹⁹𝒮COKLAT🍫

aku juga ngakak pas kak danum bilang kalau kakak masih hidup😂
astoge ...
hmm btw herul yg cakep itu yak kak wat? yg melebihi mantan? awokawok :v

2021-04-22

2

Ival Vander

Ival Vander

next

2021-04-20

0

Whidie Arista 🦋

Whidie Arista 🦋

Astaga bang Danum🤣🤣

2021-04-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!