Siang hari yang terik di langit ibukota, tidak menyurutkan seorang pria muda untuk mendatangi tempat yang beberapa tahun silam menyimpan banyak kenangan untuk dirinya. Ditemani seorang pria paruh baya yang sudah lama mengabdi pada keluarganya, Tristan Marvino mengedarkan pandangannya pada sebuah minimarket, cafe dan pusat pertokoan yang berdiri kokoh di hadapannya.
"Bapak yakin ini tempatnya?aku minta antar ke taman teratai loh bukan pusat perbelanjaan pak."
Pria paruh baya yang duduk di kursi kemudi mengangguk menatap anak majikannya yang sedang memandang heran kearah luar.
"Betul tuan muda, dulu sebelum pusat perbelanjaan ini di bangun memang lahan ini pernah menjadi sebuah taman. Tapi beberapa tahun yang silam pemerintah daerah memutuskan untuk membangun taman ini menjadi sebuah pusat perbelanjaan." pak Damar menjelaskan semuanya secara detail.
"Dua puluh tahun sudah berlalu tuan, banyak perubahan yang terjadi saat tuan kembali kesini."
"Apa bapak ingat gadis kecil yang dulu selalu bertemu dengan ku ditaman ini?"
"Tentu saya ingat tuan."
"Apa bapak sering melihatnya saat aku sudah pergi ke Jerman?"
"Setelah tuan muda pindah ke Jerman saya sudah tidak pernah datang ke taman itu lagi, dan sore itu pertemuan terakhir kita dengan gadis itu."
"Bahkan aku tidak tahu seperti apa wajahnya, apa sekarang dia masih mengingatku atau tidak? aku terlalu lama pergi dan mengingkari janjiku sendiri." gumam Tristan tapi masih terdengar oleh pak Damar.
"Tuan muda tidak perlu berkecil hati, kita bisa mencarinya sama-sama. Semoga saja dia masih tinggal di daerah sekitar sini."
"Tapi aku tidak punya petunjuk apapun pak untuk bertemu gadis itu, bagaimana bisa mencari seseorang yang sudah puluhan tahun tidak bertemu. Kita kembali kerumah saja pak!!" Tristan akhirnya memutuskan untuk kembali kerumah, rasa lelah setelah melakukan perjalanan panjang dari Jerman ke Indonesia membuat dia ingin segera mengistirahatkan tubuhnya.
"Maafkan aku Zura karena terlalu lama kembali." ucap Tristan dalam hati. Tristan lalu memejamkan matanya sejenak mengistirahatkan hati dan pikirannya.
🍂🍂🍂
"Kamu pergi ke luar negerinya gak akan lama kan?" tanya gadis kecil berponi dengan rambut di ikat ekor kuda.
"Setelah mataku sembuh aku janji akan kembali ke Jakarta dan aku langsung nemuin kamu." ucap Tristan pasti.
"Bener ya?" Azura menyodorkan kelingkingnya di hadapan Tristan, lalu Azura meraih tangan Tristan dan menautkan kelingking mereka menjadi satu.
"Janji ya Tristan?"
"Iya Zura aku janji." Tristan hanya bisa berucap tanpa bisa memandang wajah Azura.
Azura kecil tersenyum puas dia bertepuk tangan dengan gembira. Tiba-tiba Damar datang menemui Azura dan Tristan kecil.
"Sore nona..!!" sapa Damar dengan senyum khas di wajahnya. Pria berumur 35 tahun itu menunduk pada gadis kecil yang beberapa bulan ini akrab dengan anak dari majikannya.
"Sore juga pak!!" ucap Azura tak kalah ramah. Azura sudah menganggap Damar seperti keluarganya sendiri.
"Ada apa pak?" tanya Tristan begitu menyadari pengawal pribadinya mendekat.
"Tuan besar menyuruh saya untuk segera membawa anda pulang, karena hari sudah semakin sore."
"Baiklah pak tunggu sebentar lagi ya!"
Damar kembali memberi kesempatan untuk Azura dan Tristan berbicara.
"Aku gak bisa lama-lama, aku pulang dulu ya!"
"Baiklah, kamu hati-hati ya Tan aku pasti akan menjaga kalung pemberian kamu ini."
"Iya Zura makasih ya!!"
"Pak Damar tolong jagain Tristan ya saat dia diluar negeri." pinta Azura pada pak Damar.
"Baik nona saya akan menjaganya dengan baik. Kalau gitu kita pamit nona!!"
"Iya pak." Azura melambaikan tangannya menatap kepergian Tristan dan pak Damar. Tristan sempat menoleh sebentar lalu kemudian mereka melanjutkan kembali langkahnya.
"Kita sudah sampai tuan." suara pak Damar memecahkan lamunan Tristan tentang memori masa kecilnya saat di Jakarta.
Tristan turun dari mobil dan menatap bangunan megah di hadapannya. Jadi dulu saat kecil dia tinggal di rumah besar ini. Tristan melangkahkan kakinya menaiki teras rumahnya. Di depan pintu sudah berdiri Pramudya kakek dari Tristan yang masih terlihat sehat meskipun usianya sudah memasuki senja.
"Grandpa...!!" Tristan langsung menghambur kepelukan sang kakek yang sudah lama tidak di temuinya.
"Anak bandel! nyampe bandara bukannya langsung pulang kerumah ini malah kelayapan dulu!"
"Maaf opa..aku hanya muter-muter Jakarta aja kangen soalnya udah lama gak pulang."
"Jadi kamu tidak kangen dengan opamu ini?"
"Tentu saja aku kangen opa.."
"Ya sudah ayo kita masuk dan ngobrol di dalam."
Setelah sampai di ruang keluarga Tristan dan Pramudya duduk untuk saling melepas rindu.
"Jadi Opa tinggal di rumah besar ini sendirian?" tanya Tristan.
"Ya setelah oma mu meninggal opa hanya tinggal sendiri disini bersama para pengawal dan asisten rumah tangga."
"Jadi waktu kecil aku tinggal di rumah ini?"
"Tentu saja. Kamu, adikmu, mami dan papi mu juga tinggal disini sebelum kalian memutuskan pindah ke Jerman."
"Maaf ya opa.. seharusnya tahun lalu aku kembali ke Jakarta tapi aku harus menyelesaikan urusanku dulu disana."
"Tidak apa-apa cucuku, yang penting sekarang kamu sudah berada disini. Opa sudah tidak sanggup jika harus mengurus perusahaan, makanya itu opa ingin kamu mengambil alih semua ini. Kamu cucuku satu-satunya yang kuharapkan. Mana bisa opa mengharapkan Anggara."
"Maafin papi ya opa! papi bukannya tidak ingin kembali kesini, tapi saat ini perusahaan papi di Jerman juga membutuhkannya."
"Anggara memang anak durhaka, opa menyuruh dia kembali ke Jakarta malah kamu yang di kirim kesini." Pramudya nampak geram jika mengingat anak satu-satunya yang sangat betah tinggal di Jerman. Tristan mengelus punggung sang opa untuk menenangkannya.
"Adikmu Clarisa apa kabarnya?"
"Clarisa sedang menyelesaikan kuliahnya di Paris opa."
"Mami kamu itu selalu saja memanjakan Clarisa, di suruh kuliah bisnis malah kuliah jurusan fashion."
"Namanya juga wanita opa urusannya gak jauh-jauh sama dunia fashion."
"Terserah mereka sajalah."
Obrolan mereka terhenti ketika Damar datang menghampiri Tristan dan Pramudya.
"Ada apa Damar?"
"Maaf tuan besar menganggu, ada urusan mendesak yang harus segera di selesaikan di perusahaan."
"Siapkan mobil!! saya akan berangkat ke kantor sekarang juga!"
"Aku ikut opa!!"
Bersambung...
🍂🍂🍂🍂
...Makasih untuk para readers dan kakak author yang sudah mampir🙏😍 Jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, vote, komentar dan masukan juga ke daftar favoritnya😊...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
yuliyuli
anggara kyak nama suami raisa apa jangn2 tristan anaknya raisa
2022-12-21
0
Senajudifa
mudahan mereka cpt ketemu
2022-10-08
0
Rozh
🌻🌻
2022-04-06
0