Setelah kenyang menyantap makanan, Anie dan Will kembali ke kamar. Mereka duduk di atas ranjang agar makanan yang baru masuk bisa dicerna terlebih dahulu.
"An, apa kamu berpikir sama dengan apa yang aku pikirkan?" tanya Will seraya menggenggam erat telapak tangan Anie.
"Mana aku tahu, aku tidak tahu apa yang kamu pikirkan. Aku bukan pembaca pikiran orang, Will!" kelakar Anie yang disusul dengan tawa lepas.
Will ikut tertawa, ia sampai membenturkan kepala ke kepala Anie yang membuat istrinya itu mengaduh.
"Iya juga, kalau kamu bisa membaca pikiran orang bisa gawat," ujar Will dengan air muka serius.
"Apanya gawat?" tanya Anie langsung menegapkan badan menatap Will.
"Iya gawat, kalau aku punya pikiran selingkuh, nanti ketahuan dulu," seloroh Will yang langsung melipat bibirnya ke dalam setelah mengucapkan kata itu.
Anie membulatkan bola mata lebar dan langsung mendaratkan sebuah cubitan di sisi perut Will membuat pemuda itu mengaduh.
"Berani! Berani hah!"
Kini Anie memukulkan bantal ke tubuh suaminya hingga membuat Will terus menghalau pukulan yang membabi buta dengan gelak tawa lepas karena berhasil menggoda istrinya.
Will menangkap kedua pergelangan Anie, ia menjatuhkan tubuh istrinya dan langsung mengunci di bawah tubuhnya. Anie terlihat mengatur napas yang terengah, berusaha untuk berhenti tertawa ketika suaminya sudah menatap dengan serius.
"An," lirih Will, ia menyematkan helaian rambut yang menghalangi wajah cantik istrinya.
"Iya," sahut Anie.
"Apa kamu juga berpikir untuk bisa cepat-cepat dapat bayi?" tanya Will dengan air muka serius.
"Mungkin, aku hanya ingin menerima apa yang diberi. Jika memang Tuhan sudah yakin untuk memberi kita anak, maka aku akan menerimanya dengan tangan terbuka," jawab Anie.
Anie tidak ingin berharap karena dia hanya bisa berdoa. Apapun yang Tuhan akan gariskan untuknya dia akan menerima.
"Bikin yuk, An!" ajak Will.
"Bikin apa?" Anie bisa menangkap maksud suaminya tapi pura-pura tidak peka.
"Bikin bayi."
Will mendaratkan bibirnya ke daging tak bertulang Anie, membuat wanita itu memejamkan mata, membiarkan Will memperlakukan dirinya sesuka hati. Kini mereka pun berkubang dalam gairah, menikmati setiap waktu dan kebersamaan yang terus tercipta begitu indah.
-
Pernikahan Gwen dan Ethan semakin dekat, Anie mengurus pekerjaan, suami, juga kakaknya. Ia sampai lupa istirahat demi mengatasi semua kewajiban yang harus ia lakukan.
"An, wajahmu sedikit pucat," kata Will yang mengamati Anie.
Mereka sedang makan siang bersama di kantin perusahaan, Anie terlihat tidak berselera dengan makanan yang diambilkan suaminya.
"Iya, sepertinya aku kurang tidur," balas Anie.
Will menggenggam telapak tangan Anie yang berada di atas meja, ia tersenyum hangat untuk istrinya itu, bagaimanapun Anie sudah berusaha menjadi istri dan saudara yang baik.
"Setelah makan, nanti istihatlah di ruangan," tawar Will.
"Anie hanya mengangguk, ia menyisihkan daging dari piringnya membuat Will keheranan.
"Kenapa dagingnya tidak di makan?" tanya Will.
"Nggak enak, kamu yang makan, ya!" pinta Anie.
Will menghela napas, ia akhirnya menuruti permintaan istrinya dan memakan daging jatah Anie. Selama beberapa hari ini Anie memang susah makan, ia sering tidak menghabiskan makanannya bahkan lebih suka pilih-pilih makanan, tidak seperti dulu yang terbiasa makan apapun.
-
-
Pernikahan Gwen dan Ethan pun dilaksanakan, setelah acara proses selesai dan tinggal prosesi, Will dan Anie meninggalkan ballrom hotel terlebih dahulu karena Anie tidak enak badan.
Namun, ketika Jovanka menghubungi dan menanyakan apakah tamu bulanan Anie terlambat datang, membuat Will begitu bahagia, ia berpikir jika istrinya hamil.
"Besok kita ke dokter, aku akan izin dulu buat kita," ucap Will seraya meraih ponselnya di atas nakas.
Anie hanya menganggukkan kepala, ia menyesap teh hangat buatan suaminya. Namun, sepertinya pencernaannya menolak. Anie merasa mual lagi dan langsung turun dari ranjang membuat Will terkejut.
Anie kembali mengeluarkan isi lambungnya, meski beberapa jam lalu dia baru saja muntah kini ia mual dan muntah lagi, yang membuat merasa sakit adalah karena belum ada makanan apapun yang masuk setelah ia muntah terakhir kali.
Anie berjongkok di depan kloset, ia berusaha mengeluarkan apapun yang tersisa di lambungnya.
"An!"
Will terlihat cemas, ia ikut berjongkok dan menekan serta memijat tengkuk Anie perlahan, berusaha membantu agar keadaan Anie sedikit membaik.
"Sudah mendingan?" tanya Will.
Anie menekan tombol kloset sehingga apa yang ia muntahkan bisa menghilang bersama aliran air masuk ke saluran pembuangan. Ia menutup kloset lantas duduk di atasnya, Anie menatap Will yang terlihat begitu cemas, kemudian mengulas senyum untuk menghilangkan rasa cemas suaminya.
"Seharusnya kamu nggak lihat," kata Anie. Ia mengusap permukaan bibir dengan punggung tangan.
Will tersenyum, ia mengusap sisi wajah Anie kemudian mengecup kening.
"Tidak apa-apa, apapun yang terjadi. Aku akan selalu ada untukmu," timpal Will.
Anie hanya bisa mengulas senyum, perutnya benar-benar terasa tidak nyaman. Rasanya ada sesuatu yang terus berputar di dalan perut sehingga membuatnya merasa mual.
Melihat wajah Anie yang pucat dan tubuhnya lemah, Will pun meraup tubuh Anie dan membawanya ke atas tempat tidur, membaringkan perlahan hingga menyelimuti tubuh Anie yang sedikit dingin.
"Istirahatlah, oke!" Will mengusap pucuk kepala Anie sebelum mendaratkan kecupan di kening.
Anie mengangguk, ia lantas mencoba untuk memejamkan mata. Rasa tidak nyaman di perutnya benar-benar membuat lelah dan lemas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Just Rara
anie hamil gak suka makan daging
2022-04-16
0
😘 sweet baby😘
kl tak suka makan daging.. biasanya anakny cewek tuh..😘
2021-04-15
0
Anggie Adjah
slamat will anie
2021-04-13
0