LT 4

Will dan Anie sedang dalam perjalanan menuju rumah Emyr. Beberapa waktu yang lalu, Gwen menghubungi Anie dan meminta dirinya datang ke rumah karena Charlotte membuat makan malam untuk mereka.

Saat tiba di halaman rumah orangtua kandungnya, Anie melihat mobil Ethan sudah terparkir di halaman.

"Mom ngundang Enthan juga," ucap Anie seraya melepas seat belt.

"Mungkin makan malam sebagai satu keluarga, bagaimanapun Ethan akan jadi kakak kita, nggak nyangka!" timpal Will.

Anie menoleh pada suaminya, ia lantas mengulas senyum kemudian turun dari mobil bersama.

Will menggandeng tangan Anie, menautkan jari jemari mereka satu sama lain.

Begitu masuk ke dalam, Anie bisa melihat jika orangtunya sudah menyiapkan makan malam spesial.

"Akhirnya kalian datang!" Gwen yang sedang bercengkrama dngan Ethan pun langsung bangun dan mnambut Anie.

"Wah, sepertinya benar-benar akan jadi makan malam spesial," ujar Anie.

Gwen mengangguk, ia kemudian mengajak Anie dan Will menuju ruang makan, Ethan mengikuti dibelakang mereka.

Malam itu mereka makan malam dengan bahagia, di mana satu keluarga utuh tampak bahagia menerima satu sama lain. Anie sendiri tidak menyangka jika ia akan bisa menerima kehadiran Charlotte dan kini ia bisa memiliki keluarga kandung seutuhnya.

"Pernikahan kalian sebentar lagi akan dilaksanakan, apa semuanya sudah selesai diurus?" tanya Anie pada Gwen dan Ethan.

Setelah makan malam selesai, mereka tampak duduk di luar dekat kolam renang. Sedangkan Emyr dan Charlotte memilih duduk di dalam.

"Sudah, tempat resepsi juga undangan sudah siap," jawab Ethan.

Will tampak memutar-mutar botol wine yang sudah kosong, hingga Gwen menghentikan botol itu, membuat Will langsung menatap Gwen.

"Main Truth or Dare!" ajak Gwen.

Semua menatap Gwen, tidak mengerti kenapa gadis itu mengajak bermain permainan kejujuran atau tantangan.

"Oke!" Anie yang pertama kali menjawab.

Ethan dan Will saling pandang, tapi kemudian mereka mengangguk tanda ikut.

"Aku yang putar!"

Gwen memutar botol itu hinga berputar beberapa kali hingga ujungnya berhenti menghadap Ethan.

"Truth Or Dare?" tanya Gwen.

"True," jawab Ethan.

"Aku dulu yang bertanya!" pinta Will penuh semangat.

Ethan mendesah kasar, ia tahu jika Will pasti akan memberi pertanyaan yang sulit untuk dirinya.

"Anie dan Gwen, kamu menyukai keduanya. Mana yang lebih besar rasa suka antara Anie dan Gwen?"

Anie langsung menoleh pada Will ketika suaminya itu bertanya akan hal itu. Anie takut jika itu akan menyakiti perasaan Gwen.

"Will," lirih Anie menatap Will.

Will yang tahu akan isyarat istrinya pun hanya mengulas senyum, ia kemudian mengalihkan tatapan ke arah Ethan. Gwn sendiri menunggu jawaban Ethan, karena ia juga tahu kalau Ethan pernah menyukai saudarinya itu sebelum dirinya.

"Seberapa besar, ya?" Ethan tampak mendesis pelan, ia menatap Anie kemudian menatap Gwen yang terlihat cemas menunggu jawabannya.

"Sama," jawab Ethan yang membuat ketiga orang menanti jawaban darinya itu langsung tercengang.

"Sa-sama apanya?" tanya Anie tergagap, ia menoleh pada Gwen yang terlihat terus menatap Ethan.

Ethan mengulas senyum, ia menggenggam telapak tangan Gwen yang ada di pangkuan. "Iya sama, sama besarnya. Hanya saja beda posisinya. Aku menyayangi Anie sebagai seorang adik, sedangkan menyayangi Gwen sebagai sepasang kekasih dan yang sebentar lagi akan jadi istri," jawab Ethan yang langsung membenturkan kening ke dahi Gwen yang terlihat tegang.

Anie menghela napas lega, ia kemudian memukul lengan Will yang terlihat santai dengan senyum tipis. "Ish ... lain kali jangan tanya yang aneh-aneh!"

"Ini 'kan cuman permainan, An! Kenapa dianggap serius, sih!" Bela Will yang langsung merangkul pundak Anie.

"Oke, putar lagi!" Gwen terlihat bersemangat lagi setelah tadi hampir frustasi mendengar jawaban Ethan.

Mereka terlihat antusias, Gwen memutar dengan keras hingga akhirnya ujung botol berhenti dan mengarah pada Anie.

"Truth Or Dare?" tanya Gwen.

"Truth," jawab Anie.

"Aku yang tanya!" pinta Gwen penuh semangat.

Anie sudah bisa mencium bau-bau keanehan dengan pertanyaan yang akan dilontarkan Gwen.

"Kapan kamu akan kasih aku keponakan?" tanya Gwen.

"Ah ... itu curang! Tidak akan aku jawab!" tolak Anie seraya menggoyangkan telapak tangan di udara tanda menolak.

"Nggak bisa! Harus jawab!" kekeh Gwen.

Will hanya bisa garuk-garuk kepala, tidak menyangka jika gadis yang akan jadi kakaknya itu begitu sangat terbuka menanyakan hal yang sebenarnya dia pun tidak tahu jawabannya.

"Gwen! kamu tanyanya aneh-aneh, udah nggak usah dijawab. Lanjut saja!" Ethan membela Anie.

Gwen mencebik, tapi sedetik kemudian ia tertawa lepas, membuat semuanya ikut tertawa, mereka pun akhirnya melanjutkan permainan hingga lupa waktu. Ini adalah untuk pertama kalinya mereka berkumpul dan tertawa bersama, melupakan kisah jika pernah hampir ada cinta segitiga diantara Will, Anie, dan Ethan jika tidak ada Gwen yang muncul dan mencuri hati Ethan.

-

-

Will meraba sisi ranjang, ia tidak mendapati keberadaan Anie untuk ia peluk. Will mengerjapkan kelopak mata berkali-kali agar bisa terbuka sempurnya. Ia meraih ponsel di atas nakas dan melihat pukul berapa sekarang.

"Jam dua."

Will bangun dan mengedarkan pandangan, ia mencari keberadaan Anie tapi tidak mendapati wanita itu. Akhirnya Will memutuskan untuk turun dari ranjang dan keluar kamar.

Lampu dapur terlihat menyala, ia bisa menebak jika Anie berada di dapur.

"Kamu sedang apa, An?" tanya Will yang sudah berdiri di ambang pintu.

"Oh, kamu bangun! Aku lapar jadi buat sedikit makanan, kamu mau makan juga?" tanya Anie balik.

Anie fokus dengan makanan yang sedang ia masak, wanita itu terlihat sesekali menghidu aroma uap panas yang mengepul.

Will merengkuh pinggang Anie dari belakang. Ia bergelayut manja seraya menaruh dagunya di pundak Anie.

"Cobain!" Anie sudah menyendok kuah masakan yang ia buat lantas menyodorkan ke mulut Will.

"Bagaimana?" tanya Anie sedikit memutar tubuhnya.

"Enak, tapi terlalu pedas," jawab Will.

Pria itu melepas pelukan lantas berjalan mengambil air minum. Anie tertawa kecil melihat suaminya kepedasan, ia pun mematikan api lantas mengambil mangkuk dan memindah sup yang ia masak.

"An, kamu tumben malam-malam makan." Will ikut duduk di kursi sebelah Anie.

"Pengen aja, tadi tiba-tiba lapar jadi aku bangun dan masak karena nggak ada apa-apa," jawab Anie.

Ia meniup uap panas yang mengepul dari sup yang sudah ada di sendok. Tangan satunya tampak memegangi rambutnya yang terus jatuh hampir masuk ke mangkuk.

Will yang sadar akan hal itu pun dengan sigap meraih rambut Anie, memegangi agar istrinya bisa makan dengan leluasa.

"Kamu mau?" tanya Anie seraya menyodorkan sendok berisi sup.

Will hanya mengulas senyum, ia membuka mulut dan membiarkan Anie menyuapinya. Karena Anie terlihat kerepotan dengan rambutnya, akhirnya Will menggeser mangkuk ke arahnya dan dia yang menyuapi.

"Biar aku saja," ucap Will.

Anie tersenyum seraya mengangguk, membiarkan suaminya menyuapi dengan perlahan dan penuh perhatian.

Terpopuler

Comments

Just Rara

Just Rara

so sweet si will😍

2022-04-16

0

Erika Darma Yunita

Erika Darma Yunita

ingat Jodi jova.... mirip bgt ma Ayah-nya

2021-10-15

0

Anggie Adjah

Anggie Adjah

so sweet

2021-04-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!