"Bunda mau cari suami apa anak?!!!!" Ravin menjerit dalam hati.
Seminggu setelah mengatakan jika dirinya menerima segala keputusan sang bunda. Akhirnya Aashita memperkenalkan pria yang ia maksud kepada putranya.
Audrey terlihat sesekali melirik suaminya, ia tahu jika si iblis tampannya itu marah, tapi ditahan karena Audrey sudah mengingatkan sebelumnya untuk tidak membuat masalah.
"Kenalin, Rav! Katanya pengen kenalan?" Aashita sudah duduk di sebelah pria yang dimaksud.
"Bun, bisa omong sebentar?" tanya Ravin pada Aashita.
Pria yang dimaksud Aashita, terlihat diam, anteng, tapi raut wajahnya begitu tegas dengan karisma yang kuat. Audrey saja mau mengajak bicara juga bingung.
Ravin mengajak Aashita ke kamar, wanita yang kini berumur lima puluh lebih itu pun tampak santai menanggapi putranya yang terlihat emosi.
Aashita duduk di tepian ranjang seraya menyilang 'kan kakinya, tangannya bersidekap menatap sang putra, menunggu apa yang ingin dibicarakan oleh Ravin.
"Mau omong apa?" tanya Aashita santai.
"Bun! Bunda ini mau nyari suami apa anak? Lihat dia, kenapa masih muda banget?" tanya juga protes Ravin pada Aashita.
"Dih ... suka-suka Bunda! Kamu aja sekarang sesuka hatimu, ya Bunda ikutan aja," timpal Aashita tak mau tahu tentang putranya yang tidak suka.
Ravin menghela napas, ia tahu jika dirinya sudah mengabaikan wanita yang melahirkannya itu. Selama ini dia tidak pernah menbantah, membentak atau marah pada Aashita, mengingat jika wanita itu sudah berkorban banyak dan merawatnya sepenuh hati dengan cinta dan kasih sayang tak terkira.
Ravin berjongkok di depan Aashita, menggenggam erat kedua telapak tangan yang tadinya bersidekap sekarang di atas lutut.
"Bunda boleh nikah, tapi ya yang seumuran sama Bunda. Aku nggak mau kalau Bunda cuman dimanfaatin. Setidaknya, carilah orang yang benar-benar bisa menyayangi Bunda dan tidak menuntut apapun dari Bunda," ujar Ravin panjang lebar. Ia lantas menjatuhkan kepala di pangkuan ibunya.
Aashita mengulum bibirnya dalam-dalam, melihat putranya sampai segitunya membuat Aashita ingin tertawa.
Di sisi lain, Audrey tampak canggung karena pria yang ada dihadapannya, sepertinya seumuran dengan sang suami. Lalu bagaimana bisa nantinya dia suruh memanggil dengan sebutan 'ayah'.
"Teh!" tawar Audrey memecah keheningan.
"Terima kasih," ucap pria itu tanpa senyum dan langsung menyeruput teh yang tersaji.
"Anda berasal dari mana?" tanya Audrey.
"Inggris," jawab pria itu singkat.
"Oh, Inggris. Jauh ya!" Audrey mencoba mengurai rasa canggung. "Siapa nama Anda, tadi Bunda lupa memperkenalkan?" tanya Audrey lagi.
"Emyr," jawab pria itu.
"Sesuai dengan asalnya," batin Audrey.
"Sepertinya Anda masih muda, ya! Seumuran dengan suamiku," ujar Audrey.
"Iya, umur saya dua puluh sembilan tahun," jawabnya yang kembali menyeruput tehnya.
"Kenapa Anda mau menikah dengan Bunda? Apa ada alasan khusus?" tanya Audrey blak-blakan, kalau tidak! Bukan Audrey namanya.
Mendengar kata 'menikah' membuat Emyr menyemburkan teh yang baru saja masuk ke rongga mulut, lantas menaruh cangkirnya dan mengambil selembar tissue untuk mengusap permukaan bibir.
"Siapa yang mau menikah?" tanya Emyr kebingungan.
"Lho, bukannya Bunda ngenalin Anda karena kalian mau menikah?" tanya Audrey balik yang sekarang bingung.
Emyr menahan tawa. Setelah duduk hampir satu jam, Audrey baru melihat pria itu mengeluarkan ekspresi selain wajah datarnya.
"Kalian di kerjai nyonya Aashita," ucap Emyr.
Audrey mengernyitkan dahi tidak mengerti, akhirnya Emyr mengatakan maksud kedatangannya di Indonesia. Pria single yang belum ada niat menikah itu, sebenarnya ingin mencari tahu tentang gadis yang disukai kembarannya. Namun, karena tidak mengenal siapapun di Indonesia, Emyr akhirnya meminta tolong Aashita untuk membantunya. Emyr sendiri mengenal Aashita sudah lebih dari dua tahun, itu berarti sebelum Aashita kembali ke Indonesia untuk bertemu Audrey. Mereka bertemu di Inggris, Aashita yang kena jambret, ditolong oleh Emyr dan mulai saat itu mereka akrab. Apalagi Aashita adalah wanita yang supel dan mudah bergaul dengan siapa saja. Aashita menganggap Emyr seperti putranya mengingat jika umurnya dengan Ravin sama.
"Apa?" Audrey terkejut dengan mulut menganga, tak percaya jika mertuanya jahilnya melebihi sang suami.
"Astaga Bunda! Isengnya!" Audrey tergelak, sungguh tidak menyangka.
Di sisi lain, Ravin masih merayu-rayu Aashita agar mau membatalkan rencana nikah yang sebenarnya hanyalah keisengan wanita itu untuk mengerjai putranya agar merasa bersalah. Ia kesal karena Ravin melupakan dirinya, mentang-mentang sudah punya istri. Sebagai seorang ibu wajar jika cemburu, tapi masih di batas wajar, dan tidak sampai membabi buta tak jelas.
"Pokoknya Bunda mau nikah, titik tak pakai koma!" kekeh Aashita.
"Boleh Bun, Boleh. Tapi jangan sama dia, gantilah!" pinta Ravin memelas masih berlutut di depan Aashita.
Aashita menggelengkan kepala, ia tidak mau menuruti perkataan putranya, meski dalam hati ia ingin meledakkan tawa.
"Ganti siapa? Kalau bukan Shaheer Sheikh versi indianya atau Yang Yang versi cinanya, Bunda ogah!" tolak Aashita yang masih belum puas mengerjai.
"Ya ampun, Bun! Mana ada artis mau nikah sama Bunda! Bunda jangan aneh-aneh!" seru Ravin yang terlampau kesal dan takut.
"Ya sudah, terima Emyr. Toh dia tampan, heroik, muda lagi," ujar Aashita memuji-muji Emyr.
"BUNDA!!!!"
Ravin seperti anak kecil sekarang, dia menangis dengan kepala di pangkuan ibunya. Meski Ravin terkenal galak dan tegas, tapi jika bersama Aashita, ia akan berada di mode kalem dan manja.
"Apa sih, Rav! Kamu malu-maluin, masa iya udah punya anak satu malah nangis!" cibir Aashita masih mencoba menahan tawa.
"Biarin! Salah Bunda, pokoknya aku nggak mau punya ayah umurnya kayak aku," kekeh Ravin.
"Dah, ah! Bunda mau keluar, masa iya punya tamu kok ditinggal ngumpet!" cicit Aashita yang langsung berdiri dan keluar dari kamar.
Audrey yang melihat ekspresi mertuanya, sudah bisa menebak jika wanita itu berhasil mengerjai suaminya. Benar saja, Ravin keluar dengan wajah tertekuk, lantas mengekor pada ibunya.
Mereka duduk lagi di ruang tamu, Emyr menatap Aashita sudah bisa menebak juga. Ravin duduk di sebelah sang istri dengan wajah tertekuk.
"Tuh, Myr! Putraku nanya, kamu mau jadi suami apa anakku?" tanya Aashita pada Emyr.
"Anak saja, Nyonya Aashita," jawab Emyr.
Tentu saja jawaban Emyr membuat Ravin langsung melotot. Audrey membungkam mulutnya agar tawanya tidak meledak melihat ekspresi suaminya. Aashita tergelak keras karena sudah berhasil mengerjai putranya. Emyr yang memang memiliki wajah yang tegas dan dingin hanya tersenyum tipis.
"Bunda!!!!" seru Ravin yang sadar jika dikerjai.
_
_
_
_
Yang penasaran siapa itu Emyr? si seksi yang heroik, bisa baca cerita othor yang I Love My Uncle, dia figuran di sana. meski ga full, tapi ada bab di mana menceritakan tentang dirinya dan kembarannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Windy Veriyanti
Owalaah...iki Emyr bapak e Anie karo Gwen toh? 😁
2021-05-29
3
Zuli Mariana
emyr dan emran
2021-05-05
0
🌟Rendra🌟
Dikerjain ibunya
2021-04-19
0