Akhirnya setelah satu Minggu dan berkonsultasi dengan dokter, kini aset pribadi yang menjadi hak Nana bisa mengeluarkan ASI dengan lancar jaya bebas hambatan kaya jalan tol yang baru diresmikan.
Siang itu, Audrey sedang duduk di ruang keluarga seraya memangku Nana, karena dirinya masih ambil cuti, membuat Audrey ?bisa mengurus si kecil Nana.
"Mana Nana 'ku sayang!"
Suara lantang terdengar dari pintu utama, membuat Audrey yang baru saja menidurkan Nana di pangkuan terkejut, bayi itu juga terkejut.
Nana menangis, membuat Audrey harus berdiri dan menimangnya agar mau diam.
"OPS! Bunda terlalu keras, ya!"
Ternyata bunda Aashita yang datang, akhirnya wanita itu bisa kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan semua urusannya.
"Bunda," sapa Audreya dengan senyum bahagia, akhirnya wanita itu datang.
Aashita langsung mengambil Nana dari gendongan Audrey, menimangnya penuh kasih sayang dengan sesekali mengecupi pipi Nana yang berisi dan terlihat bulat menggemaskan.
"Ya ampun, bunda gemes sama dia," ucap Aashita menggesekkan hidung ke hidung Nana, membuat bayi mungil itu sedikit menggeliat.
Audrey tersenyum bahagia melihat jika putrinya banyak yang menyayangi, ia membiarkan Aashita menggendong Nana.
"Bunda, kenapa tidak menghubungi dulu, biar kami bisa jemput," kata Audrey menatap mertuanya yang sedang fokus dengan Nana.
Aashita menatap Audrey, kemudian terlihat mencebik kesal.
"Dasar punya anak kok durhaka, Bunda sudah omong Ravin dari dua hari yang lalu. Tapi ternyata tadi dia tidak menjemput di bandara, ck ...."
Audrey terkesiap, ia mengingat jika Ravin tidak pernah bilang jika Aashita akan pulang.
"Apa dia lupa?" Audrey bertanya-tanya dalam hati.
"Ya, sudahlah! Yang penting Bunda sudah di sini, dan mau bermain dengan Nana sepuasnya," ucap Aashita yang melupakan rasa kesalnya ketika melihat wajah lucu dan menggemaskan Nana.
Audrey tersenyum melihat mertuanya itu tidak marah, ternyata Nana bisa membuat Oma-nya tenang.
_
_
_
_
Ravin baru saja pulang, ia langsung masuk kamar dan tidak mendapati istri maupun bayinya di kamar.
"Drey!" panggil Ravin ketika mendengar suara gemericik air di kamar mandi.
"Iya Vin!" sahut Audrey.
Sedetik kemudian Audrey keluar dari kamar mandi dengan menggunakan bathrobe.
"Baru pulang!" Audrey langsung menyambut suaminya dengan sebuah kecupan di bibir.
"Nana sama siapa?" tanya Ravin kemudian seraya membuka kancing kemejanya.
"Sama bunda," jawab Audrey dari dalam kamar ganti.
Mendengar kata 'bunda', membuat Ravin langsung membulatkan bola mata lebar.
"Astaga! Aku lupa kalau suruh jemput bunda." Ravin terlihat panik menoleh pada pintu kamar ganti.
Audrey keluar seraya mengancingkan piyamanya, lantas ia menghampiri suaminya yang panik.
"Iya, tadi bunda bilang katanya kamu nggak jemput," kata Audrey yang melihat ekspresi panik dan bingung suaminya.
"Bunda marah nggak?" tanyanya menyelidik.
"Tadinya marah, tapi habis lihat Nana, marahnya ilang," jelas Audrey kemudian.
Ravin menghela napas seraya mengusap dadanya. "Syukur, bisa pusing kalau bunda marah."
Audrey tertawa kecil melihat air muka suaminya, ia tahu jika Ravin sangat menurut pada Aashita. Bagi Ravin, Aashita adalah wanita yang akan selalu ia hormati dan takuti sampai kapanpun.
_
_
_
_
Saat makan malam, Aashita terus memicingkan mata pada Ravin, membuat pria itu salah tingkah.
Ravin sudah meminta maaf karena lupa, tapi sepertinya saat tidak ada Nana, Aashita kembali kesal dengan putranya itu.
"Bunda mau nikah lagi," ucap Aashita memecah keheningan.
Ravin yang sedang menyesap kuah sup langsung tersedak, Audrey tak kalah terkejut dan langsung menatap mertuanya itu.
"Ngapain Bunda? Bunda umur berapa mau nikah lagi?" Ravin melayangkan protes setelah mengelap permukaan bibirnya yang terkena cipratan kuah.
"Dih ... suka-suka Bundalah! Kamu aja nggak sayang Bunda, melupakan Bunda, ngapain nanya-nanya umur," cicit Aashita membuat Ravin serba salah.
"Memangnya Bunda mau nikah sama siapa?" tanya Audrey mencoba memahami perasaan dan keinginan wanita itu.
Aashita tidak langsung menjawab, ia melirik Ravin yang hanya diam.
"Nanti Bunda kenalkan," ucap wanita itu yang melanjutkan makannya.
Ravin melirik pada Audrey, jelas pria itu tidak mau punya ayah tiri.
_
_
_
_
Ravin terlihat mondar-mandir di kamar, membuat Audrey yang sedang menyusui Nana bingung sendiri.
"Vin! Kenapa sih?" tanya Audrey pada akhirnya.
"Masa kamu setuju kalau bunda mau nikah lagi?" Ravin menatap istrinya dengan raut wajah penuh kecemasan.
Audrey tersenyum tipis, ia lantas menaruh Nana yang sudah tidur di atas ranjang, ia kemudian berdiri lalu memeluk suaminya dari belakang, menyandarkan kepala di punggung prianya itu.
"Biarkan saja Vin," ucap Audrey yang membuat Ravin terkejut.
"Kok biarkan?" Ravin bertanya-tanya.
Audrey mengurai pelukannya, ia memutar badan hingga saling berhadapan dengan suaminya.
"Kamu nggak kasihan sama bunda? Dia udah hidup sendiri selama berapa tahun? Kalau dulu ada kamu yang bisa nemenin bunda ke mana-mana, tapi sekarang beda, kamu punya aku dan Nana, tentu saja membuat bunda kesepian karena dia ke sana-sini sendirian," ujar Audrey panjang lebar menjelaskan, jemarinya tampak mengusap lengan Ravin.
"Kalau bunda nikah, apa suaminya bisa membahagiakan dia? Bagaimana jika pria itu jahat dan cuman memanfaatkan bunda saja," timpal Ravin.
Dia hanya khawatir jika pria yang menikahi ibunya tidak mencintai Aashita sepenuh hati.
"Ya, kita lihat dulu. Kita nilai dan selidiki asal-usul dan sifat pria pilihan bunda, baru setelah itu kita putuskan setuju atau tidak."
Audrey memberi pengertian pada suaminya, ia hanya tidak ingin jika Ravin memutuskan secara sepihak tanpa mengerti perasaan ibunya.
"Kamu bijak banget," puji Ravin seraya menyematkan helaian rambut ke belakang telinga Audrey.
"Aku memang bijak," balas Audrey seraya melirik ke samping.
Ravin menangkup sisi wajah Audrey, mendaratkan bibirnya kemudian menyesap perlahan dan mengulum daging tak bertulang istrinya yang terlihat begitu menggoda.
"Duh ...." lirih Ravin setelah melepas tautan bibirnya.
"Kenapa?" tanya Audrey bingung melihat ekspresi Ravin yang tidak berani menatapnya.
"Adik kecil minta keluar dari karantina gara-gara cium kamu," ucap Ravin tanpa dosa seraya melirik istrinya.
"Hah!!" Audrey membulatkan bola mata lebar. "Vin! Jangan main-main, aku nggak ikut tanggung jawab. Siapa yang suruh cium segala!" protes Audrey seraya mundur dari tempat suaminya berdiri.
Ravin terkekeh geli melihat ekspresi wajah Audrey yang panik. Ia lantas menarik tangan istrinya yang sempat mundur menjauh darinya hingga kini berada di dekapan.
"Canda, Drey! Serius amat!" seloroh Ravin.
"Ck ... dasar ngeselin!" Audrey memukul dada bidang Ravin dengan mencebik kesal karena sering dikerjai.
Suaminya itu masih memeluk dengan tawa kecil, sedangkan Audrey tampak mempererat pelukannya seraya menghidu aroma maskulin dari tubuh Ravin.
_
_
_
_
Bantu Like komen ya, terima kasih🙏🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Rafi Aderaia
ttp setia sama ravin audrey,,
lanjut..
2021-08-04
0
🌟Rendra🌟
Lanjut
2021-04-19
0
Liaaulia361 Lia
hadir thor
2021-04-18
3