Untuk sesaat, Berlian merasa kesal. Namun beberapa detik kemudian, ia baru menyadari bahwa Gempita tidak bisa melihat gumpalan asap hitam yang sedang melilitnya saat ini.
"Sini dong, Er. Jangan malu-malu! Anggap aja kamar sendiri," ujar Gempita tak sadar diri.
Berlian membulatkan kedua matanya sempurna, ketika gumpalan asap hitam itu perlahan membebaskannya dan terbang kembali ke dalam layar lappy-nya. Bisa dibayangkan, penampakan asap hitam itu sama persis dengan asap terbang yang melesat pergi seperti di dalam cuplikan film-film bertajuk penyihir.
Gadis cupu itu melorotkan tubuhnya ke lantai. Merasa kehabisan seluruh tenaganya hanya dalam beberapa menit.
Gempita sontak bangkit dan menghampiri Berlian.
"Kamu kenapa, Er?" Gadis Ngapak itu terlihat gusar menyaksikan kondisi Berlian. Bisa ia lihat, butiran peluh yang sebesar biji kacang hijau, membasahi kening Berlian. Ia meyakini bahwa telah terjadi sesuatu aneh yang menimpa sahabatnya itu.
"I-itu ...." Berlian tak bisa berkata-kata lagi. Tubuhnya masih bergetar. Hanya gerakan jarinya saja, menunjuk lurus ke arah layar lappy.
Gempita mengekori arah telunjuk Berlian, lalu tiba-tiba ia merasakan bahwa bulu kuduknya mulai berdiri tegak.
"Ka-kamu ja-ngan nakut-nakutin i-inyong dong, Er ...," ujar Gadis yang tadinya sok ingin menyapa setan itu, tetapi ternyata belum melihat saja sudah ketakutan. Ia mengusap-ngusap tengkuknya sembari melempar pandangan ke seluruh ruangan.
Tanpa Gempita sadari, tubuh Berlian tak lagi bergetar, lalu terjerembab begitu saja ke lantai.
"Erli ...," pekik Gempita menggelegar. Ia berusaha menyadarkan sahabatnya itu dengan mengguncang-guncang tubuhnya. Namun nihil, tidak ada respon sama sekali.
"Aduuuh, kepriben iki ...?" Karena kehabisan akal, akhirnya Gempita berlari keluar kamar untuk mencari pertolongan.
...💎💎💎...
"Sayang ... sayang ...." Ibu Nila beringsut mendekati putrinya ketika melihat pergerakan dari tubuh Berlian.
"Ma-mah ...," sapa Berlian dengan suara parau. "Aku dimana, Mah?" Ia berusaha bangkit namun Ibu Nila melarangnya. Pandangannya tampak mengekori setiap sudut ruangan yang bernuansa putih itu.
"Di rumah sakit, Sayang. Gempita bilang tadi kamu tiba-tiba pingsan di kamar." Jelas Ibu Nila agar Sang Putri bisa mengingat kejadian sebelumnya.
Berlian memijat pelipisnya agak kuat. Rasa pusing tiba-tiba datang memelintir sadis urat-urat di kepalanya. Ia mencoba menyusuri kembali jejak memorinya pada beberapa jam yang lalu.
Dan ... ketemu!
Kedua bola mata Berlian kembali membulat sempurna ketika ingatannya berada pada klise penampakan asap hitam yang telah merangkeng tubuhnya.
Sebab itulah, tubuh gadis cupu itu tampak bergetar kembali, seperti orang yang sedang ketakutan hebat.
Setelah beberapa saat kemudian, masuklah seorang Dokter laki-laki yang ditemani oleh seorang Perawat Wanita setelah Ibu Manila menekan tombol urgent yang tersedia pada sisi kiri ranjang pasien, tadi. Sejurus kemudian, mereka langsung memberikan obat penenang untuk Berlian.
"Sebaiknya jangan dulu ingatkan Nona Berlian pada peristiwa yang sebelumnya terjadi ya, Nyonya."
"Baik, Dokter. Terima kasih."
Walaupun belum mengetahui pasti penyebab dari ketakutan Si Buah Hati, tentu saja hanya kalimat itu yang bisa diucapkan oleh wanita berdarah Hindustan ini. Ia mengelus lembut pipi putrinya ketika gadis itu mulai tertidur karena pengaruh obat.
"Kalo kamu mau pulang, gak papa kok, Sayang," tutur lembut Ibu Manila kepada Gempita yang sedari tadi duduk di sofa yang tersedia di pojok ruangan.
"Biarin inyong tetap di sini ya, Tan. Inyong juga mau nemenin Erli."
(Tan disadur dari kata Tan-te ya, bukan Se-Tan. Tolong jangan baper!)
Ibu Manila tersenyum haru, mendengar penuturan Gadis Ngapak yang selama ini selalu tampak petakilan di matanya. Hatinya terasa menghangat. Sungguh mengharukan.
Begitulah bentuk persahabatan sejati. Saling mendukung dan menyayangi di depan tanpa harus saling menjatuhkan dan mengingkari di belakang.
"Baiklah, Tante titip Berlian sebentar ya." Ibu Manila beranjak setelah Gempita mengangguk setuju. Sepertinya wanita itu ingin menemui suaminya yang sedang berada di luar ruangan.
Malam itu, Gempita gagal menginap di rumah Berlian. Berhubung sahabatnya itu harus menjalani rawat inap, tertunda sudah keinginannya untuk berkenalan dengan Setan Aplikasi yang membuatnya penasaran itu.
"Ahhh, gagal maning."
...💎💎💎...
"Pergi ... pergi kalian ... tolong jangan ganggu aku lagi ... huhuhuuu ...." Berlian terus berteriak histeris sembari menutup kedua telinganya rapat-rapat. Air mata ketakutan telah mengukir jejak lurus di kedua pipinya. Sembari terus memekik, Berlian memejamkan kedua matanya lekat-lekat ketika netra coklat keemasan miliknya menangkap sekelebat bayangan putih yang biasa hadir di dalam mimpinya.
Tiba-tiba saja Berlian merasakan angin kencang menerpa wajahnya, membuat rambut panjangnya berdiri berterbangan membentuk lingkaran. Bayangkan saja, jika sebuah blower menerpa wajah seseorang. Sepertinya bukan hanya rambutnya saja yang menari-nari. Tetapi, kulit wajahnya pun pasti ikut bergelombang.
Bayangkan seperti apa wajah konyol Berlian saat ini!
"Jangan takut, Nona Manis ...," seru sebuah suara yang terdengar bergema di telinga Berlian. Gadis cupu itu lantas menyibak kedua kelopak matanya dengan perlahan.
Tampaklah tujuh kepala besar yang terlihat sangat eksentrik dalam pandangan Berlian. Ukuran kepala mereka memang terbilang lebih besar dibandingkan dengan kepala manusia pada umumnya.
Memakai jubah hitam pekat. Menutupi seluruh bagian tubuh mereka yang memang hanya berukuran semampai. Satu meterpun tak sampai.
Bola mata mereka juga berukuran lebih besar dari mata manusia yang paling besar sekalipun.
Pernah menyaksikan serial Hantu Casper yang sempat populer pada masanya?
Ya, benar sekali. Seperti itulah bentuk kepala dan wajah makhluk-makhluk eksentrik ini. Hanya saja, kali ini versinya tidak botak. Ditambah lagi, mereka juga memakai penutup aurat yang sengaja dibalutkan pada tubuh mereka masing-masing, sekedar untuk memenuhi syarat sebagai Setan Aplikasi Paling Horor sejagat raya versi sholih dan sholihah.
('Eksentrik' adalah sinonim dari kata 'aneh')
Berlian merasa kelu. Tubuhnya mematung tak bisa bergerak sama sekali. Apalagi untuk bergegas melarikan diri, kedua kaki dan tangannya saja seperti mati suri. Hanya bola matanya saja yang bisa bergeser ke kanan dan ke kiri. Sedangkan sepasang bibir tipisnya terbuka sempurna membentuk persegi. Eh, maksudnya ... oval.
"Maaf ya, Yang ... gue harus pake jurus sihir biar Elu kaga kabur lagi," tutur Kepala Casper yang tampak memakai mahkota di pucuk kepalanya.
Berlian mendelik terpesona. Pasalnya mahkota yang dipakai oleh Kepala Casper itu bukanlah mahkota biasa. Melainkan ... tiga buah Makaroon yang tersusun miring dengan warna yang berbeda.
Merah, kuning, hijau. Seperti warna di dalam lagu yang bertajuk Pelangi. Padahal warna Pelangi tidak hanya tiga saja, tetapi entah mengapa Kepala Casper tersebut memilih ketiga warna itu untuk menyempurnakan penampakannya.
Nah, pasti ada yang tidak tahu kan, Makaroon itu termasuk makhluk jenis apa?
Makaroon adalah salah satu jenis makanan yang berbentuk biskuit atau kue kecil yang biasanya terbuat dari kacang almond, kacang tanah, kelapa, ataupun jenis kacang-kacangan yang lainnya. Penampakannya seperti di bawah ini.
Imut sekali bukan?
Sekarang bayangkan seperti apa penampakan Kepala Casper itu!
Baiklah, mari kembali ke cerita!
Mulut Berlian sontak bergerak seperti ingin mengatakan sesuatu. Namun tetap saja, tidak ada setitik gelombang suarapun yang keluar.
"Kenalin, kita Kepala Casper, pasukan penumpas komentar spam yang berkeliaran meraja lela bahkan tanpa rasa malu di Aplikasi N.O.V.E.L.T.O.O.N, ngehehehe ...," jelas Kepala Casper yang rambutnya tampak seperti rambut jagung.
"Elu gak usah takut, Berlian. Kita muncul bukan untuk nakutin elu kok. Tapi ...." Kepala Casper yang wajahnya bulat seperti kentang itu menggantungkan kalimatnya seolah memberi ruang bagi temannya untuk memasuki peran.
"Kita nongol di sini, karena sengaja dikirim buat jadi pelindung kamu, Beb," sambung Kepala Casper yang wajahnya tampak berpoleskan make up, lengkap dengan bulu mata anti-spam-nya. Tutur katanya terdengar sangatlah sopan, namun sayang tak sesopan pikirannya yang selalu dipenuhi dengan bayang-bayang roti sobek.
Berlian masih bergeming. Mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh pasukan horor anti-spam itu yang membuatnya semakin tertegun.
"Jadi ...." Kepala Casper yang aura negatifnya paling kuat, bergerak melayang mendekati Berlian.
"Elu gak perlu bingung, Berlian ...." Kepala Casper itu menjeda kalimatnya sejenak. Membuat Berlian menelan salivanya dengan sudah payah, ketika kedua bola matanya bersitatap dengan makhluk menyeramkan yang berada tepat di hadapannya.
"Karena memang hanya elu yang bisa melihat sosok kita," lanjutnya.
"Dan satu lagi ... karena elu orang yang terpilih," sambung Kepala Casper yang memiliki rambut panjang sepinggang. "Jadi ini semua bukan sekedar halusinasi," lanjutnya, mematahkan hepotesis Berlian. Seolah-olah makhluk itu bisa membaca pikiran Berlian sebelumnya.
Berlian semakin tercengang. Entah berada di dunia manakah ia saat ini? Bagaimana setan-setan itu bisa mengetahui identitasnya? Gadis cupu itu mulai memikirkannya.
Melihat Berlian yang masih setia bergeming, semua Kepala Casper itu kembali ke barisan semula. Membentuk shaf seperti para makmum yang bersiap-siap untuk melaksanakan shalat berjamaah.
"Kenalin, aku Kepala Syantik ... Kepala Casper yang paling hobi ngomik cabul di dalam tim ini. Eh, elaaah keceplosan." Kepala pertama memulai misi perkenalannya dengan nada khas bicaranya yang terdengar manja. Di pucuk kepalanya terpasang mahkota berbentuk dua potong roti sobek dengan topping keju mozarella yang terlihat sangat menggiurkan.
"Gua Kepala Koneng, Nona Manis. Dan ... gua adalah Kepala Casper paling pemes sejagat N.O.V.E.L.T.O.O.N, ngahahahaha ...." Kepala kedua mengambil alih pembicaraan, dengan rambut jagungnya yang menari-nari karena hembusan angin.
"Dan gue ... gue Kepala Kentang. Bukan kentang goreng krispi ya, tapi Kepalang Tanggung. Dulunya pingin jadi penulis pemes, tapi berhubung level nulis gue mandek di warna cokelat, makanya gue ngedaftar buat jadi jurik ajah di mari, hihihihihi ...." Kepala ketiga menyambut gilirannya sembari cekikikan seperti kuntilanak.
"Gue Kepala Kunti, tapi tolong jangan pernah panggil gue Kun, Ti, ato Lanak! Tapi, panggil gue ... 'Penyeksah abadeh' ya, Yang ...." Kepala keempat mengibaskan rambut panjangnya yang berhias Makaroon tiga warna itu.
"Kenalin ... yang paling hobi makan dan yang paling imut di sini adalah ... gue! Kepala Vampire. Gue sengaja pake kacamata item, biar Elu kaga silau pas mandangin mata gue yang bermanik-manik." Ia membenarkan posisi kacamatanya yang terlihat tidak berantakan sama sekali. "Dan yang perlu diingat lagi adalah ... gue bukan cowok." Kepala kelima menyeringai tipis, menampakkan kedua ujung taringnya dengan jelas. Darah basi yang dibiarkan terjun bebas dari sebelah sudut bibirnya, memang sudah lama tidak dicuci dengan sabun. Bahkan kedua taringnya itupun sudah lama tidak digosok dengan pasta gigi.
"Gue ... Kepala Keparat. Paling gemes ama Authors yang suka nebar komentar spam tapi masih aja ngaku-ngaku baca karya orang. Padahal ... trending-nya aja penuh dengan komentar sejenis yang di copy-paste ke seluruh karya penulis." Ia menghela nafasnya yang terdengar memburu. "Rasa pingin gue keramasin tuh Authors." Kepala keenam menggeram hebat dengan wajah dinginnya, sehingga Berlian juga ikut bergidik ngeri.
"Gua ... gua Kepala Terakhir. Rambut gua emang panjang, tapi gua bukan cewek. Melainkan ... Banci Rangkasbitung yang paling ganteng."
Semua mata tertuju pada Kepala terakhir. Lelucon kali ini sungguh terdengar gurih dan renyah, sehingga membuat semua Kepala Casper itu tertawa bersama-sama.
Namun tidak dengan Berlian. Ia masih saja mematung kaku. Antara merasa takut dan bingung.
Lalu beberapa menit kemudian, ia merasakan bahwa tubuhnya terbebas dari sihir Kepala Kunti. Terasa longgar dan tidak kaku lagi. Ditambah lagi, sayup-sayup terdengar suara seorang laki-laki yang memanggil namanya berkali-kali.
...Berlian...
...Berlian...
...Berlian...
...Berlian...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Ria Diana Santi
Aduhhhhh ngenak banget nih paragraf nya kak. 🙃👍🏻
2022-08-30
0
Ria Diana Santi
Setan aplikasi?🙃 behhh emang ngerinya setannya kak.
2022-08-30
0
Purnama Dewi
Perkenalkan aku dari tim kreatif:
kriuk gurih renyah, di kolom comentar app
N.O.V.E.L.T.O.O.N
yang di sponsori oleh "kacang bawang"
(Kecewa Karena Abang).
🥜😎
mewakili ciwi², yang tingkat kebaperan'nya.,.
sangat meresahkan di kolom comentar
salam ho a.. ho e..🙏😂
2021-12-13
1