...Satu...
...Dua...
...Tiga...
...Empat...
...Lima...
...Enam...
...Tujuh...
Berlian hanya terdiam sembari menghitung jumlah makhluk aneh itu berdasarkan warna suaranya. Alih-alih merasa takut, gadis cupu itu malah tertawa kecil akibat menyimak percakapan kocak mereka. Namun ia masih belum berani keluar dari dalam selimutnya.
Beberapa saat kemudian, Berlian kembali bergidik ngeri ketika ia menyadari bahwa suasana di dalam kamarnya mendadak senyap.
Kemana perginya makhluk-makhluk itu?
Berlian bertanya-tanya di dalam benaknya. Bengan sisa keberanian yang hanya sepuluh persen, ia mengintip sedikit dari lubang kecil yang ia ciptakan sendiri pada sisi kiri selimut.
Tet ... Tot ....
Anda belum beruntung!
Kosong melompong. Tidak ada sebiji makhluk pun yang tampak eksis di sana.
Dengan gerak lamban Berlian menyingkap selimutnya. Namun sayang, dalam hitungan sepersekian detik, makhluk-makhluk itu melesat bersamaan mengitari Berlian dengan ekspresi wajah kamvret mereka, yang tentu saja sangat mengerikan bagi Berlian.
Gadis itu mematung dengan mulut ternganga seperti yang tertera pada cover novel ini. Tidak ada tanda-tanda sedikitpun yang menunjukkan bahwa ia sedang terkejut.
Mungkinkah ia sedang terpesona?
Tidak mungkin, karena beberapa detik kemudian ... teriakannya terdengar membahana.
"Hantu Ceboool ...," pekik Berlian sembari berlari menuju kamar mandi dan mengunci pintunya rapat-rapat. Tubuhnya tampak bergetar hebat karena merasakan bulu kuduknya yang menari-nari ke sana ke mari.
"Apa katanya tadi? Kita 'Hantu Cebol'?" Koreksi salah satu makhluk aneh yang perawakannya paling subur.
"Elah ... bentuk lu makmur dan semampai begitu, pake kaga terima lagi dijulukin Cebol, ngaca woi, ngahahaha ...," ejek makhluk aneh lainnya yang terlihat paling kamvret.
"Apa sih lu, Rambut Jagung?" Cebik makhluk aneh yang tampak paling subur tadi.
Seketika itu juga semua pandangan tertuju pada makhluk aneh yang biasa dijuluki 'Rambut Jagung' itu.
"Sesama Cebol gak boleh saling hujat tau, dasar Cebol," kelakar makhluk aneh lainnya secara bersamaan.
"Udah, udah. Misi kita belum kelar nih," seru salah satu makhluk aneh yang aura negatifnya paling kuat. Makhluk yang satu ini memang paling disegani oleh makhluk-makhluk yang lainnya.
"Emangnya misi kita apaan sih? Aku udah gak sabar nih mau ngomik cabul," tutur makhluk aneh yang paling pendek.
"Dasar Hantu *****, roti sobek ... aja yang ada di pikiran lu. Ntar kalo muntah roti sobek baru tau rasa lu," sinis makhluk aneh lain yang bentuk wajahnya seperti kentang.
"Yak yok, gue ikutan ngomik juga kalo gitu," timpal makhluk aneh yang paling subur.
"Bisa fokus gak lu pada? Kita ke sini bukan mau bacotin hal yang gak penting tau. Buang-buang waktu aja, ngarti?"
Kedua makhluk aneh penggemar roti sobek itu nampak merunduk sembari menggerutu tidak jelas, ketika makhluk aneh berambut panjang itu menginterupsi percakapan mereka.
"Ok, yok balik ke misi awal kita," seru makhluk aneh lainnya yang terlihat memakai mahkota di pucuk kepalanya.
Lalu makhluk aneh berambut panjang itu melayang ke arah kamar mandi dan diekori oleh makhluk-makhluk yang lainnya. Mereka semua berjejer di depan pintu kamar mandi, sembari menunggu Berlian meredam rasa takutnya.
Beberapa Menit Kemudian
Berlian menyembulkan kepalanya sebagian, mengekori setiap sudut ruangan. Sayangnya gadis itu tidak memakai kacamata, sehingga ia tidak menyadari bahwa makhluk-makhluk yang tidak ada bagus-bagusnya itu sedang berterbangan hilir mudik di langit-langit kamarnya.
Nah, sebenarnya ada satu lagi makhluk aneh yang gak ada bagusnya sama sekali. Bahkan melebihi makhluk aneh yang saat ini hobi sekali menghantui Berlian.
Siapakah dia?
Yaelah, pake noleh kanan-kiri lagi.
Itu Kamu woi...! Iya Kamu ....
Kamu yang suka bilang 'like' tapi sebenarnya gak baca sama sekali ...!
GUBRAAAK
Lanjut!
Dengan gerakan ragu, ia keluar dari kamar mandi, lalu berlari pontang-panting keluar kamar.
...💎💎💎...
"Kamu kenapa sih, Er? Inyong perhatiin akhir-akhir ini kamu sering banget ngelamun," tanya Gempita sembari mengoleskan Lip Tint pada sepasang bibir tebalnya. Sementara tangan yang satu lagi memegang erat cermin bulat setara dengan wajahnya yang berbentuk sama bulatnya.
"Entahlah, Gem. Akhir-akhir ini aku sering mengalami kejadian aneh," tutur Berlian yang masih memeluk novel kesayangannya, berbaring lurus di atas sofa yang terletak di sudut kamar sahabatnya itu.
Mendengar hal itu, Gempita yang tadinya sedang duduk di atas tempat tidur, tiba-tiba melompat dan melesat mendekati Berlian.
"Aneh kepriben sih, Er? Hati kamu jedak-jeduk gitu gak? Cogan mana yang bikin kamu kesemsem, hah?" Cerocos Gadis Ngapak itu seperti kereta api.
"Hem ...." Berlian mendesah pelan seraya memutar kedua bola matanya malas. Pembicaraan seperti ini sudah sering terjadi di antara mereka.
Karakter centil Gempita membuat ia tidak bisa berhenti membicarakan pria-pria tampan yang sebenarnya tidak penting sama sekali bagi Berlian.
Bukan berarti Berlian tidak tertarik kepada lawan jenis. Hanya saja, menghabiskan waktu dengan membicarakan tentang pria-pria yang berkeliaran di luaran sana, sungguh terasa begitu membosankan baginya.
"Kamu tuh ya, pikirannya cowok aja. Aku tuh serius tau, Gem." Berlian berdecak kesal.
"Hehehe, iya, iya, maaf. Yo wis, cerita, cerita. Iyong udah gak sabar nih pingin dengerin." Duduk lesehan di lantai marmer, bertopang dagu di tepian sofa, dan menatap lurus ke arah Berlian.
"Ngomong-ngomong aplikasi N.O.V.E.L.T.O.O.N di lappy-mu, gimana kabarnya?" Berlian memulai misinya.
"Kenapa kamu jadi nanyain kabar N.O.V.E.L.T.O.O.N punya inyong sih? Emangnya aplikasi N.OV.E.L.T.O.O.N punya kamu pernah masuk rumah sakit?" Kelakar Gempita sembari menaikkan sebelah alisnya. Sebenarnya ia sedang menahan tawa, namun karena melihat ekspresi serius dari wajah Berlian, ia tidak ingin mencari gara-gara.
"Aku paling tidak suka mengulangi kalimatku, Gem." Berlian menatap lurus ke arah Gempita.
Gempita terkekeh kecil. "Iya, iya, Sayang. Aplikasi N.O.V.E.L.T.O.O.N inyong baik-baik aja, terus?"
"Yakin nih gak ada yang aneh?"
"Yakin seribu persen." Gempita menyatukan ujung jari telunjuk dan jempol kanannya, seraya mengedipkan sebelah mata meyakinkan.
"Emangnya kenapa sih, Er?" Tanyanya lagi semakin penasaran.
Berlian bangkit dari peraduan, lalu duduk tegak menghadap Gempita sembari melipat kedua kakinya. "Aku pernah cerita kan ... kalo aku beberapa kali dihantui mimpi horor?"
Gempita tampak manggut-manggut seperti seorang babu yang sedang mendengarkan majikannya berbicara.
"Nah, tadi malam, sosok itu muncul di hadapanku, Gem." Gempita menelan salivanya dengan susah payah. Antara percaya atau tidak. Namun dia tetap mendengarkan.
"Dan yang paling aneh adalah ...." Berlian menjeda kalimatnya sembari mengingat-ingat kembali seperti apa wujud makhluk aneh yang telah membuatnya tidur di sofa ruang tamu tadi malam.
Gempita masih serius mendengarkan, bahkan bulu kuduknya mulai meremang ketika melihat ekspresi wajah Berlian yang sedang bergidik ngeri.
"Makhluk-makhluk itu ... muncul dari aplikasi N.O.V.E.L.T.O.O.N, Gem ...," sambung Berlian kembali menatap Gempita yang tiba-tiba tergelak karena penuturannya.
"Wakakak ... " Gempita tidak menyangka bahwa seorang Berlian Sighania, memiliki selera humor yang cukup tinggi. Selama ini Berlian selalu saja terlihat kaku dan serius.
"Er ... Er ... sejak kapan N.O.V.E.L.T.O.O.N melihara setan? Hahaha, inyong benar-benar terhibur nih. Lagian mana ada setan lahir dari Aplikasi, Er." Sambil terus terbahak-bahak, Gempita bangkit, lalu berjalan sempoyongan menuju tempat tidurnya. "Haduuuh ...."
"Jadi, kamu gak percaya sama aku?" Berlian menyusul Gempita dengan wajah serius.
Gempita sontak membungkam mulutnya dan menatap Berlian dengan wajah kikuk. "Begini, Er ...," jedanya membenarkan posisi menghadap Berlian. "Bukannya inyong gak percaya sama kamu, yak. Tapi ... semua orang juga gak akan percaya, kalo ada setan yang muncul dari sebuah Aplikasi online."
Berlian terdiam. Berpikir sejenak, meresapi setiap bait kalimat yang dituturkan oleh sahabatnya itu.
Setelah dipikir-pikir ... benar juga yang dikatakan oleh Gempita. Berlian tidak bisa menepisnya. Lalu ... bagaimana dengan kejadian tadi malam?
Apakah itu hanya halusinasi semata?
"Tidak, tidak. Aku tidak mungkin berhalusinasi." Berlian bergumam sendiri sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.
Melihat hal itu Gempita memicingkan kedua matanya, keheranan. "Er ...." Gadis Cirebon itu menyentuh pundak Berlian dan mengguncangnya. Namun Berlian masih saja bergeming.
"Erli ...." Suara cempreng Gempita yang terdengar memekakkan telinga, membuat Berlian terlonjak dari lamunannya.
"Iya, iya ... kenapa?" Berlian nampak gelagapan.
Gempita mendesah pelan. Merasa prihatin dengan kondisi psikis sahabatnya itu. "Apa mungkin karena tekanan dari Ayahnya, Berlian menjadi seperti ini?" Gempita bergumam di dalam hati.
"Gini aja, Er. Ntar malem inyong nginep di rumah kamu yak, gimana? Inyong juga pingin kenalan sama setan-setan yang kamu ceritain tadi."
Mendengar hal itu Berlian mengangguk penuh semangat dan memeluk Gempita dengan riang.
...💎💎💎...
Waktu mengukir senja. Berlian baru saja keluar dari kamar mandi setelah ritual pembersihan diri.
Dengan berlilitkan handuk kecil di pucuk kepalanya, Berlian duduk di atas kasur menatap monitor lappy yang sedari tadi sudah ia nyalakan.
Pandangannya fokus pada satu arah. Jari tengahnya tampak ragu namun tetap saja bergerak mengarahkan kursor pada sebuah Aplikasi yang akhir-akhir ini terasa sangat horor baginya.
Setelah melewati masa loading, akhirnya monitor menampilkan halaman beranda dari Aplikasi tersebut.
...Satu detik...
...Dua detik...
...Tiga detik...
...Empat detik...
...Lima detik...
Tidak terjadi apa-apa di sana. Semua terlihat normal. Lalu Berlian menarik nafasnya kasar. Ia terngiang-ngiang perkataan Gempita tadi siang.
"Mungkin memang benar, kalau tadi malam ... aku cuma berhalusinasi." Berlian beranjak dari duduknya, hendak menuju lemari pakaian.
Namun, saat ia masih berdiri di tepian ranjang, tiba-tiba muncul gumpalan asap hitam dari dalam monitor itu.
Berlian mundur beberapa langkah. Tatapannya fokus pada satu titik. Keringat dingin pun mulai membasahi pelipisnya. Saat ini, ia hanya bisa memeluk tubuhnya sendiri yang masih berbalut handuk kimono.
"Kali ini, aku pasti tidak sedang berhalusinasi," gumamnya pelan.
Secepat mungkin ia bergegas kabur dari sana. Namun naas, gumpalan asap hitam itu melesat mengitari dan mengerangkeng tubuhnya hingga tidak bisa bergerak.
Berlian berteriak sekuat tenaga, namun suaranya seolah tercekat. Seperti orang kelu pada umumnya, mulut Berlian bergerak namun tidak ada secuil suara pun yang tercipta.
Ia masih terus berontak untuk melepaskan diri. Namun sayang, kekuatan gumpalan asap hitam itu melebihi tenaganya yang hanya seujung kuku.
Di saat Berlian sedang berperang dengan gumpalan asap hitam itu, tiba-tiba Gempita muncul dari balik pintu kamar.
"Erli ...." pekik Gadis Cirebon itu seraya melotot ke arah Berlian.
Berlian tersentak. Ia mengangkat wajahnya dan memberi isyarat seolah sedang minta pertolongan.
"Kamu ngapain goyang-goyang kayak gitu, sih? Lagi latihan balet yak?" Gempita menambah langkah, lalu menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur dengan santainya.
Berlian melongo. Ia tidak habis pikir dengan tingkah sahabatnya itu.
Bagaimana bisa Gempita tidak peduli dengan kondisinya saat ini?
Gadis Cirebon itu lantas tak bergeming, "mau sampai kapan kamu meliuk-liuk kayak gitu, Er? Sini bobo syantik sama iyong." Gempita menepuk-nepuk kasur di sampingnya.
Untuk sesaat, Berlian merasa kesal. Namun ia sontak menyadari bahwa Gempita tidak bisa melihat gumpalan asap hitam yang sedang melilitnya saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Ria Diana Santi
Pedas nih sindiran. Btw, aku dulu sering dapat ucapan 'Like kakak', 'Hadir kak', semangat kakak' dll. Rasanya cuma bisa ngelus dada. Dan aku pun balas dengan hal serupa. 🤦🏻♀️
2022-08-30
2
Najwa Aini
saya ngakak
2022-07-19
0
Alexza Sri
kenapa yang keluar dari apk...bukan cogan" malah hantu...hadeh...🤣🤣🤣
2021-07-12
0