❤️❤️❤️
Teng teng teng !!!
"Makasih ya pak." Ujarku sambil memberikan ongkos ojek pada tukang ojek langganan ku.
Dengan tergesa-gesa aku berlari dari gerbang sekolah setelah mendengar bunyi lonceng.
Hari ini hari senin, yang artinya akan ada upacara di sekolahku pagi ini.
Di tengah-tengah ke terburuan ku menuju lapangan sekolah dengan bodohnya aku malah tersandung oleh kaki ku sendiri. Tubuhku goyah, aku tak bisa menjaga keseimbangan.
"Bruk!" Aku terjatuh.
"Eh tapi kok ngga sakit ya?! Bukannya kalau terjatuh itu rasanya sakit. Tapi kok ini ngga ya." Pikirku dalam hati, mataku masih terpejam.
"Kok ada yang aneh?!" Aku merasakan seperti ada tangan seseorang yang sedang menopang tubuhku.
Segera ku buka mataku. Betapa terkejutnya aku, ternyata benar ada seseorang yang menahan tubuhku dengan tangannya.
"Ahhh, maaf maaf." Ujarku tak enak. Aku langsung bangun dari posisiku.
Dia sama sekali tak menjawabku. Belum sempat aku melihat wajahnya dia sudah berjalan memunggungi ku.
"Hm, padahal aku belum sempat berterimakasih." Ujar ku kecewa.
Aku masih berdiri di tempatku, lalu menyadari tidak ada seorang pun di sekitarku. "Ahh iya." Pekik ku. Bodohnya aku yang baru ingat dari tadi kan lonceng sudah berbunyi. "Ahhh bego bego!" Rutuk ku dalam hati dan sekarang aku menambah kecepatan lariku menuju lapangan sekolah.
Ku lihat semua murid sudah berbaris di lapangan. Dengan cepat aku berjalan melewati mereka dari belakang, beberapa dari mereka menatap ku. Rasanya? ahhh memalukan sekali. Segera ku cari barisan anak-anak sekelasku.
"Ahhh, itu mereka." Gumam ku, ketika melihat barisan mereka.
Aku segera memasuki barisan wanita di kelasku, dengan asal ku lempar begitu saja ransel ku di dekat pohon yang ada di lapangan.
"Tumben telat?" Tanya Kania yang menyadari aku baru saja datang.
"Iya, tumben." Ujar anak-anak lain yang ikut nimbrung dengan pertanyaan yang sama.
"Hehehe." Aku hanya cengengesan menanggapi pertanyaan mereka.
~
Sudah hampir 1 jam berlalu, itu berarti upacara akan segera selesai.
Namun ketika murid hendak di bubarkan, tiba-tiba saja Bu Tania naik ke atas podium.
"Di mohon untuk anak-anak jangan ada yang pergi dulu dari tempatnya."
Terdengar keributan dari sebagian murid setelah mendengar perintah dari Bu Tania.
"Panas Bu." Protes mereka.
Memang sih hari ini cuacanya terik sekali sudah sejam kami berdiri di sini, bahkan ada yang pingsan karna tak tahan dengan panasnya matahari yang menyengat.
"Ada yang mau ibu umumkan." Ujar Bu Tania masih dengan nada yang tenang.
Tapi para murid masih saja ada yang berisik. Dan itu malah membuat Bu Tania geram.
"Bisa kalian hargai saya?!" Kali ini suaranya terdengar lantang. Semua murid pun terdiam tak ada lagi yang berani bicara.
"Ada sesuatu yang ibu mau sampai kan. Yang pertama : Ibu lihat masih banyak sampah yang di buang ke sembarang tempat di beberapa kelas. Mulai besok ibu tidak mau lagi melihat sampah berserakan. Kalau ada yang buang sampah sembarangan di kelasnya, meskipun hanya satu orang. Ibu pastikan, semua murid di kelas yang sama akan ibu beri hukuman."
"Wahh Bu, ngga adil dong. Misalkan satu orang yang salah masa semuanya di hukum." Protes salah seorang murid.
"Iya Bu ngga adil." Teriak yang lain.
"DIAM, bisa kalian dengarkan saya sampai selesai bicara?!" Ujar Bu Tania tegas.
Para murid kembali terdiam.
"Macan betina mau di protes, mau cari mati kalian?!" Batinku sambil cekikikan dalam hati.
Bu Tania memperhatikan setiap murid yang ada di depannya. Di tatapnya dari ujung ke ujung setiap murid yang berbaris dengan mata galaknya. Seperti ingin memangsa siapa saja yang berani memprotesnya.
"Iihh ngeri." Ujar ku dalam hati ketika melihat tatapannya yang mematikan itu. Suasananya sangat mencekam seperti adegan film horror, bulu kudukku saja ikut berdiri ketika melihat tatapannya yang seperti itu.
"Yang kedua : Ibu lihat ada beberapa dari kalian yang ke kantin pada jam pelajaran saat tidak ada guru di dalam kelas. Jika masih ada yang seperti itu dan ibu melihatnya, ibu tidak akan segan-segan untuk memberikan hukuman bagi kalian yang berani melanggarnya."
Kini tak ada yang berani memprotesnya lagi, semua tak ada yang berani berkomentar.
Ya meskipun Bu Tania itu galak, dan kadang centil menurutku. Tetapi sikap tegasnya itu dalam mengarahkan para siswa siswinya patut di acungi jempol. Karna berkatnya sekolah ini bisa lebih disiplin dan terarah. Karna Bu Tania adalah satu-satunya guru yang tegas di sekolah kami.
"Untuk dua hal yang ibu sampaikan tadi. Ibu harap tidak ada yang melanggarnya lagi. Paham?"
Terdengar hanya beberapa murid yang menjawabnya termasuk aku.
"Ibu bilang, apa kalian paham?" Ujarnya lagi yang kini meninggikan nada suaranya.
"Paham Bu." Ujar para murid serentak.
"Dan yang terakhir."
"Alhamdulillah." Batinku. Aku lega akhirnya penderitaan ini akan segera berakhir. Fiuh
"Kepala sekolah kita yang baru, secara resmi akan bergabung dengan kita hari ini."
Beberapa siswa mulai berbisik-bisik lagi.
"Langsung saja kita sambut. Bapak Juanda Putra Adiyatmo untuk segera naik ke atas podium."
"Prok prok prok!" Semua murid dan para guru memberikan tepuk tangan yang meriah untuk menyambut kedatangan kepala sekolah yang baru.
Betapa terkejutnya aku ketika melihat sosok kepala sekolah baru itu yang sekarang berdiri di atas podium.
Mulutku menganga tanpa di beri aba-aba. Aku terpana melihat sosoknya.
"Gilaaaaakkk ganteng banget parahhh." Ujarku terkagum-kagum, aku tidak percaya ternyata ada ya di dunia ini seorang pria masih muda dan tampan sekali menurutku menjadi kepala sekolah seperti cerita di novel saja. Aku benar-benar terhipnotis dengan wajahnya yang tampan itu.
Lalu tiba-tiba aku teringat, "Kok bajunya mirip dengan pria yang menolong ku tadi?!" Pikirku.
Segera ku tutup mulutku yang terbuka lebar, aku terkejut sekaligus takjub ketika yakin bahwa benar pria yang berdiri di atas podium itu adalah pria yang sama dengan yang menolongku tadi.
"Astaga, kebetulan apa ini." Batinku, Aku senang sekaliiii.
"Aaaa..." Teriakku senang, sambil jingkrak-jingkrak kegirangan.
Aku tertawa sendiri di tempatku. Sebelum akhirnya aku tersadar ketika salah satu teman ku me manggil-manggil ku.
"Pst pst, Ri.. woi.. Ri."
"Ah iya, kenapa Sya?" Ujarku santai dengan ekspresi yang masih kegirangan.
Dia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Awalnya aku tidak mengerti. "Kenapa, kok geleng-geleng?" Ujar ku yang masih tidak mengerti.
Dia masih terus menggeleng-gelengkan kepalanya. Terlihat seperti memberikan kode pikirku. Lalu aku menoleh dan menatap orang-orang di sekitar ku.
What the... mereka semua ternyata menatap ke arahku dan tak terkecuali para guru yang juga memperhatikan ku di depan sana.
"Bodohhhh!" Rutuk ku dalam hati.
❤️❤️❤️
Astaga Riri, kasian tapi kok ngakak ya 😂
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Ingka
Hahaha ...😂😂🤭 qu ngakak..ngabayangin Riri, berasa qu jaman sklh dulu...
2022-09-17
0
Maya●●●
udah aku masukin fav kak.. semangattt
jangan lupa mampir juga di karyaku yang masih amatir😁😁😁
2022-08-24
0
Nengzah
wkwkwk kebanyakan baca novel sih kayak neng lah, kita sama Ri🤣
2022-06-23
0