Flash back on.
Dia masih muda, Baru berusia 26 tahun. Tapi sudah berhasil mendirikan sebuah perusahaan besar skala internasional.
Dengan statusnya sebagai pengusaha nomor satu yang sangat di segani, dia sering di minta memberi sambutan di setiap acara pertemuan para pengusaha.
Laki- laki berwajah sangat sempurna itu dengan penuh percaya diri turun dari podium.
Para Audiens berebut menyalaminya.
Ghiffari Azzam, pemilik sebuah perusahaan telepon seluler yang sedang naik daun.
Selalu terlihat mencolok dan menarik perhatian, dimana pun ia berada. Sifatnya ramah dan murah senyum menjadikan dia seseorang yang di sukai juga di segani.
Selain itu pintar, fisiknya yang sempurna sering menjadi pembincangan hangat bagi kaum hawa.
Meski semua wanita mengetahui statusnya yang sudah menikah dan memiliki seorang putri, tak sedikit pun mengurangi ketertarikan wanita terhadapnya.
"Tuan, Anda ingin langsung pulang. Atau...kembali ke perusahaan?"
Seorang pria muda bertanya sopan padanya. Saat keduanya menyusuri Lobby bersama pengusaha lain yang mengiringinya untuk keluar dari gedung tempat seminar.
Dia adalah Robby asisten pribadi Ghiffari.
Dia pintar, kompeten juga tampan.
Sebenarnya di luar jam kerja, Ghiff dan Robby adalah sahabat. Mereka sudah akrab sejak jaman Kuliah. Keduanya pria istimewa yang selalu di kejar- kejar oleh para gadis.
Ghiff tak langsung memutuskan, dia melihat ke arah jam yang melingkar di pergelangan tangan.
" Kau saja yang kembali ke perusahaan, Aku lelah sekali dan ingin pulang" Sahut Ghiff singkat.
" Baik, Tuan..." sahut Robby patuh.
Dan bergegas pergi untuk mengambil kendaraan pribadi milik Ghiff di area parkir gedung.
Sepanjang hari ini, Ghiff merasa hatinya tidak tenang.
Semalam ia mengalami mimpi yang sangat buruk. Dia mendapat
Firasat, sesuatu yang buruk akan terjadi padanya. Ghiff tidak berani menceritakan pada siapapun mengenai ketakutannya, Khawatir di tertawakan.
"Tuan..!. Anda, melamun?" Teguran Robby membuat
Ghiff tersentak. Robby sedang menatap cemas padanya.
Dia menyondor kan kunci mobil milik Ghiff.
"Apa perlu, saya Mengantarkan anda Pulang?" tawar Robby.
Ghiff menggeleng.
"Tidak usah! kurasa, Aku hanya sedikit lelah."
Menepuk pelan bahu Robby, lalu melangkah menuju Mobil yang sudah di parkir Asistennya, di depan Lobby Hotel.
Ghiff meluncur bersama kendaraannya untuk pulang ke kediamannya yang mewah bak istana.
Tak sabar bertemu Anggia, istri cantiknya dan Putri kecilnya Alifa.
Memasuki gerbang, Ghiff agak heran melihat tak ada satpam yang Berjaga di depan Pos.
Rumah juga terkesan lenggang dan sepi. Padahal masih jam tiga sore.
Ghiff berpikir akan memecat satpam yang sangat teledor itu, karena meninggalkan posnya tanpa penjagaan.
Meski ada Cctv yang terpasang untuk memantau Aktivitas di luar rumah Ghiffari.
Ghiff kembali membawa mobilnya menuju garasi dan memarkirkan di sana.
Biasanya Anggia akan bergegas keluar begitu mendengar mobil Ghiff datang, dia berdiri depan pintu untuk menyambutnya dengan pelukan dan memberikan senyum manis penuh cinta.
Ghiff berpikir positif, mungkin, Anggia sedang tidur atau sedang menyusui Alifa, hingga tak mendengar suaminya datang dan menyambutnya seperti biasa.
Sepatu Pantofel Ghiff terdengar nyaring ketika beradu dengan tangga saat naik menuju ke lantai dua. Heran karena tidak melihat satu pun pelayan hilir mudik di rumah.
Padahal pelayannya ada enam orang, selalu terlihat sibuk sepanjang waktu.
" Kemana semua orang? Kenapa sepi begini?" batin Ghiff semakin curiga.
Ghiff semakin tidak nyaman.
Tiba di lantai dua,Ghiff menyusuri Lorong melewati beberapa kamar dan ruang yang kosong.
Samar- samar telinganya menangkap suara- suara aneh dan Isak tangis dari arah kamar utama. Penasaran,
Dia mempercepat langkahnya.
" Anggia...!?" Ghiff berseru sebelum kakinya mencapai kamar itu.
Suara itu semakin jelas terdengar.
" Alifa....Apa yang terjadi?"
Firasatnya buruknya semakin nyata.
Ghiff yakin, Sesuatu telah terjadi di rumah itu.
Ghiff pun berlari dengan detak jantung di luar batas normal.
Ghiff berdiri tertegun di depan pintu kamar.
Dia berhenti bernafas, Detak jantungnya semakin kencang memompa.
Ghiff mematung dengan mata terbelalak. Orang- orang yang ada di kamar itu seremapak melihat ke arahnya dengan tatapan mata terkejut.
"Apa yang kalian lakukan? di rumahku!!!!?" pekiknya penuh amarah.
"Selamat datang, Bos..!!"
Kedua orang asing bertopeng itu jalan mendekat, menempelkan senjata Laras pendek di pelipis.
Ghiff melihat semua orang sudah berkumpul di kamar itu.
Anggia, Alifa, Satpam dan seluruh pelayan. Mereka di paksa duduk bersama di lantai dan di todong kan senjata yang membuat mereka semua menggigil ketakutan.
Kemudian Ghiff di tarik masuk kamar, tubuhnya di dorong kasar hingga terjerembab ke lantai.
Ghiff mengengsot mendekati Anggia cemas.
" Sayang... kamu baik- baik saja?"tanyanya penuh perhatian.
Memeriksa kondisi Anggia dan Alifa dengan teliti.
Ghiff mengambil alih Alifa dari gendongan Anggia. Syukurnya Bayi mungil itu sedang tidur dengan lelap.
" Serahkan semua benda- benda berharga Anda, Tuan Ghiff.!" Bentak perampok itu. Mengalihkan Ghiff.
" Ambillah apa yang kalian inginkan. Tolong lepaskan mereka semua! " Ghiff membalas lantang.
Kedua perampok yang memakai pakaian serba hitam, tertawa senang di balik topeng yang di kenakan nya.
" Ternyata anda baik hati. kalau begitu Berikan sandinya!"
Ghiff pun menyebutkan nomor Sandi brankas tempat ia menyimpan semua harta benda berharga Miliknya...
Ghiff tak ingin semua orang celaka.
Tubuhnya sampai bergetar menahan Amarah, mengepalkan tangan menahan diri agar tidak menghajar kedua perampok itu.
Sebagai pemegang sabuk hitam taekwondo tingkat tinggi, mudah saja melumpuhkan kedua penjahat itu.
Tapi semua orang dalam posisi terjepit. tak mungkin baginya bertindak gegabah.
Ghiff harus menyimpan amarah demi membuat semua orang aman. meski seluruh tubuhnya merasa gatal ingin menghajar kedua penjahat itu.
"Ikut aku!" Salah satu perampok menarik Ghiff bersama menempelkan kembali pistol itu di belakang kepala.
" Bawa aku ke tempat kau menyimpan seluruh kekayaanmu"
Ghiff berusaha melawan.
" Kau mau melihat istri dan anakmu tewas di tempat?" Tanya salah satu perampok dingin dengan moncong senjata mengarah pada Anggia dan Alifa bergantian.
Dengan geram, Menyerahkan Alifa kembali pada Anggia, Ghiff berjalan mendahului si perampok.
Meski kesal dan marah Ghiff berjalan patuh menuju brangkas.
" Lepaskan mereka..!" Cetus Ghiff. Sebelum tiba di ruangan yang di tuju.
" Anda tenang saja, Setelah mendapatkan keinginan kami, mereka akan bebas dengan selamat."
"Katakan, di mana letak brangkas nya?" bertanya tak sabar sambil menekan moncong senjata di kepala Ghiff.
Ghiff melirik Anggia merasa bergidik melihat senjata itu juga mengarah pada istrinya. Seandainya perampok itu teledor dan menarik pelatuknya tanpa sengaja. Anggia pasti tidak selamat.
" Ada dibalik lemari pakaian, Tekan gagang pintu itu, kalian akan mendapati ada ruangan lain di balik tembok, Di Sana tersimpan semua Aset-Aset saya.." Jelas Ghiff pasrah. Tidak perduli kehilangan semua harta benda, Asalkan Anak istrinya selamat.
Ghiff sangat takut Kehilangan orang-orang tercinta , dia pernah mengalaminya saat kehilangan kedua orang tua.
Ternyata Mimpi dan firasat buruknya sejak semalam menjadi kenyataan. Rumahnya di masuki oleh perampok.
Salah satu perampok mengikuti instruksi Ghiff, Mereka menuju lemari besar berisi pakaian Ghiff.
Ketika Gagang pintu di tekan, salah satu dinding di kamar Ghiff bergerak, Menyisakan rongga sebesar pintu. Di dalamnya terdapat sebuah ruangan sempit yang berisi brangkas. perampok itu meminta Ghiff memasukan kode sandi.
" Awas! kalau kau berani menipu, Ku bunuh istrimu!" Ancam penjahat itu disela Ghiff bekerja.
Pintu brangkas terbuka. Perampok itu berbinar senang menyaksikan isi brangkas. Uang Tunai ratusan juta perhiasan dan surat- surat berharga.
Dengan tak sabaran memindahkan semua isinya ke dalam tas yang sudah mereka siapkan.
Setelah selesai keduanya bersiap untuk pergi.
" Kami akan pergi dengan damai, Tuan Ghiff. Terima kasih atas kerja samanya..." Kata mereka terbahak - bahak dan menyeret Anggia ikut keluar dari kamar.
Terseok-seok Anggia mengikuti langkah kedua perampok Dengan membawa Alifa dalam gendongan.
Ghiff ikut mengekori dengan penuh ketakutan, dia sudah tidak bisa berpikir jernih, Bibirnya menyerukan nama Anggia dan Alifa, berulang kali.
Bayi di dalam Gendongan Anggia menangis.
Mereka berhenti di depan pintu utama.
Tangisan Bayi membuat kedua perampok itu kalang kabut.
" Suruh dia diam!!" Bentak salah satu perampok menutup telinganya jengah.
Kesempatan itu di manfaatkan Anggia. Dia nekat
Menggigit tangan perampok yang sejak awal menodongkan senjata padanya. Senjata itu jatuh,
Anggia menendangnya menjauh.
keadaan menjadi kacau.
Kedua perampok itu makin panik
Apalagi salah satu senjata sudah berpindah tangan pada satpam Ghiffari.
"GO- BLOk!"
Penjahat lainnya mengumpat pada temanya yang ceroboh.
"Kau membuat posisi kita terjepit. Ah sial!!"
Pria lainnya mengarahkan senjatanya ke arah Anggia.
Mata Anggia terbelalak.
" TIDAK! JANGAN..!!!" Ghiff berteriak panik terkesan putus asa. ketika penjahat itu manekan pelatuk pistol yang mengarah langsung ke dada Anggia.
Dor!
Sebuah tembakan meledak di petang itu.
Sebutir timah panas melesat mengenai Alifa, Timah panas itu menembus tubuhnya, Berakhir di dada Anggia.
Anggia ambruk bersimbah darah.
Keadaan menjadi hening sesaat, seperti sebuah Roll film yang berhenti diputar.
"SAYANG....ANGGIA....!!! ALIFA...!!.OH TUHAN...!! TIDAKKKKK!!!! APA YANG KALIAN LAKUKAN!!?? MENGAPA KALIAN MENEMBAK ISTRI DAN PUTRIKU...!!" Ghiff berteriak, menjerit secara histeris, meracau tidak jelas, Berlari ke arah istrinya yang terbaring tak berdaya.
Ghiff membawa tubuh Alifa dan Anggia dalam dekapan.
" Anggia..Alifa, kumohon jangan pergi. bangunlah! jangan pergi, bangun....!! aku tidak bisa hidup tanpa kalian, Anggia..apa yang harus aku lakukan.!??"
Ghiff menggila.
" Ma- maaf kan A-ku mas.."
Tiba- tiba terdengar suara Anggia yang sangat lirih dan terputus-putus.
Sementara kedua perampok sudah keluar dengan tergesa dari rumah Ghiff, memanfaatkan kelengahan pemilik rumah yang belum sadar sepenuhnya.
Fokus mereka hanya tertuju pada Anggia dan Alifa.
Terdengar deru sepeda motor meninggalkan halaman rumah Ghiff dan semakin menjauh.
namun Ghiff sudah tidak perduli.
Bahkan para perampok itu lupa pada hasil rampokannya meninggalkannya begitu saja.
"Kumohon... bertahanlah, aku akan membawa kalian ke rumah sakit..."
Anggia mengulurkan tangannya menyentuh wajah Ghiff. Menyeka air matanya yang mengalir deras.
" Tidak...kami akan pergi Ghiff..kumohon jangan bersedih, aku tidak mau melihatmu bersedih" kata Anggia, tersendat. Meski menahan segenap rasa sakit, Anggia masih berusaha tersenyum.
Ghiffari menggenggam tangan Anggia yang penuh darah.
Mengecupnya tanpa rasa jijik sedikitpun.
Mereka bertatapan sejenak dalam diam,Ghiff benar-benar tidak tahu harus berbuat apa.
Ketika mata indah Anggia perlahan terpejam dan aliran nafasnya terhenti.
Ghiff hanya mampu menangis putus asa.
Dia tahu kekasihnya sudah pergi untuk selamanya.
Istri dan putri kecilnya sudah meninggalkannya seorang diri
Ghiff hanya melihat keduanya dengan getir. Setidaknya
Wajah Damai Anggia dan Alifa sedikit mengurangi rasa sakit yang dirasakan oleh Ghiff.
"Semoga kalian bahagia..."
Ghiff menatap istrinya sepuas yang ia bisa, setelah ini, dia tidak akan melihatnya. karena
Kepergian mereka adalah untuk selamanya.
Ghiff mengepalkan tangan dengan muka penuh amarah dan dendam.
" Sayang...Aku berjanji akan membalas semua perbuatan jahat mereka kepadamu. Lihat saja setelah ini mereka tidak akan pernah bisa tersenyum untuk menatap dunia."
Flash back off
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
sedihnya..
2023-05-31
0
Nur Hidayat
mlngx anggia
2021-06-08
1