Deburan ombak dan semilir angin laut menyapa telinga serta kulit mereka.
Clara
"Udah pumping?" tanya suaminya ketika melihat dirinya sudah keluar kamar dan bergabung bersama mereka di teras.
Kepalanya pun mengangguk.
"Sini biar aku aja yang nitipin ke freezer sana. Kamu makan dulu aja." ucap Arya seraya mengambil kotak plastik yang berisi beberapa kantong asip dan berjalan menuju ke resepsionis resort yang lumayan jauh dari kamar mereka.
Dirinya mengambil duduk di depan Rendra yang sedang sibuk menyetel senar gitar. Kemudian tangannya juga mulai sibuk dengan makanan di depannya yang lumayan banyak porsinya.
"Makan yang banyak Ra, nggak usah diet-diet. Kamu kan nyusuin, kalau pun nggak nyusuin bakar kalori pakai olahraga. Jangan kayak Ayu ya." ucap Rendra sambil menatapnya.
Ia pun tersenyum dan mengangguk.
"Padahal aku bukan tipe suami yang mempermasalahkan bentuk tubuh lho Ra, sama sekali nggak pernah. Makanya aku kaget waktu dia overdosis amfetamin, pantesan dia cuma berjuang asi selama dua bulan. Darimana dia bisa dapat obat itu aja aku juga nggak tau sampai sekarang. Psikolog kan nggak mungkin resepin obat, aku tahu dia pakai psikolog aja juga setelah dia udah nggak ada."
"Kemana aja sih aku selama ini jadi suami?"
Penjelasan Rendra barusan membuatnya berhenti makan sejenak, kemudian menatap sahabatnya itu.
"Kamu selalu ada jadi suami, cuma memang Ayu nggak terbuka sama kamu tentang apa yang dia rasakan selama ini. Kita selama ini menilai Ayu kuat setelah masalahnya dengan Bagas, ternyata nggak."
"Jadi aku mohon, berhenti menyalahkan diri sendiri Ndra. Kamu itu suami yang baik, bahkan sangat baik. Biarlah Ayu tenang di sana, memang semua sudah harusnya begini. Acceptance (Penerimaan), walaupun aku tahu sulit. Aku aja yang sahabatnya susah, apalagi kamu suaminya. Tapi berusaha." jelasnya sambil merengkuh telapak tangan Rendra.
"Iya Ndra, berusaha menerima. Kalau kamu belum menerima, kamu nggak akan pernah bisa buka hati. Mau kamu bolak-balik ke Mbak Dara ratusan kali pun. Semua itu berasal dari diri kamu sendiri. Di sini, hati kamu." ucap Greesa yang berjalan ke arah Rendra, kemudian menunjuk dada Rendra.
Rendra menelan salivanya, kemudian tersenyum.
"Tapi kalau kamu mau cerita, cerita aja. Jangan berhenti bercerita. Kalau kamu mau nangis, nangis aja. Nggak ada yang salah kok cowok nangis sama curhat, laki-laki kan juga manusia. Kita akan selalu ada buat kamu, walaupun jauh." jelasnya sambil menatap Rendra, yang disambut anggukan oleh Greesa.
Ardhana yang baru keluar dari kamarnya pun berjalan menuju ke arah mereka semua.
"Pada ngomongin apa sih?" tanya Ardhana sambil menarik satu kursi kosong.
"Ngomongin cewek buat Rendra, siapa ya kira-kira?" jawabnya asal sambil terus mengunyah makanan.
"Mba Suko piye Ndra? Kelingan ra (Ingat nggak)?"
"A su ! Mba Suko.." suara Arya yang tiba-tiba muncul, membuat semua lelaki itu terbahak. Greesa tampak bingung.
"Penjaga kos mesum mereka mbak..masa lalu kelam mereka.." jelasnya ke Greesa yang kemudian mengangguk.
"Kaget aku ketemu Syailendra, terakhir ketemu kapan lupa aku. Pokoknya pas diundang nikahannya itu, aku masih di London." oceh Arya.
"Aku sama Ardhana datang itu yang di Yogya, ehh tapi sama kamu juga kan Ra?" dirinya pun mengangguk.
"Seorang Syailendra aja sekarang jadi dosen lho Ya', kamu beneran nggak mau?" tanya Ardhana kepada suaminya.
Suaminya pun mengerucutkan bibirnya,
"Tanya aja tuh sama nyonya, takut aku digodain sama adek-adek gemes katanya." ucap suaminya sambil mencibir ke arahnya.
"Tapi Rendra kan emang pinter dia , jago ngomong juga. Jago sepik cewek juga," ucap Arya kembali sambil tergelak.
"Alumni Pitaloka kok dilawan !" ucap Ardhana seraya membanggakan diri.
"Sebelum Syailendra datang, ini nih manusia lak nat satu ini yang jadi penghuni, terus baru kita." jelas Rendra sambil menunjuk ke arah Arya.
"Hei, kita? Kalian aja kali, gue mah nggak. Kan aku cuma nebeng tiduran doang kalau kalian lagi di sana." Ardhana tampak membela diri.
"Lhah, aku kan ada Prisca. Rendra ada Nia. Lha kamu ngapain coba nebeng tiduran? Rumah area kampus, tiduran nebeng di kos cewek. Numpang ngadem apa numpang apaan pak? Nih sa, kelakuan suamimu dulu." Arya langsung protes panjang lebar.
"Nggak apa-apa aku tetep sayang kok. Biarin kan masa lalu. Coba kalau sekarang masih gitu, silakan tidur di luar." senyum Greesa tepat di depan wajah Ardhana, yang membuat mereka tertawa.
"Pitaloka kok dibanggain, aku dong dibanggain. Cewek boleh di Pitaloka, bucinnya tetap sama saya." cibirnya sambil membelai dagu suaminya.
"Arya, jemput aku. Arya, anterin aku. Arya, kamu mau ke Prisca? Trus aku pulang sama siapa? Ehhh, aku dong yang diutamain. Pitaloka mah lewaaaatttt....!!" ucapnya terbahak yang membuat Rendra dan kakaknya pun tergelak mengingat kenyataan itu.
Arya tersenyum lebar, sambil mengelus-elus dahi.
"Kelihatan kan aku, dari awal udah kicep aku kalau sama dia. Padahal sama Prisca tuh udah disuguhi 'main course' , ehh dia telepon ya tak angkat. Suruh jemput, ya tak tinggal Prisca. Gila kan aku, mana-mana selesain dulu, udah tanggung tinggal masuk. Aku nggak.." jelas Arya sambil terkekeh.
Setiap berkumpul, candaan masa lalu selalu membuat mereka terbahak. Kegilaan dan kekelaman masa muda akan selalu menjadi pembahasan menyenangkan bagi mereka.
Rendra
"Mas Sada katanya mau pindah Jakarta, tapi belum jadi ya. Kalau mas Sada pindah, berarti kamu udah nggak sama Mbak Dara lagi dong Ndra?" tanya Ardhana sambil meminum wine.
Dirinya pun mengangguk,
"Nggak tahu lah, jalani aja. Ya semoga udah nggak pakai jasa Mbak Dara lah. Aku juga harus bisa sendiri, katanya harus jadi ayah hebat?" selorohnya.
"Harus itu!" sahut Arya cepat.
Tangannya pun kembali memetik senar gitar yang dari tadi ada di dalam pelukannya, kemudian menyanyikan lagu dari suara merdunya.
🎶Belahan jiwa
Dekatlah kepadaku
Ku ingin engkau tahu
Ku mengagumimu🎶
Matanya menangkap sesosok wanita dengan rambut panjang sebahu keluar dari kamar yang ada di sebelah mereka.
Cantik, batinnya.
Namun dengan bibir yang masih menyanyikan lagu.
🎶Engkau dan aku
Bagaikan doa yang mengikat
Dalam setiap langkahku
Namamu ku sebut🎶
Wanita itu tampak menikmati angin yang berhembus menyapa kulit putih itu, namun matanya menangkap tangan wanita itu sedang mengelus-elus perut yang terlihat sedikit membuncit.
Ia pun menghela napas dan kembali bernyanyi sambil mengalihkan pandangannya ke arah taman.
🎶Ku jatuh
Ku jatuh kembali padamu
Hanya denganmu
Ku lepas semua raguku
Hatiku
Hatiku jatuh kepadamu
Seluruh semangatku jatuh dan jatuh kepadamu
Kau nyali terakhirku🎶
~Glenn Fredly - Nyali Terakhir~
Saat bibirnya selesai menyanyikan lirik lagu itu, matanya kembali memandang ke wanita itu. Namun, saat ini mereka saling beradu pandang, bahkan wanita itu tersenyum manis ke arahnya.
Sampai-sampai dirinya menengok ke belakang, memastikan tidak ada orang lain di belakangnya. Dan memang tidak ada.
Saat dirinya kembali memandang di mana wanita itu berdiri, ternyata sudah kosong. Wanita itu sudah masuk kembali ke kamarnya.
Entah alasan apa untuk pertama kalinya setelah kepergian istrinya, bibirnya bisa kembali tersenyum manis karena seorang wanita.
Bahkan wanita yang tidak dikenalnya, apalagi wanita yang dalam keadaan hamil, sudah jelas alarm terkuat yang menunjukkan bahwa sudah tidak akan menjadi masa depannya.
......................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
may
Ya Allah mbak suko😁
2023-10-20
0
Rosdiana Niken
aku telat ......aku telat 😭
2023-02-15
0
Ara
kok sedih 😭😭😭
2022-11-18
0