Prisha Nismara Arkadewi
Bidadari cantik penerang keluarga yang penuh cinta dan ketenangan
Rendra
Ia mengelus wajah cantik putrinya yang sedang tertidur lelap. Bulu mata lentik itu mengingatkannya pada istrinya.
Dicium kening putrinya dan satu tetes air mata telah menetes jatuh di rambut putrinya.
"Kita berjuang bersama ya nak, ayah akan selalu ada untuk kamu." Matanya kemudian memandang bingkai foto mereka bertiga yang tertempel di dinding kamar masa lajang istrinya dulu.
Kakinya melangkah ke depan bingkai foto itu, menatap lekat wajah cantik istrinya dan tersenyum rindu.
"Tenang di sana sayang, aku akan berjuang untuk Prisha."
tookkk..tookk..tookk..
Tangannya memutar handle pintu berwarna putih itu.
"Iya pak?" bapak mertuanya telah berdiri di depan pintu.
"Bapak tunggu di halaman belakang ya Ndra, kita ngobrol-ngobrol." ucap bapak Andreas kepadanya.
"Iya pak, habis ini Rendra ke belakang."
Mereka berdua telah duduk di sofa yang mgehadap halaman belakang yang tampak asri. Dua cangkir kopi dan sepiring snack telah ada di depan mereka.
"Ndra, bapak ini kan juga masih jadi bapak kamu kan? Jadi boleh dong bapak ngobrol sesuatu sama kamu." tanya Pak Andreas dengan mengedarkan pandangan ke hijaunya rerumputan.
"Iya dong pak, selamanya bapak akan jadi bapak Rendra. Ada apa pak?"
Pak Andreas menyilangkan kaki dengan rapat, dengan tangan menepuk paha beberapa kali.
"Gimana keadaan hati kamu saat ini Ndra?"
Pak Andreas menatap wajahnya.
"Ini sudah hampir satu setengah tahun lho Ndra, bapak lihat kamu menyibukkan waktumu buat bekerja dan Prisha."
Mulutnya masih terdiam tak mengeluarkan satu kata pun. Matanya menatap ke arah kiri bawah, mengingat percakapannya dengan psikolognya dua hari yang lalu.
Pak Andreas menyeruput kopi, kemudian menaruh kembali ke atas meja, lalu menatap dirinya lagi yang masih terdiam.
"Kamu harus punya waktu untuk menyusun kembali hidupmu. Kamu butuh cinta, kamu butuh seseorang kembali dalam kehidupan kamu Ndra."
"Kamu pria yang memiliki segalanya, tapi kamu kehilangan cinta, kehilangan dirimu sesungguhnya. Prisha butuh ayah yang hebat. Hebat bukan berarti kamu bisa sendiri mengurus Prisha. Bukan itu..bukan.."
Matanya menatap mertuanya,
"Tapi Prisha hidup Rendra pak, Rendra sudah cukup memiliki Prisha."
Pak Andreas kemudian menggelengkan kepala.
"Selamanya Prisha akan menjadi bagian dalam hidup kamu. Tapi bukan berarti Prisha adalah hidup kamu. Kamu harus punya kehidupan sendiri, selain anakmu."
"Kamu masih terlalu muda untuk menjadi single parent. Prisha nanti akan semakin dewasa yang membutuhkan sosok ibu untuk berbagi cerita. Kamu juga semakin tua, butuh tempat untuk berbagi cerita."
"Bukalah hati kamu, yang lalu biarlah berlalu Rendra. Berhenti menyalahkan dirimu sendiri, jadikan masa lalu pelajaran. Bapak yakin kamu bisa mencari sosok yang terbaik buat kamu dan Prisha. Bapak dan ibu akan merestuimu,Ndra." ucap Pak Andreas seraya menepuk-nepuk pelan pundaknya.
Rendra menganggukkan kepalanya.
"Baik pak, Rendra berusaha tapi Rendra nggak mau memaksakan diri." ucapnya sambil memandang cangkirnya.
"Semua itu proses, yang penting bukalah hatimu. Berdamailah dengan dirimu sendiri. Pergilah sendiri sekali-sekali, titipin Prisha di sini atau di rumah orangtuamu." ucap Pak Andreas dengan tersenyum kemudia meninggalkannya sendiri di sofa itu.
................
Yogyakarta, Sabtu Siang
Rendra
"Ayah..Prisha tidur di akung Eas kan?" tanya Prisha yang berumur 30 bulan.
Tangannya masih sibuk menguncir rambut lebat anaknya itu menjadi dua bagian kanan dan kiri.
"Iya sayang, tapi Prisha janji jadi anak baik ya. Nurut sama akung sama uti. Oke?" tanyanya sambil melongokkan kepalanya dari belakang.
"Siap ayah! Ayah kapan kita ketemu sama mas Genta sama Mbak Arsya?" tanya Prisha kembali dengan tangan yang terus memasukkan biskuit kecil berbentuk kupu-kupu ke dalam mulut.
"Besok ya, ini nanti ayah mau ketemu sama bapak ibunya mas Genta, terus ayah bundanya mbak Arsya juga. Nanti ayah tanyain dulu ya.." jawabnya sambil mengakhiri ikatan kuncir Prisha.
"Oke ayah. Terimakasih ayah! Ayah memang hebat!" ucap Prisha membalikkan badan dan menghambur ke pelukannya kemudia mengecup kedua pipinya.
Bibirnya melengkung ke atas dengan sempurna.
"Kamu yang hebat Prisha, kamu anak hebatnya ayah!" gumamnya sambil memeluk erat anaknya.
"Yukk berangkat !"
Gadis kecil berkuncir dua itu tampak lincah dan lucu dengan dress berwarna putih dan sneakers berwarna senada, serta tas punggung berbentuk unicorn berwarna baby pink.
"Hati-hati Prisha, jalan aja. Nggak usah lari." titahnya dengan setengah berteriak.
Mobil pun telah melaju membawa mereka ke rumah Pak Andreas. Sebenarnya orangtuanya saat ini juga menginginkan Prisha tidur di rumah mereka, namun karena weekend kemarin mereka sudah ke rumah Eyangkung dan Eyangti, maka hari ini akung dan utinya lah yang mendapat giliran.
Ibu Nela
"Uhhm.. selamat datang cucu uti..! Nanti bobok sama uti ya..tapi nanti kita jalan-jalan ke mall dulu ya sama akung juga.." Dirinya menyambut kedatangan cucu dan menantunya, kemudian menggendong Prisha.
"Kamu udah makan Ndra? Ibu habis masak urap sama tempe mendoan, sama ayam goreng juga. Makan dulu sebelum pergi." titahnya sembari berjalan menuju ruang makan.
"Boleh bu, Rendra juga lapar. Tadi baru sarapan roti. Tapi kalau Prisha sudah makan tadi bu." jawab menantunya sambil menarik kursi makan.
"Makanya buka hati Ndra, biar ada yang ngurus kamu. Apa perlu ibu kenalin sama anaknya teman-teman ibu, siapa tahu ada yang cocok."
Matanya melirik ke arah menantunya, namun Rendra tersenyum.
"Rendra coba cari sendiri dulu saja bu."
"Oke, yang penting berusaha! Siapa tau ada penyembuh luka jiwamu. Ganteng-ganteng nggak boleh punya trauma, harus sembuh." godanya sambil mencolek lengan menantunya.
Pasalnya dirinya mengerti Rendra menggunakan jasa psikolog untuk menangani trauma yang terjadi setelah kejadian itu.
Dirinya tidak ingin nasib sang menantu sama seperti anak bungsunya yang meninggal karena depresi.
................
Rumah Pak Darma
Clara
"Mas Genta dicari Om Rendra itu, katanya Dek Prisha mau ketemu mas.." panggilnya ke anak sulungnya yang berusia 6 tahun.
Genta pun berjalan ke arah Rendra,
"Mana Prisha kok nggak diajak om?"
"Prisha ini bobok di rumah akung sama uti, mas Genta mau bobok di sana juga gimana?"
Genta menggelengkan kepalanya,
"Nanti Genta mau ke rumah eyang Artono, mau main PS di sana."
"Anaknya sepupuku pada kumpul di rumah Ndra, biasa janjian main PS bareng.." jawab Arya yang muncul dari kamar sambil menggendong Naras.
"Halo ponakan om yang cantik..baru bangun tidur ya sayang? Sini sama om.."
Dan balita cantik bermata bulat seperti ibunya itu tampak senang dengan kehadirannya, bahkan langsung menghambur ke pelukannya.
"Persis Clara ya mata sama bibirnya..lucu banget sih kamu.." ucap Rendra sambil mendusel Naras.
Dirinya dan Arya pun tergelak.
"Ini kita ke tempat Ayu dulu kan baru kita ke resort? " tanyanya sambil menyiapkan cemilan untuk anak-anaknya.
Rendra pun mengangguk dan tersenyum.
......................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Ara
ini lebih menguras air mata dari Ararya.
dari awal udah mewek
2022-11-18
0
HaniHiko
mertua Rendra bijaksana bnget
2022-03-18
0
Mesti tenang bacanya
2021-07-21
1