Selamat Datang di dunia Asa Narendra !
Ceritanya ini mungkin terasa lebih berat dari cerita Ararya, karena cerita ini lebih ke arah perjalanan hidup usia dewasa, namun bukan konten dewasa.
Namun, alangkah lebih baiknya sebelum membaca cerita ini, baca dulu cerita Yogyakarta dan Ararya karena akan lebih paham alur dan sebab akibat dari masalah yang ada di sini ya readers.
Dan saya masih terus meminta dukungannya selalu untuk novel
❤ Yogyakarta dan Ararya
❤ Asa Lara Narendra
Jangan lupa vote, like, comment, dan favorite nya ya..
Terimakasih.
Salam,
margaretha.chi
(ig : margarethaachi)
.....................................
......................................
tiikk..tookk..tiikk..tookkk..
Suara ruangan itu saat ini cukup sunyi, hanya terdengar suara jam berdetak.
Mata pria itu tampak terlihat membuang pandangannya ke arah kiri atas, berusaha mengingat setiap kejadian saat hari itu.
Pria itu menghela napasnya untuk kesekian kalinya, entah sudah berapa kali dirinya mencoba melepaskan rasa sesak di dadanya.
Matanya kembali berkaca-kaca dan bibirnya begetar.
"Ceritakan semuanya kepadaku Rendra, aku hanya ingin menjadi pendengarmu." ucap wanita yang duduk di depan Rendra dengan mencondongkan tubuhnya ke arah depan, sambil menatap lekat wajah pria itu.
Rendra mendongakkan kepalanya dan menyandarkannya di bagian atas kursi, kemudian memejamkan matanya sejenak, kemudian kembali menghela napasnya.
Terlihat masih begitu banyak beban yang ada di dalam dirinya.
*FLASHBCAK O**N*
1 TAHUN YANG LALU
Rendra
Saat itu hujan sangat deras mengguyur kota Yogyakarta. Dirinya melajukan mobilnya membelah ramainya Yogya pada Jumat malam itu.
tuuttt...tuuttt..tuuttt..
"Nomor yang anda....."
"Kamu lagi apa sih yang, daritadi jam 5 nggak bisa dihubungi.." gerutunya dalam hati.
Entah alasan apa, perasaannya tidak nyaman daritadi siang. Ada sesuatu yang terasa sesak, namun apa diapun tidak tahu. Padahal hubungan dengan istrinya pun baik-baik saja.
Setelah mampir membelikan martabak manis kesukaan istrinya, ia kembali melajukan mobilnya menembus derasnya hujan malam itu.
Dengan sedikit tertimpa tetesan hujan di kemejanya, tangannya pun berhasil membuka pintu pagarnya.
Mobil BMW seri X hitam pun telah terparkir sempurna di carport rumahnya. Mobil milik istrinya pun juga berada di sampingnya.
Ia pun kembali melangkah ke pintu pagar untuk menutupnya, kemudian menuju pintu samping rumahnya.
Gelap, bahkan sangat gelap kondisi rumahnya saat itu. Entah alasan apa, sampai istrinya tidak menyalakan satu pun lampu di rumahnya.
Sayup-sayup terdengar suara tangis Prisha. Tangannya pun segera memutar handle pintu itu.
Suara tangis Prisha semakin jelas terdengar, bahkan suara tangis yang sudah terlihat lelah.
Namun, tak ada suara istrinya yang tampak sedang kerepotan menenangkan. Hatinya semakin tidak tenang.
Segera dilepas sepatunya dan ditaruh ke tempatnya. Kemudian menyentuh saklar lampu yang terletak di atas rak sepatu. Langkahnya mendarat di meja makan untuk menaruh martabak manis yang telah dibelinya.
Sambil tergesa langkahnya berlari kecil menuju kamarnya, dengan tangan yang menyambar beberapa saklar lampu yang sudah sangat ia hafal letaknya.
Dibukanya pintu kamar dan menyalakan ruangan itu yang tampak sangat gelap. Segera diraih putrinya yang berusia empat belas bulan ke dalam dekapannya.
Matanya mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kamar itu, tidak menemukan istrinya. Kakinya memutuskan untuk melangkah menuju kamar mandi dengan pintu yang sedikit terbuka, namun tetap gelap.
Ditariknya pintu kamar mandi itu selebar mungkin, dengan satu tangan yang masih menggendong Prisha.
"Sayang.... !!!!!!"
Dengan jantung yang berdegup kencang dan pikiran kacau, ia pun menurunkan Prisha dari gendongannya dan mendudukannya di lantai kamar mandi yang kering dan dingin.
"Duduk sini dulu sayang, ayah mau periksa mama dulu ya.." Prisha pun tampak bisa diajak kompromi saat itu.
Diraihnya pergelangan tangan istrinya, sudah tak ada denyut nadi yang ia dapatkan. Kemudian dua jarinya menuju ke leher istriya, hasilnya sama.
Dengan gerakan cepat ia memiringkan kepala istrinya ke arah samping dan mengangkat dagu istrinya, berharap jalan napasnya terbuka. Namun, masih tak ada hasil.
Suhu tubuh istrinya sudah mulai menurun. Saat ini secara logikanya, istrinya sudah meninggal sekitar 3 jam yang lalu. Namun, hatinya sebagai seorang suami mengalahkan logikanya sebagai seorang dokter.
Bahkan saat itu juga matanya menangkap beberapa obat yang tercecer di sekitar tubuh istrinya.
FLASHBCAK OFF
Rendra
"Masih terasa berat Rendra? Lepaskan semuanya yang kamu simpan." ucap psikolog yang ada di depannya.
Tangannya kemudian bergerak ke sudut matanya untuk menyusut air matanya.
"Bagaimana bisa aku sebagai seorang dokter sampai tidak tahu kalau istriku mengkonsumsi obat amfetamin selama satu tahun? Seteledor itukah aku tidak bisa menjaga istriku?" ucapnya dengan suara berat dan bergetar.
Matanya mulai memerah, terlihat masih menahan emosi dan kekecewaan di dalam jiwanya.
"Jujur saat ini aku lelah, namun aku harus selalu siap untuk Prisha. Dia tidak tahu apa-apa, dia tidak salah apa-apa, akulah yang salah selama ini." ucapnya kembali setengah menangis.
"Prisha adalah hidupku saat ini dan selamanya, dia adalah jantungku. Cuma dia yang mampu membuatku bisa sampai saat ini. Aku lah yang salah selama ini, karena ternyata aku tidak mengenal istriku dengan baik."
Bibirnya selalu mengeluarkan kalimat-kalimat penyesalan bahkan terkesan menyalahkan diri sendiri atas apa yang terjadi menimpa istrinya.
"Semua bukan salah kamu Rendra, berhentilah menyalahkan dirimu sendiri." ucap wanita yang ada di depannya.
"Belajarlah menerima kenyataan, pelan-pelan semua butuh waktu. Tapi aku yakin kamu bisa." wanita itu kembali menatap lekat matanya dan menggenggam pergelangan tangannya.
"You can! (Kamu bisa!)"
"Apakah yang kamu sukai? Hobi kamu?" tanya wanita itu kepadanya.
Semenjak kepergian istrinya, dirinya sudah tidak pernah menjalani hobinya selain berolahraga. Waktunya telah habis untuk pekerjaannya dan bersama putri semata wayangnya.
"Golf? Bola?" tanya wanita itu kembali, namun tak ada sambutan darinya.
"Motor? Musik?"
Dirinya pun akhirnya mengangguk dan wanita itu pun tersenyum.
"Ambil waktumu saat kamu libur untuk dirimu sendiri. Titipkan Prisha ke orangtuamu atau mertuamu. Kamu butuh waktu untuk bersama dirimu, mengenal dirimu kembali."
"Aku kira saat pertemuan kita minggu depan, aku akan bisa melihat kamu sudah mulai mengenal dirimu kembali." ucap wanita itu sambil tersenyum dan menatap dirinya.
"Ingat Rendra, penerimaan! Semua memang sudah harus terjadi, nggak ada yang salah dari kejadian ini."
"Ambil gitarmu, mainkan nada sesuai hatimu. Tulis semua yang kamu rasakan. Buka penutup motormu, panaskan motormu, ajak dia kembali bersamamu. Raih kembali duniamu ! Prisha butuh ayah hebat seperti kamu, Rendra!" tegas wanita itu masih dengan senyum di wajahnya dan tatapan yang lekat ke matanya.
"Semua demi dirimu dan juga Prisha. Kalau kamu mau Prisha sehat, kamu harus sehat. Kalau kamu mau Prisha bahagia, kamu harus bahagia."
Kalimat itu mampu membuatnya tersenyum, walaupun tipis.
......................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
may
Wow😱
2023-10-20
0
eMakPetiR
baiklah...
sesuai anjuran othor...
saya loncat dl kl gt
2023-02-28
0
Regita Regita
aku mampir Thor...awal yg keren banget...
2022-09-13
0