Yogyakarta, Sabtu Siang
Mereka bertiga pergi menggunakan mobil Rendra, membelah ramainya kota Yogyakarta.
Rendra
"Yogya tambah padet banget ya sekarang..Gila..!" ucap Arya yang duduk di sampingnya.
"Opo meneh nek weekend opo long weekend..wes macet ngendi-ngendi..(Apalagi kalau weekend atau longweekend..udah macet dimana-mana..)"
"Pindah Bali aja Ndra, gimana? Sekalian buka lembaran baru.." Arya mencoba memberi masukan untuk kesegaran hatinya.
"Aku sih mau-mau aja pindah, tapi Prisha gimana kalau dia jauh sama eyang-eyangnya. Kasihan.." jelasnya sambil terus melemparkan pandangannya ke depan.
"Ya nanti aja kalau ayahnya udah ketemu sama penyembuh luka batinnya, baru pindah." ucap Clara sambil mengelus pundaknya dari belakamg.
Dirinya pun sedikit menoleh ke belakang dan tersenyum ke arah Clara.
"Masih sering konsul sama Mbak Dara kan Ndra? Jangan sampai nggak.." titah Clara membuat kepalanya mengangguk.
"Ini kan juga bagian dari melaksanakan tugas dari Mbak Dara. Aku disuruh pergi tanpa Prisha, meninggalkan sejenak rutinitas." ceritanya sambil menyandarkan kepalanya di jok mobil saat lampu berwarna merah.
Matanya memandang ke arah luar jendela sebelah kanannya, sambil menggingit bibir bawahnya.
"Ya harus itu, kamu tetap harus benar-benar hidup Ndra. Badanmu sehat, tapi nggak buat jiwamu. Kamu kelihatan capek." ucap Clara sambil mengusap pundaknya.
"Kamu bisa Ndra! Apa perlu kita yang turun tangan nurunin stok cewek? Rendra gitu lho, bisa lah sendiri. Luber-luber yang ngantri, tapi dianya yang nutup diri." ucapan Arya membuatnya tersenyum sambil menaik turunkan alisnya.
"Banyak sih banyak, cantik-cantik juga, tapi belum ada yang klik." jawabnya sambil kembali melajukan mobilnya.
"Termasuk yang kemarin sempat dikenalin sama Mas Sada? Yang cantiknya luar biasa..nggak klik juga?" selidik Clara.
Memang Mas Sada, suami Mbak Dara yang merupakan psikolognya, sempat mengenalkan dirinya dengan seorang perempuan cantik bersuara emas. Namun tetap tak mampu membuka hatinya.
Dirinya pun tertawa kecil,
"Cantik mah banyak Ra, tapi kalau udah umur sekita ini, kan nggak cuma butuh cantik. Apalagi aku punya Prisha."
Arya pun tersenyum mendengar kalimat itu,
"Anak memang udah mampu merubah pola pikir kita ya.."
Clara langsung melirik tajam ke arah Arya,
"Maksudnya apa nih? Situ juga mau cari cewek lagi? Potong nih jadi tiga !"
"Lhoh...enggak..maksudnya pola pikir kita jadi lebih dewasa, anak udah jadi bagian prioritas. Dihh, siapa juga yang mau nambah cewek. Orang istri aduhai seperti ini kok mau ditinggalin."
Dia pun tergelak melihat pertikaian sepasang suami istri yang ada di depannya itu,
"Waduww..potong jadi tiga, ngilu amat ya bayanginnya..! Nggak ikut-ikutlah saya ya pak, mohon maaf.." ucapnya sambil menaikkan tangannya ke udara.
Mereka bertiga pun terbahak di dalam mobil.
"Mampir dulu di depan, beli oleh-oleh buat Ayu ya Ndra.." pinta sahabat perempuannya itu.
"Siap Nyonya Ararya.." Mobil hitamnya pun terus melaju.
Yogya cukup panas siang itu. Mobilnya pun telah terparkir di tempat yang teduh. Tampak mobil Ardhana yang juga baru saja datang ke tempat Ayu.
"Mas...kangen.." Clara pun langsung memeluk Ardhana erat. Walaupun umur mereka sudah bertambah, namun Clara selalu tampak manja dengan kakaknya.
"Yaudah yukk langsung.." mereka semua berjalan menyusuri tempat yang cukup teduh, karena banyaknya pepohonan.
"Halo Ayu..akhirnya kita kumpul lagi..lengkap! Aku kangen banget sama kamu." ucap Clara sambil mengelus bagian yang bertuliskan Ayudisa Nismara, sambil meneteskan air matanya.
Arya tampak berjengkeng di samping Clara sambil mengelus punggung sang istri.
"Yang.." ucapannya tiba-tiba menguap, dirinya kembali menangis, kemudian menghela napasnya.
"Maaf Prisha nggak bisa ikut, habis ini kita semua mau pergi nginap di resort. Tapi tenang, Prisha sehat kok yang..dia tambah bawel kayak kamu dulu.." lanjutnya dengan tertawa sumbang.
Greesa langsung memeluknya dari samping dan Ardhana mengelus punggungnya.
"Aku cuma berusaha ikutin permintaan Mbak Dara, bapak, ibu, sama mereka-mereka ini buat menjadi ayah hebat buat Prisha. Doain aku ya yang biar selalu bisa berikan yang terbaik buat Prisha." lanjutnya masih dengan berlinang air mata.
"Dan juga yang terbaik buat Rendra ya Yu'..aku yakin kamu pasti mengerti.." imbuh Clara sambil menggenggam tangannya yang berada di atas nisan batu berwarna hitam itu.
Dirinya pun mengangguk dan tersenyum.
"Ehh maaf Yu', kok kita jadi nangis sih. Kita kan lagi kumpul, harusnya kita ketawa dong ya. Yaudah, ini aku bawain bunga kesukaan kamu Yu', mawar putih, yang merah dari suami kamu. Dia mah gitu, tiap disuruh beli mawar putih, selalu ngeyel merah. Alasannya karena tanda cinta. Payah mahh dia !" oceh Clara.
Dirinya pun memandang sahabat perempuannya itu sambil tertawa pelan dan mengusap air matanya.
Sudah cukup lama mereka di sana, membersihkan makam dan menghiasi kembali dengan bunga-bunga. Serta tak lupa mereka mengabadikan moment kebersamaan mereka saat itu.
"Yu', aku pulang ya. Minggu depan aku udah balik Bali lagi. Nanti kalau sempat, aku usahain ke sini dulu deh ya." pamit Clara sambil mengelus bagian nama itu.
"Yang, aku pulang dulu ya. Besok aku kasih lihat foto ini sama Prisha, pasti dia kangen banget sama kamu." pamitnya sambil mengelus nisan itu.
"Kita pamit ya Yu', doain kita selalu biar bisa kompak terus seperti ini ya." Ardhana pun berpamitan sambil tersenyum.
Ardhana
Mereka pun telah berdiri di dekat mobil. Rendra sedang menatap ke layar handphone.
"Kita makan dulu ya, aku laper banget." ajaknya sambil mengelus perutnya.
"Sekalian ketemu mbak Dara ya. Ini dia ngajak ketemuan lunch bareng sama mas Sada juga." Rendra membuka suaranya.
"Siap..kelihatannya bakal ada stok baru lagi nih yang mau dicantolin." sahutnya sambil tergelak.
"Nggak, mbak Dara cuma pengin ngajak ngobrol santai aja katanya."
"Yaudah yukk..!"
..........
Mereka sudah memasuki Resto Jawa di Mantrijeron.
"Halo mbak.." sapa Clara sambil memeluk Mbak Dara.
"Mas..apa kabar?" sapa Clara juga kepada Mas Sada.
"Bagaimana Bali?" tanya Mas Sada sambil menatap Arya dan Clara.
"Ayolah pindah ke Bali mas, biar kalau ada apa-apa aku aman." ucap Arya sambil tergelak.
"Pengine ngono Ya' , tapi ya piye ra isoh milih je..(Maunya gitu Ya', tapi ya gimana nggak bisa milih..)" jawab mas Sada sembari tertawa.
Dara
Matanya selalu menatap Rendra, ada sedikit perubahan di wajah Rendra saat berkumpul bersama sahabat-sahabatnya.
Lebih bahagia, lebih hidup itulah yang ia tangkap.
"Gimana Ndra?" hanya pertanyaan itu yang terlontar dari mulutnya, namun memilik sejuta makna.
Rendra tersenyum dengan arti yang sangat sulit dijelaskan.
"Ya gini mbak, mencoba menjalankan semua amanat dari segala penjuru. Termasuk amanat komandan satu ini." ucap Rendra sambil menunjuk suaminya dengan dagu.
"Lho, semua harus dicoba kan. Nggak cocok ya cari lainnya." jawab suaminya dengan nada santai dan bersandar pada sandaran kursi.
"Ardhana sekarang kamu di Jakarta ya?" tanyanya kepada dokter bedah yang sedang sibuk melihat buku menu.
"Iya mbak, nyonya masih eksis soalnya." jawab Ardhana sambil tersenyum.
"Ya baguslah kalau bisa saling mengerti." ucapnya sambil tersenyum manis.
Namun tiba-tiba ada yang menepuk bahu mas Sada.
"Mas..."
Sapaan itu membuat semua yang ada menoleh ke arah itu. Namun orang pertama yang membuka suara bukanlah mas Sada melainkan Arya.
"Rendra?! Waaahh gilaaa...lama banget kita nggak ketemu.."
"Waaahhh..ampun suhu..! Apa kabar mas?" sapa Rendra ke Arya.
Ardhana dan Narendra pun ikut tergelak dengan kedatangan Rendra yang satu ini. Mereka pun saling berjabat tangan dan memeluk, karena kalau dihitung mungkin sudah 8 tahun tidak bertemu.
"Mantan penghuni Pitaloka berkumpul nih ceritanya.." ucap Clara sambil tergelak.
"Jangan ungkit masa lalu lah Ra..Aku nggak nyangka lho Ra, kalau kamu nikah sama Arya. Seorang Ararya sang penjelajah cinta, mantan penghuni Pitaloka akhirnya bertekuk lutut oleh Clara Audra. Luar biasa!" oceh Rendra lalu terbahak.
"Ba ji ngan! Penghuni Pitaloka gundulmu! Bukannya anda mantan sang penguasa Pitaloka?" ucapan Arya langsung membuat para lelaki itu terbahak.
"Sudahlah..masa lalu itu, semua sudah bertobat. Lihat tuh Ardhana aja langsung diam seribu bahasa.." sahut Narendra sambil terbahak.
"Yoii, aku aja yang lebih parah dari kalian bisa bertekuk lutut sama Anggi."
"By the way, aku ikut berduka ya Ndra." ucap Rendra kembali sambil menepuk pundak Narendra.
"It's okay ! Makasih.."
"Cariin wanita lah Ndra, masih banyak nggak stok?" ucap Ardhana sambil menaik turunkan alisnya.
"Mas Sada ini lho, link nya kan banyak." ucap Rendra sambil menepuk kemudian merangkul pundak mas Sada.
"Gila semuanya, emang aku lelaki apaan?!" jawab mas Sada sambil melirik ke arahnya sambil tergelak.
Reuni dadakan itu cukup membuat seorang Abraham Narendra bahagia dan melupakan traumanya sejenak.
Dara tampak tersenyum dan ikut bahagia dengan gelak tawa yang ada di meja ini.
......................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
may
Eh iya bener🤭ada mas rendra
2023-10-20
0
may
Eh ini rendranya kak sephinasera kan?
2023-10-20
0
may
Loh? Ada pitaloka juga disini?
2023-10-20
0