"Bodoh! Benar benar bodoh"
Amar terus mengumpati dirinya sendiri saat membaca sebuah file yg di berikan oleh Bobby, dimana semua file itu berisi tentang Maryam lengkap dengan asal usul nya. Ia terus merutuki dirinya sendiri yg memberikan tips pada owner dari sebuah resto layaknya seorang pelayan. Dan yg lebih mengejutkannya lagi, gadis psychology itu adalah adik dari Sarfaraz.
Apa yg harus Amar lakukan sekarang? Melupakan gadis itu? Tapi gadis itu seperti selalu menarik perhatian nya.
"Mungkin kau jatuh cinta padanya, Tuan"
Amar langsung mendongak dan menatap tajam Bobby yg ternyata sejak tadi masih berdiri di hadapannya dan memperhatikan ekspresi Amar sejak membaca file itu.
"Cinta adalah sebuah kemustahilan bagi ku"
.
.
.
"Engga ada yg mustahil di dunia ini, contohnya aja Abi, yg langsung jatuh cinta sama Ummi cuma karena melihat nya, atau lebih tepatnya love at first sight"
"Oh Unyil, itu cuma berlaku buat Abi sama Ummi, engga heran, Ummi kan cantik, kalau kamu? Ya engga mungkin"
"Jadi menurut Kak Faz, Maryam engga cantik gitu?"
"Lebih cantik Afsana sih... Aduh..."
Faraz memegang belakang kepalanya yg habis di lempar kacang oleh Maryam yg saat ini menonton TV di temani cemilan kacang di tangan nya, Maryam duduk di sofa, sedangkan Faraz sedang membuat sketsa di lantai.
Kakak beradik itu sedang membicarakan Maryam yg menjalani masa remajanya sangat berbeda dengan ibunya, dimana dulu ibunya hanya hidup di lingkungan keluarga saja, bahkan sekolahnya pun di pesantren.
Sementara Maryam, hidup di dunia luar, kuliah dan berinteraksi dengan banyak orang bahkan lelaki.
Maryam bahkan mengatakan mungkin salah satu teman kampusnya menyukai nya sejak pertama kali Maryam kuliah, tentu saja Faraz tak percaya, tak mungkin orang jatuh cinta secepat itu, fikirnya.
"Kak Faz kalau suka sama Ana, ya lamar aja. Engga usah di banding bandingi terus sama Maryam" Maryam berkata sambil kembali mengunyah kacang nya.
"Nanti, kalau Afsana sudah lulus dari pesantren" gurau Faraz santai namun Maryam ternyata menanggapinya dengan serius.
"Hah... Benaran, Kak?" Faraz tertawa dan menggeleng
"Ya engga lah, masak kakak mau menikahi adik kakak sendiri"
"Kan bukan adik kandung, Kak"
"Tapi kakak menganggap nya begitu" jawab Faraz kemudian menggulung kertas itu, berdiri dan meregangkan tubuh nya yg terasa sangat letih "Kakak mau mandi dulu" seru nya dan meninggalkan Maryam yg masih memikirkan gurauan kakak nya itu.
Padahal, ia sangat berharap kakaknya benar benar menyukai Afsana, karena Maryam tahu dengan pasti Afsana selama ini diam diam menyukai kakaknya, Maryam yakin Afsana akan jadi istri yg baik untuk Faraz, tapi Faraz malah hanya fokus pada karirnya dan tidak ada tanda tanda ia memikirkan pasangan hidup.
.
.
.
Seperti biasa, jika tak ada jam kuliah atau aktifitas penting lain nya, Maryam akan membantu di restaurant dan melayani pengunjung.
Dan sekali lagi, Amar datang dan seketika membuat Maryam mengulum senyum mengingat saat Amar memberinya tips.
"Hai..." sapa Amar yg sengaja menghampiri Maryam.
"Assalamualaikum" ucap Maryam yg sekali lagi membuat Amar salah tingkah.
"Waalaikum salam" jawab Amar
"Silahkan duduk, Tuan" Maryam membawa Amar ke sebuah kursi dan mempersilahkan Amar untuk duduk.
"Um sebenarnya aku kesini ingin berbicara dengan mu. Bisa kita mengobrol sebentar?" tanya Amar ragu ragu.
"Oh Maaf, Tuan. Tapi mungkin bos saya bisa marah jika..."
"I know you are the boss" sela Amar dengan cepat dan seketika Maryam tertawa kecil dan menggeleng.
"I'm not the boss, but my mother" jawab Maryam
"Sama saja, so please? Can we talk?" Maryam berfikir sejenak kemudian ia mengangguk dan duduk berhadapan dengan Amar, tentu ia menghindari saling tetap dengan pria yg bukan muhrimnya.
"Jadi, apa ada yg bisa saya bantu, Tuan Degazi?"
"Jangan terlalu formal, Please!" kemudian Amar berdeham dan dia merasa... Gugup?
Dia tidak pernah merasa gugup selama ini dan sekarang? "Sebenarnya aku mau minta maaf, karena kamaren aku berfikir kamu seorang pelayan di sini"
"Aku memang pelayan, aku melayani ibu ku di sini" tanpa Maryam sadari, ketika ia menyebutkan kata 'ibu' tatapan Amar sekilas memancarkan emosi namun dengan cepat ia mengendalikannya "Tapi bagaiamana kau tahu tentang ku?"
"Em..." sangat tidak mungkin jika Amar mengatakan bahwa ia mencari informasi tentang Maryam "Karena kau adik nya Tuan Sarfaraz, tentu aku sedikit tahu tentang nya"
"Oh" seru Maryam "Apa ada yg lain?" tanya Maryam karena ia merasa tak nyaman berbicara begitu dekat dan hanya berdua dengan seorang pria, ia memang hidup di lingkungan yg bebas, tapi sungguh semua teman nya adalah wanita, ada beberapa teman pria tapi tak begitu dekat, tak pernah berbicara berdua saja.
"Kau buru buru?" Amar balik bertanya karena entah mengapa ia ingin mengobrol lebih lama.
"Sebenarnya tidak, hanya..." ucapan Maryam terhenti saat tanpa sengaja ia melihat bekas luka di lengan Amar yg memang lengan kemejanya di lipat "Self harm ?" gumamnya dan seketika Amar langsung melihat lengan nya sendiri dan sekali lagi ia merutuki dirinya, kenapa ia tidak menutupi luka nya? Amar pun menarik lengan bajunya.
"Tidak, ini hanya goresan kecil"
"Goresan kecil yg di akibatkan sesuatu yg besar" Maryam menatap wajah Amar dan ia bisa mengerti ekspresi yg Amar tunjukan "Maaf, aku tidak bermaksud menghakimi mu"
"Aku tahu" jawab Amar. Ia tahu ia tak bisa mengelak atau mengatakan goresan itu tak sengaja ia dapatkan.
"Mau makan sekarang?" tanya Maryam dengan senyum ramahnya dan mencoba mengalihkan pembicaraan mereka. Amar mengangguk dan berkata
"Bisa kau menemaniku? Aku yakin bos mu tidak akan marah" ujar Amar dengan senyum samar di bibir nya.
"Maaf, tapi tidak..."
"Ayolah, Maryam. Anggap saja aku mentraktir mu sebagai permintaan maaf karena sudah mengira kau pelayan"
"Itu sama sekali bukan masalah yg besar"
"Tapi aku merasa sangat tidak nyaman"
"Baiklah" jawab Maryam pada akhirnya setelah ia berfikir sejenak.
Dia tidak setuju karena seorang Amar Degazi yg mengajak nya, ia setuju karena entah mengapa dia penasaran dan mungkin merasa kasihan pada seorang Degazi yg ternyata seorang yg mengidap gangguan self harm. Rasanya tidak bisa di percaya.
.
.
.
Rian sangat terkejut karena untuk pertama kalinya, Sarafaraz memperkerjakan seorang wanita sebagai asisten pribadinya, dan lebih mengejutkannya lagi, ia tak berpakaian layaknya para pekerja muslimah disana, dan dia masih mahasiwi? Kerja part time?
Namun semua pertanyaan itu hanya di jawab dengan sangat simple oleh Sarafaraz, dia hanya berniat membantu Maria. Dan ia yakin Maria akan bekerja sebaik mungkin dan cepat belajar.
Dan sesungguhnya Rian bersyukur jika Sarafaraz memiliki asisten pribadi yg pasti akan membantu pekerjaan nya.
Hari pertama bekerja, Rian mengajari Maria apa saja yg harus dia lakukan, tugas nya dan sebagai nya. Dan Rian bisa melihat Maria cukup serius dalam belajar. Rian juga menegaskan, meskipun Maria masih kuliah, tapi Rian sangat berharap Maria bisa bekerja sebaik mungkin dan tidak menyia nyiakan kesempatan yg di berikan Faraz.
"Terima kasih, Tuan Rian. Atas bantunya"
"Rian aja, Maria. Jangan terlalu formal, kami semua di sini sudah seperti keluarga"
"Nice" gumam Maria. Kemudian Rian mengulurkan tangan nya dan berkata
"Selamat bergabung di Zabil Architect" namun Maria tak langsung menyambut uluran tangan Rian dan malah bertanya
"Bukannya muslim tidak menyentuh wanita yg tidak ada hubungan darah secara langsung?"
"Em... Ya tapi engga semua muslim begitu"
"Tapi Tuan Sarfaraz..."
"Dia memang sedikit..."
"Berlebihan? Apa dia muslim garis keras?"
"Engga ada muslim garis keras, Maria" Maria dan Rian menoleh pada Faraz yg berjalan mendekati mereka "Hanya ada muslim yg taat, lumayan taat, sedikit taat dan tidak taat sama sekali"
Rian menggaruk kepalanya yg tak gatal, jujur ia merasa ada di bagian muslim yg tengah. Sementara Maria hanya ber oh ria dengan polosnya.
"Kalau sudah, aku akan keluar. Ikut dengan ku!" perintah Faraz, sebagai asitennya tentu saja ia langung manut.
"Jangan tersinggung, tapi kamu membuat ku penasaran, sebenarnya apa agama mu?" tanya Faraz sembari melajukan mobil nya.
"Ibu ku seorang katolik" jawab Maria
"Ibu mu? Kau juga?"
"Ya di ID card. Tapi... Aku tidak percaya agama mana pun"
Sarfaraz sangat terkejut mendengar nya, ia tak menyangka Maria adalah seorang yg tak beragama.
"Kalau boleh aku tahu, kenapa? Bukankah agama itu sangat penting sebagai petunjuk jalan kehidupan?"
"Aku tidak merasa begitu, semua nya sama saja. Beragama atau tidak"
"Itu tidak sama, Maria. Ada peraturan dalam agama sebagai penunjuk jalan. Jika tidak ada penunjuk jalan, lalu bagaimana manusia akan melangkah"
"Menggunakan akal nya saja, buktinya aku tetap bisa melangkah sejauh ini dalam hidup ku"
Dan saat Faraz hampir mencapai lampu lalu lintas, Maria melihat seorang menyeberang jalan padahal lampu masih hijau meskipun tiga detik kemudian lampu berganti merah.
"Untung saja sudah lampu merah, kalau engga ke tabrak sudah tuh orang" gumam Maria sedikit tak habis fikir dengan orang itu.
"Syukurlah ada peraturan jalan dengan adanya rambu rambu lalu lintas, atau semua orang pasti sudah saling bertabrakan sekali pun yg punya akal, apa lagi yg tidak punya akal" tutur Faraz membuat Maria mengerutkan kening dan tak mengerti maksud Faraz "Lihat orang yg menyeberang tadi" Faraz menunjuk orang di seberang sana yg terlihat di tangani beberapa orang dan tampak jelas orang itu tak waras.
"Seperti itu juga agama, Maria. Peraturan agama untuk mengontrol, mengatur dan menjaga. Karena tak ada manusia yg memiliki akal yg sempurna, dan bahkan ada yg tidak memilikinya sama sekali. Lalu siapa yg akan menjaga dan menuntun orang yg tak berakal itu kalau bukan Tuhan nya?"
Maria diam, sedikit bingung dengan kata kata panjang lebar Faraz yg sangat baru baginya, ia berusaha mencerna nya.
Dan memang benar, semua orang butuh peraturan dan penunjuk jalan.
Namun Maria mengusir pemikiran itu dan memilih tak ambil pusing kata kata Faraz.
▫️▫️▫️
Tbc...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
🌈Rainbow🪂
Aq suka skp faraz yg berniat untuk menolong Maria, walaupun berpakaian krng bhn dan dia bs menjaga pandangannya.
2023-02-23
1
💫R𝓮𝓪lme🦋💞
berarti ini cerita double ya,tentang faraz dan Maryam🤭🤭
2022-10-21
1
Eny Agustina
Hmm...tunggu tanggal mainnya bos..
.
.
Kiihihuhihiii
2022-08-04
0